Divine_Gate

Chapter 72 : Kebangkitan [Insignia] baru



Chapter 72 : Kebangkitan [Insignia] baru

0Terlihat Akari dan Natsumi saling kejar mengejar dengan Fortune di hutan yang lebat itu.     

"Akari! Awas! " seru Natsumi.     

"Tamatlah riwayat kalian" ucap Fortune sembari membidik Akari.     

"Tak akan kubiarkan! [Skill Alkemis Transmutasi : Dinding lumpur]" ucap Akari.     

Tembok lumpur besar pun tercipta dan menghalau serangan dari Fortune.     

"Cih, sungguh menganggu sekali" ucap Fortune.     

Akari dan Natsumi pun akhirnya berada di bawah air terjun bersama dengan Fortune.     

"Bagaimana kalau kita sudahi pertarungan ini? Aku masih ada hal lain yang harus kulakukan" ucap Fortune.     

Fortune terlihat membidikkan senjata roh pistol miliknya kearah Natsumi dan Akari yang nampak sudah kelelahan.     

"Natsumi, apakah ini perasaanku saja atau memang kita sedang terdesak oleh satu orang?" ucap Akari.     

"Wah kau hebat sekali, nona Akari. Kita memang terdesak oleh perempuan berdada besar itu" ucap Natsumi dengan nada sarkas.     

Akari pun menghela nafas.     

"Aku jadi penasaran bagaimana dengan kondisi Enzo sekarang, apakah dia berhasil menang disana?" ucap Akari.     

Tiba-tiba Natsumi menarik lengan Akari dan melemparnya jauh.     

"Urgh… Natsumi apa yang kau lakukan? Kenapa kau melem—" ucap Akari.     

Namun ucapannya berhenti setelah melihat Natsumi yang sudah terluka cukup parah karena serangan dari Fortune.     

"Natsumi!" teriak Akari sembari berlari menuju Natsumi.     

Akari pun duduk dan mengangkat kepala Natsumi.     

"Natsumi, kenapa kau sampai berbuat sejauh itu? Aku…" ucap Akari lirih.     

Natsumi pun menyentil dahi Akari.     

"Ouch…"     

"Bodoh, jika aku tidak melemparmu maka kita berdua yang akan terluka. Lagipula aku tidak ingin membuat Enzo marah karena tidak bisa melindungi kekasihnya" ucap Natsumi.     

"Ta-tapi, kau sampai menjadi seperti ini karenaku. Aku tidak menginginkan semua ini…" ucap Akari lirih.     

Fortune pun berjalan pelan menghampiri Akari dan juga Natsumi.     

"Sungguh mengharukan, kalian berdua sungguh teman yang baik. Aku jadi iri dengan kalian berdua, baiklah sekarang waktunya kalian berdua mati" ucap Fortune.     

Terlihat Akari yang masih diam terduduk dengan pandangan yang kosong.     

"Diam…" ucap Akari lirih.     

Fortune pun menghentikan langkahnya.     

"Apa kau bilang?" ucap Fortune.     

"Aku bilang DIAM! Kau wanita berdada sapi!" teriak Akari.     

"Sa-sapi?! Dadamu juga sama sepertiku!" seru Fortune.     

Natsumi pun menyentuh tangan dari Akari.     

"Akari, maaf aku tidak bisa membantumu. Sekarang hanya kaulah satu-satunya harapan untuk mengalahkan Fortune" ucap Natsumi.     

"Ta-tapi aku ini lemah, aku tidak selincah dan secepat Enzo, aku tidak sekuat dan seberani ketua Ryouichi, aku tidak secantik dirimu, aku ini bodoh dan lambat… Aku merasa aku hanya beban untuk kalian, aku tidak bisa apa-apa tanpa mengandalkan seseorang" ucap Akari.     

Natsumi pun tersenyum kecil.     

"Apa yang kau katakan? Jika tidak ada kau maka Enzo tidak dapat bergabung dengan pasukan [Saint Wolf], jika tidak ada kau maka mungkin ketua Ryouichi tidak dapat melupakan kesedihannya dan tetap berada di ruangannya untuk menyendiri sekarang, dan… Kau memang tidak secantik diriku dan juga bodoh serta lambat dalam memahami sesuatu. Namun aku percaya bahwa kau itu kuat dan dapat mengalahkan wanita itu" ucap Natsumi.     

Akari terlihat sedih. Natsumi pun memberikan sesuatu kepada Akari, Akari pun tersenyum setelah menerima barang itu dari Natsumi.     

"Tunggulah disini, Natsumi. Aku akan kembali untukmu" ucap Akari     

Fortune yang merasa kesal karena diabaikan pun merapal mantera.     

"Bi-bisa-bisanya kalian mengabaikan diriku! [Ultimate Skill : Blasted Bullet]!"     

Serangan yang dikeluarkan oleh Fortune itu seperti meriam besar dan mengarah langsung kearah Akari.     

Akari pun berdiri dan berniat menerima serangan itu secara langsung.     

"Kau nekat juga rupanya!" teriak Fortune.     

