Chapter 67.2 : Kembalinya Sang Singa Pemerintahan Part 2
Chapter 67.2 : Kembalinya Sang Singa Pemerintahan Part 2
"Jadi, apa yang akan kalian lakukan sekarang? Aku masih akan berbaik hati kepada kalian dan melepaskan kalian, selama kalian melepaskan gadis kecil itu dan seluruh budak yang kalian punya di kereta kuda itu" ucap pria muda itu sembari menunjuk sebuah kereta kuda.
Tiba-tiba datanglah sebuah mobil patroli dari prajurit [The Saviour] ke desa itu. Lima orang prajurit turun dari mobil dan ikut campur dalam keributan itu.
"Ada keributan apa ini?" ucap salah satu prajurit.
"Mereka adalah penjual budak, tangkaplah mereka" ucap pria muda itu sembari menunjuk empat pria yang sudah terbaring ditanah.
Prajurit itu lalu tersenyum menyeringai.
"Yang aku lihat disini adalah kau yang memukuli empat orang yang tidak bersalah. Kalian yang disana, cepat tangkap dia" ucap prajurit itu.
"Apa kalian sudah gila? Mereka adalah penjual budak, dan seharusnya kalian tahu bahwa perbudakan adalah tindakan illegal!" seru pria muda itu.
Pria berbadan besar dengan luka sayat itupun bangun dan tertawa.
"Bukankah sudah kubilang bahwa kau bisa melakukan apapun jika kau memiliki uang? Inilah akibatnya jika kau bermain dengan orang yang salah" ucap pria berbadan besar itu.
Para penduduk desa itu pun menjadi ricuh dan tidak menerima keputusan dari para prajurit [The Saviour] itu.
"Apa kalian sudah buta? Pria muda itu tidak bersalah, kami lihat sendiri bahwa para pria botak itulah yang bersalah disini" ucap seorang pria paruh baya.
"Benar! Itu benar!" seru para penduduk desa.
"DIAM KALIAN SEMUA! Disini prajurit [The Saviour] lah yang berhak menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Apa kalian berniat untuk menentang prajurit [The Saviour] yang telah membantu kalian untuk memerangi demon?" ucap prajurit itu.
Mendengar hal itu, para penduduk desa pun terdiam. Pria muda yang menyaksikan hal itu pun tertawa dengan keras.
"Hahaha, kalian memakai nama [The Saviour] untuk menakut-nakuti penduduk desa? Kalian adalah aib bagi pemerintahan saat ini, aku ingin tahu apa yang akan terjadi jika salah satu petinggi mengetahui hal ini" ucap pria muda itu.
"Aku ingin lihat apakah kau masih bisa tertawa setelah aku menangkap dan memasukkanmu kedalam penjara" ucap prajurit itu.
Prajurit itu pun memberi sinyal kepada teman-temannya untuk menangkap pria muda itu. Ketika para prajurit itu hendak mendekati pria muda itu, sebuah benda asing terlempar ke hadapan para prajurit itu.
"Baiklah, jadi kalian pikir bahwa uang dapat membuat orang yang benar menjadi salah bukan ? Bagaimana kalau aku menunjukkan siapa diriku ini, lihatlah tanda pengenal itu dan buka mata kalian baik-baik" ucap pria muda itu.
Para prajurit [The Saviour] itu pun menoleh kebelakang dan meminta instruksi dari pemimpin mereka. Pemimpin prajurit itu lalu menggangguk pelan, setelah itu para prajurit itu mengambil benda ditanah dan memberikannya kepada pemimpin mereka. Setelah melihat tanda pengenal itu, prajurit yang tadinya berani itu menjadi takut.
"Bagaimana ? Apa kalian sudah tahu siapa diriku ini ? Atau mata kalian sudah buta ?" ucap pria muda itu.
Para pria berbadan besar itu bingung dengan apa yang terjadi saat itu.
"A-ada apa dengan kalian ? Cepat tangkap pria itu ! Dia sudah memukulku dan bawahanku hingga menjadi seperti ini" ucap pria berbadan besar itu.
"Diam!" teriak prajurit itu.
Prajurit itupun berjalan perlahan mendekati pria muda itu dan menyerahkan tanda pengenal itu kepadanya.
