Chapter 67.7 : Kembalinya Sang Singa Pemerintahan Part 7
Chapter 67.7 : Kembalinya Sang Singa Pemerintahan Part 7
"Yo, aku datang. Sedang apa kalian?" tanya Hayate.
"Dan orang yang ditunggu akhirnya datang, lama sekali kau" ucap Brigadi Jendral Ivan dengan wajah kesal.
"Haha, aku tadi diusir. Jadi aku terpaksa pergi, karena aku tidak mau membuat masalah untuk jendral kesayangan kita" ucap Hayate.
Jendral dan Brigadir jendral Ivan hanya bisa menghela nafas.
"Duduklah, Hayate" ucap jendral dengan nada serius.
Hayate pun duduk bersama dengan mereka.
"Ada apa denganmu, August? Kenapa kau terlihat serius seperti itu?" tanya Hayate heran.
"Tidak, aku hanya terkesan dengan caramu mengatasi para pengkhianat itu. Sesuai dengan harapanku kepadamu, sang singa pemerintahan" ucap jendral.
"Berhentilah memujiku seperti itu, aku masih belum menyelesaikan tugasku. Hanya tersisa satu nama lagi untuk ku bereskan,namun aku membutuhkan persetujuan darimu…" ucap Hayate.
Hayate pun membakar rokoknya. Jendral terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"August…" ucap Brigadir Ivan.
"Baiklah, aku menyetujui hal itu. Kau bisa berangkat besok pagi" ucap Jendral.
"Baiklah, jadi satu-satunya target yang tersisa bagiku untuk dibereskan adalah… Kolonel Erik" ucap Hayate.
"August, tunggu sebentar. Bukankah kau sudah mengirim pasukan Ryouichi dan juga bahkan kau sudah memerintahkan prajurit elit dari divisi Dark Moon untuk membantu Ryouichi? Mengapa kau harus mengirim Hayate untuk membantu mereka?" ucap Brigadir Jendral Ivan heran.
Jendral pun terlihat berdiri dari duduknya dan melihat keluar jendela.
"Aku takut bahwa itu saja masih kurang cukup untuk melawan Kolonel Erik. Berdasarkan surat rahasia yang dikirim oleh Shizu, nampaknya Erik juga telah melakukan eksperimen untuk mengubah dirinya sendiri menjadi half-demon. Aku tidak bisa membayangkan dirinya yang mempunyai kekuatan dari senjata roh dan juga kekuatan half-demon, aku merasa bahwa Hayate lah yang cocok untuk tugas ini" ucap jendral.
"A-apa?! Bahkan dia sudah menjadi half-demon? Kalau memang benar seperti itu, maka aku juga setuju jika Hayate lah yang cocok untuk tugas ini. Bagaimana dengan pendapatmu, Hayate ?" ucap Brigadir Jendral Ivan.
"Hmm? Hayate?" jendral terlihat bingung dengan Hayate yang diam.
Brigadir Jendral Ivan lalu berdiri dan menendang kursi Hayate.
"Bisa-bisanya kau tertidur di saat penting seperti ini, Hayate" ucap Brigadir Jendral Ivan.
"Ke-kenapa kau menendangku seperti itu ? Aku hanya kurang tidur semalam, karena sesuatu hal yang penting" ucap Hayate yang terbangun dari tidurnya.
"Apanya yang hal penting? Aku berani bertaruh kalau kau hanya bermesraan dengan pelayan-pelayan lolimu itu" ucap Brigadir Jendral Ivan.
"A-aku tidak menyangkalnya, kau hebat sekali" ucap Hayate sembari mengacungkan jempolnya.
"Apanya yang hebat, dasar lolicon!" seru Brigadir Jendral Ivan.
"Tenanglah kalian berdua. Lalu bagaimana dengan pendapatmu, Hayate? Apa kau bisa mengatasi Kolonel Erik?" ucap Jendral.
"Untuk apa kau menanyakan hal yang sudah pasti seperti itu, August? Apa kau sudah lupa siapa diriku ?" ucap Hayate.
Jendral pun tertawa dengan keras.
"Maaf maaf, nampaknya aku terlalu khawatir. Kalau begitu, aku percayakan masalah ini kepadamu" ucap Jendral.
Hayate pun berdiri dan hendak meninggalkan ruangan itu, namun dirinya teringat akan sesuatu yang hendak dia berikan kepada jendral.
"Oh ya, aku lupa untuk memberimu ini" ucap Hayate.
Hayate pun memberikan sebuah buku yang dia terima dari Catherina kepada Jendral.
"Buku apa ini? Ini bukan buku porno milikmu kan?" tanya Jendral penasaran.