"Tubuhku adalah tulang baja, Besi adalah jiwaku, dan Api adalah darahku. Terima panggilanku dan lindungilah orang-orang yang tersakiti, Rho Aias!" seru Akari.     

Akari terlihat memegang perisai Rho Aias milik Natsumi dan menghentakkan perisai itu dengan keras ketanah.     

Seketika perisai Rho Aias membesar bertepatan dengan serangan Fortune yang hampir mengenai Akari.     

"A-apa?! Ba-bagaimana mungkin?! Pe-perisai itu?! Rho Aias! Darimana kau mendapatkannya?" seru Fortune yang tidak percaya dengan apa yang dia lihat.     

"Perisai ini diberikan secara cuma-cuma oleh paman tua mesum di ruang harta Central kepada Natsumi, namun karena Natsumi tidak bisa menggunakannya maka akulah yang akan memakai perisai ini" ucap Akari.     

"Pa-paman tua mesum? Baiklah, aku ingin melihat sampai kapan perisai itu dapat menahan seranganku ini!" seru Fortune.     

Fortune pun terus menghujani perisai Rho Aias itu dengan serangan ganas, namun perisai Rho Aias itu nampak kokoh berdiri dan tidak tergores sedikitpun.     

"Menyerahlah, wanita berdada sapi. Kau sudah tidak punya kesempatan mengalahkanku, hanya tingga menunggu waktu saja hingga ketua dan Enzo datang membantu kami" ucap Akari.     

Fortune pun terdiam untuk sesaat dan akhirnya tertawa.     

"Kau pikir kekuatanku hanya seperti ini saja? Kolonel Erik telah memberikan serum untuk menjadikanku half-demon, lihatlah kekuatanku yang sebenarnya!"seru Fortune.     

Fortune pun terlihat menyuntikkan sesuatu ke lehernya.     

Fortune pun mengeluarkan aura hitam besar, hingga tubuhnya mengalami perubahan wujud. Tanduk besar dan sayap hitam besar tumbuh di punggungnya, seluruh kukunya pun menjadi tajam dan panjang.     

Akari terlihat diam melihat perubahan wujud dari Fortune.     

"Bagaimana? Apa kau takut dengan perubahanku ini?" ucap Fortune dengan bangga.     

"Pfffft… Hahaha, apa-apaan dengan perubahanmu itu. Wujudmu itu tidak ada apa-apanya dengan wujud perubahan dari ketua Ryouichi. Aku yakin ketua bisa dengan mudah menginjak dada besarmu dan mengalahkanmu hanya dalam hitungan detik" ucap Akari sembari tertawa lepas.     

Terlihat Fortune yang kesal dengan ucapan Akari dan menyerangnya langsung. Bertepatan dengan hal itu perisai Rho Aias sudah kehabisan waktu dan kembali normal.     

"Haha, perisaimu sekarang sudah tidak bisa melindungimu lagi! Sekarang habislah kau!" teriak Fortune.     

Akari pun terlihat panik.     

"Ti-tidak bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?... Aku bercanda, semua ini sesuai dengan rencanaku sebelumnya" ucap Akari sembari tersenyum menyeringai.     

Fortune pun memasang ekspresi terkejut.     

"A-apa yang direncanakan gadis itu, apakah dia masih punya senjata rahasia lainnya? Tidak-tidak, aku sekarang berada dalam wujud half-demon. Memangnya dia masih punya senjata untuk mengimbangi kekuatanku? Di-dia pasti hanya menggertakku saja, benar dia pasti hanya menggertakku" gumam Fortune.     

Fortune pun kembali menyerang Akari yang masih tenang berdiri.     

"Aku sudah lama ingin mencoba hal ini, [Insignia] Alkemis : Aktif!" seru Akari.     

Tanda [Insignia] berbentuk tongkat dan dililit oleh ular pun muncul di paha sebelah kanan Akari. [Insignia] itu pun bercahaya dengan terang hingga membuat Fortune terkejut.     

"In-insignia?! Ba-bagaimana bisa dia membangkitkan [Insignia] diusia semuda ini? Su-sungguh tidak masuk akal! " seru Fortune.     

Natsumi pun melihat hal itu sembari masih tergeletak ditanah.     

"Akhirnya kau berhasil membangkitkan [Insignia] milikmu, Akari. Seluruh latihanmu dengan Enzo tidak sia-sia" gumam Natsumi lirih.     

"Me-memangnya kenapa kalau kau berhasil membangkitkan [Insignia] ? Aku masih bisa menyerangmu!" teriak Fortune.     

Fortune terlihat hendak mencakar Akari dengan kukunya yang tajam.     

"[Ultimate Skill : Heaven Parade]" rapal Akari.     

Setelah Akari merapal mantera itu, seluruh tanah ditempat itu bergejolak hebat. Air terjun di tempat itu pun dapat dikendalikan oleh Akari.     

"Ba-bagaimana bisa kau memiliki kekuatan sebesar ini? Kau hanyalah wanita yang bodoh dan lemah sebelumnya! Aku tidak menerima semua ini!" teriak Fortune.     