"Maafkan atas perilaku kami, Letnan Jendral Hayate. Kami tidak tahu bahwa anda adalah petinggi atas" ucap prajurit itu dengan nada sopan sembari memberi hormat.
Para penduduk desa yang melihat hal itupun menjadi bingung dan heran. Kepala desa yang saat itu berada ditempat itupun mendekati Hayate.
"Hayate, apakah benar bahwa dirimu adalah salah satu petinggi atas pemerintahan ? Mengapa kau tidak pernah memberitahukan hal ini kepada kami?" ucap kepala desa itu.
Hayate hanya tersenyum dan menepuk pundak kepala desa itu.
"Aku sengaja menyembunyikan identitasku karena aku ingin hidup seperti orang biasa, namun hal itu nampaknya mustahil sekarang" ucap Hayate.
Hayate pun berjalan menuju para prajurit itu dan menampar mereka satu persatu dengan sangat keras.
"Kalian adalah aib untuk pemerintahan, kalian dengan sengaja menyalahgunakan kekuasaan kalian untuk menakut-nakuti masyarakat biasa dan menerima uang suap untuk menutup mata kalian terhadap perdagangan budak yang seharusnya adalah illegal. Apa kalian punya sesuatu sebagai pembelaan kalian?" ucap Hayate.
Tiba-tiba dua kendaraan mobil yang berlambang Divisi Dark Moon datang ke tempat itu.
"Ada apa lagi sekarang?" gumam Hayate.
Seorang prajurit yang tidak lain adalah Brigadir Jendral Ivan turun dari mobil dan menghampiri Hayate, disusul oleh prajurit yang mengenakan seragam divisi Dark Moon. Para penduduk desa pun kembali terkejut melihat kedatangan mereka.
"Kulihat kau tidak berubah, Hayate. Masih berbuat masalah dimanapun kau berada" ucap Brigadir Jendral Ivan.
"Dan kau juga masih terlihat seperti dulu, bagaimana kabar dari August? Apa dia sedang duduk di taman dan membaca buku tua nya itu ?" ucap Hayate.
"Entahlah, lalu apa yang sedang terjadi disini?" tanya Brigadir Jendral Ivan.
Hayate pun menjelaskan seluruh kejadian secara rinci, Brigadir Jendral Ivan yang mendengar hal itupun menggangguk pelan. Brigadir Jendral Ivan pun berjalan mendekati para prajurit patroli itu dan memukul perut mereka dengan keras.
"Aku sungguh kecewa kepada kalian, kalian seharusnya menjadi prajurit yang menjalankan tugas kalian dengan baik. Namun kalian malah menerima uang suap dan berbuat menyalahi aturan" ucap Brigadir Jendral Ivan.
Brigadir Jendral Ivan pun memerintahkan para prajurit divisi Dark Moon untuk menangkap para prajurit pembangkang itu dan para penjual budak itu.
"Jadi apa yang akan kau lakukan kepada para budak-budak itu?" tanya Hayate.
"Bukankah kau yang harusnya lebih tahu daripadaku tentang masalah itu?" ucap Brigadir Jendral Ivan.
Hayate pun diam dan terlihat memikirkan sesuatu. Dirinya melihat ke arah para budak yang sudah dilepaskan dari rantai dan berdiri kebingungan. Para budak itu terdiri dari pria-pria muda, wanita, dan juga ada beberapa anak kecil. Gadis kecil yang tadi bersama dengannya didalam rumah makan itu pun menarik bajunya.
"Kakak…" ucap gadis kecil itu dengan sorot mata yang menyedihkan.
"Ivan, apa kau bisa mengurus gadis kecil ini dan para budak lainnya?" tanya Hayate.
"Mengurus mereka bukanlah hal yang mudah, Hayate. Kesampingkan tentang biaya untuk merawat mereka, aku ragu jika ada tempat yang bisa menampung mereka" ucap Brigadir Jendral Ivan.
Hayate pun memanggil para budak itu.
"Apakah kalian punya rumah untuk tempat kalian kembali?" tanya Hayate.
Para budak itu pun menggelengkan kepala mereka.