"Catherina memberikan buku itu kepadaku sesaat sebelum dia mati. Aku tidak mengerti bahasa yang ada di buku itu, namun aku pikir kau bisa meminta salah satu penerjemah pemerintahan untuk menerjemahkan bahasa di buku itu" ucap Hayate dengan wajah serius.
"Dari Catherina ya… Aku minta maaf kepadamu, Hayate. Aku sudah membuatmu repot hingga harus membunuh teman lamamu seperti itu" ucap jendral.
Hayate pun tersenyum.
"Kau tidak perlu meminta maaf seperti itu kepadaku, August. Mungkin ini semua adalah karma-ku karena kejadian yang dulu. Kalau begitu aku pergi dulu, aku masih harus berpamitan kepada seseorang" ucap Hayate.
Hayate pun keluar dari ruangan itu meninggalkan jendral dan juga Brigadir Jendral Ivan yang memasang ekspresi sedih.
"Nampaknya Hayate masih merasa bersalah karena kejadian waktu itu. Aku jadi merasa tidak enak kepadanya karena memerintahkannya untuk kembali ke militer…" ucap Jendral.
"Sudah saatnya dia merelakan wanita itu. Dia sudah terlalu larut dalam kesedihan" ucap Brigadir Jendral Ivan.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, masuklah Havif dengan wajah gembira.
"Yo, aku dengar Hayate datang kemari. Aku ingin bertemu dengannya… Dimana dia? Aku mau meminta majalah baru kepadanya" ucap Havif.
Jendral dan Brigadir Jendral Ivan pun saling bertatapan satu sama lain. Hingga akhirnya mereka keluar dari ruangan itu meninggalkan Havif yang kebingungan.
"Oi, kalian mau kemana? Dimana Hayate? Tu-tunggu aku!" seru Havif.
Hayate pun berjalan meninggalkan gedung pemerintahan itu dengan tatapan kosong. Dirinya terus berjalan menuju pemakaman pahlawan. Pemakaman itu khusus dibangun sebagai peristirahatan terakhir bagi prajurit-prajurit yang tewas selama perang melawan demon.
Hayate pun menuju satu makam besar, perhatiannya teralihkan ketika melihat sesosok wanita yang sedang duduk di bangku didekat makam itu.
"Yo, apa kau sudah menungguku?" tanya Hayate sembari tersenyum.
Wanita itupun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Hayate pun duduk di samping wanita itu.
"Bagaimana kabarmu? Aku sudah lama tidak bertemu denganmu, aku rindu kepadamu" ucap Hayate.
Wanita itu terlihat tersenyum manis kepadanya.
"Seperti biasanya, senyumanmu itu membuat diriku tenang. Kau tahu… Aku akan pergi jauh ke utara untuk menangkap pengkhianat pemerintahan. Hahaha, aku tidak menyangka akan berpamitan seperti ini kepadamu…" ucap Hayate.
Wanita itu masih tersenyum kepada Hayate dan terlihat menyimak seluruh kata-kata dari Hayate.
"Bisakah kau mengatakan sesuatu? Aku merasa tidak enak jika hanya aku saja yang bercerita seperti ini" ucap Hayate sembari tersenyum.
Wanita itupun berdiri, Hayate pun mendongakkan kepalanya untuk melihat wanita itu.
"Hayate…" ucap wanita itu lirih.
"Ada apa Lily?" tanya Hayate.
"Tolong relakanlah diriku, itu semua bukanlah kesalahanmu" ucap wanita itu.
"A-apa maksudmu? Kau masih berada disini bersama ku bukan? Kau masih berada bersam—" ucap Hayate lirih.
Sosok wanita itupun menghilang. Hayate pun memasang ekspresi sedih, sosok wanita yang dia ajak berbicara itu ternyata adalah sosok halusinasi dari Lily yang sudah lama mati.
"Itu semua bukan salahku ? Apa yang kau bicarakan, Lily… Kau mati karena kesalahanku, jika saja waktu itu aku tidak terlalu bodoh untuk membiarkan hal itu terjadi… Mungkin saja, kau masih bisa bersamaku saat ini" gumam Hayate.
Hayate pun tetap duduk di bangku itu hingga akhirnya hari menjadi gelap.
"Kalau begitu, aku pergi dulu Lily. Aku harap kau tidak keberatan untuk menemaniku lagi untuk berbincang lain kali" ucap Hayate.
Hayate pun berdiri dan meninggalkan pemakaman itu dengan tatapan sedih. Keesokan harinya dirinya pun bersiap untuk menyusul pasukan [Saint Wolf] Ryouichi.