"Memang benar aku lemah dan bodoh, namun ketika teman-temanku membutuhkanku maka aku akan selalu ada untuk mereka! Sekarang kalahlah ditangan wanita yang kau anggap lemah!" seru Akari.     

Akari pun mengendalikan seluruh tanah dan objek ditempat itu, dirinya pun menyerang Fortune dengan segala benda yang dia kendalikan. Fortune pun tidak dapat berbuat apa-apa dan akhirnya pasrah ketika Akari menyerang dirinya. Fortune pun tumbang setelah terkena serangan dari Akari dan jatuh ketanah dengan keras, wujudnya pun kembali normal kembali.     

Fortune pun teringat kembali tentang masa lalunya, ketika masih anak-anak dia lambat dan lemah. Karena hal itulah dia dijauhi oleh anak-anak lainnya, namun Kolonel Erik yang mengetahui potensi kekuatan dari Fortune pun merekrutnya untuk menjadi prajurit di markas provinsi utara.     

"Pada akhirnya, aku tetaplah wanita yang lemah dan lambat. Namamu adalah Akari bukan? Akari, aku ingin menjadi dirimu yang tidak malu akan kelemahan yang kau punya. Kau malah menjadikan kelemahanmu sebagai motivasi untuk menjadi lebih kuat, aku mengagumimu" ucap Fortune sebelum akhirnya dirinya tidak sadarkan diri.     

"Terima kasih atas pujianmu, Fortune" ucap Akari.     

[Insignia] Akari pun perlahan menghilang, dirinya pun kehabisan kekuatan sihir dan jatuh. Namun dengan cepat Natsumi menopang tubuhnya.     

"Kau ini sungguh berlebihan… Ini adalah pertama kalinya bagimu menggunakan kekuatan [Insignia] bukan?" ucap Natsumi.     

"Natsumi… Kita menang… Aku tidak percaya bisa mengalahkan Fortune seorang diri. Aku harap Enzo ada disini dan memberi pujian kepadaku, berkat latihan bersamanya lah aku bisa menjadi seperti ini" ucap Akari sembari tersenyum.     

Natsumi pun menghela nafas panjang.     

"Itulah yang dia katakan. Apa kau dengar semua itu, Enzo?" ucap Natsumi.     

Tanpa disadari, Enzo sudah berada ditempat itu dan berjalan menghampiri Akari.     

"Aku dengar semuanya, kau sungguh hebat Akari" ucap Enzo.     

"En-Enzo?! Sejak kapan kau berada disini?" tanya Akari.     

Enzo pun menggendong Akari dengan gendongan tuan puteri.     

"Tidak masalah sejak kapan aku berada disini, kau sudah berusaha sebaik mungkin. Aku bangga kepadamu, Akari" ucap Enzo sembari membelai rambut Akari.     

Wajah Akari pun menjadi merah. Akari pun memeluk Enzo dalam posisi digendong itu.     

'Aku sayang padamu, Enzo!"seru Akari.     

"Ber-berhentilah mengucapkan hal memalukan seperti itu, Natsumi sedang memperhatikan kita" ucap Enzo.     

"Jangan perdulikan aku, nikmatilah waktu kalian berdua" ucap Natsumi.     

Perlahan pandangan Natsumi pun memudar, dirinya pun jatuh kebelakang. Namun seseorang menahan dirinya agar tidak jatuh.     

"Apa kau baik-baik saja, Natsumi?" tanya Ryouichi.     

"Ke-ketua?! Sejak kapan anda berada disini?" tanya Natsumi terkejut.     

"Aku baru saja sampai dan melihat dirimu yang hampir jatuh. Apa kau mau aku menggendongmu seperti yang dilakukan Enzo kepada Akari?" tanya Ryouichi.     

"Ti-tidak perlu, sa-saya bisa berjalan sendiri" ucap Natsumi dengan wajah memerah.     

"Ba-baiklah kalau begitu… Tapi sepertinya kita semua berhasil mengalahkan pasukan elit [Three Disaster] yah? Kalau begitu ayo kita cepat menyusul yang lainnya" ucap Ryouichi.     

"Baiklah ketua" ucap Enzo.     

"Me-mengapa perasaanku menjadi aneh seperti ini ketika melihat wajah ketua? A-apakah mungkin aku… Tidak… Hal itu tidak mungkin" gumam Natsumi.     

"Natsumi, ada apa denganmu? Ayo kita pergi" ucap Ryouichi.     

Natsumi pun tersadar dari lamunannya dengan wajah memerah.     

"Ba-baiklah, ketua" ucap Natsumi.     

"Enzo… Aku ingin digendong terus seperti ini olehmu, apakah boleh?" tanya Akari dengan wajah imutnya.     

"Te-tentu saja, namun kau harus mengurangi porsi makanmu. Kau cukup berat" ucap Enzo.     

"Enzo jahat!" seru Akari dengan wajah cemberut sembari memukul pelan dada Enzo.     

Ryouichi, Enzo, Akari, dan juga Natsumi pun segera menuju markas provinsi utara untuk menyusul regu kedua. Disisi lain, Hayate telah sampai di pulau itu dan berniat untuk menyusul pasukan Ryouichi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.