"Aku bukanlah orang yang baik hati. Aku tidak akan sembarangan membantu orang, terlebih kalian adalah bekas budak" ucap Hayate.
"Oi, Hayate. Bukankah perkataanmu sedikit berlebi—" ucap Brigadir Jendral Ivan.
"Tapi… Aku sedang butuh pelayan di rumahku saat ini, jika kalian tidak keberatan aku ingin memperkerjakan kalian sebagai pelayan di rumahku. Kalian akan mempunyai tempat tinggal, dan tidak perlu takut kelaparan lagi. Bagaimana dengan itu? Apa kalian mau?" tanya Hayate.
Para budak itu pun terharu dan menangis bahagia. Gadis kecil itupun ikut menangis, Hayate pun mengelus kepala gadis kecil itu.
"Aku tidak akan membiarkan gadis kecil sepertimu menderita dan kelaparan lagi. Jadi berhentilah menangis, dan tersenyumlah" ucap Hayate.
Gadis kecil itu mengangguk pelan dan tersenyum.
"Kau masih sama seperti dulu, selalu tidak dapat melihat orang lain kesusahan" ucap Brigadir Jendral Ivan.
"Apa maksudmu? Aku memang kebetulan sedang membutuhkan pelayan baru dirumah besarku" ucap Hayate.
"Terserah apa katamu" ucap Brigadir Jendral Ivan.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku? Kau tidak mungkin repot-repot melacakku dan mencariku hingga ke tempat ini hanya untuk sekedar mengobrol bukan?" ucap Hayate.
"Bagaimana kalau kita bicara di suatu tempat? Hanya kita berdua?" ucap Brigadir Jendral Ivan serius.
Hayate pun mengangguk dan membawa Brigadir Jendral Ivan menuju gubuk kecil, gubuk kecil itu adalah tempat tinggal Hayate selama tinggal di desa itu.
"Duduklah disitu, kau ingin minum apa? Aku harap kau suka dengan teh disini, yah meskipun rasanya agak sedikit aneh" ucap Hayate
"Terserah saja" ucap Brigadir Jendral Ivan.
Brigadir Jendral Ivan pun melihat ke sekeliling ruangan kecil itu. Hanya terdapat ranjang kecil dan meja serta lemari kecil di sana. Pandangannya menjadi terfokus ketika melihat sebuah foto yang ada di atas lemari kecil. Di foto itu terlihat lima orang prajurit yang sedang berfoto bersama.
"Nampaknya kau masih menyimpan foto lama itu, Hayate" ucap Brigadir Jendral Ivan.
Hayate pun menyuguhkan segelas teh kepada Brigadir Jendral Ivan dan duduk bersamanya.
"Tentu saja, itu adalah satu-satunya kenangan milikku yang berharga" ucap Hayate.
Brigadir Jendral Ivan pun meminum teh yang disuguhkan oleh Hayate.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan ? Aku tidak akan kembali ke militer dalam waktu dekat, jadi sia-sia saja jika kau ingin meyakinkanku" ucap Hayate sembari meminum tehnya.
"Apa kau masih ingat dengan Ryota ?" tanya Brigadir Jendral Ivan.
"Hmm ? Apa maksudmu si pembuat masalah Ryota ? Hahaha, sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Bagaimana kabar dia? Waktu aku bertukar surat dengan Megumi, Megumi mengatakan bahwa Ryota sekarang mempunyai anak angkat. Kalau tidak salah namanya adalah Ryouichi, bukan? Dan bahkan anak angkatnya itu juga menerima lencana [Glorius Wings], sungguh mengejutkan sekali" ucap Hayate.
"Ryota sudah meninggal" ucap Brigadir Jendral Ivan.
Ekspresi wajah dari Hayate pun berubah menjadi serius.
"Kau sedang bercanda bukan? Siapa yang bisa membunuhnya ? Berhentilah bercanda denganku" ucap Hayate.
Brigadir Jendral Ivan pun menggelengkan kepalanya.
"Bukan tentang siapa yang membunuhnya, tapi apa yang membunuhnya. Dia meninggal secara tiba-tiba, aku pikir kau tahu penyebab dari meninggalnya dia secara tiba-tiba" ucap Brigadir Jendral Ivan.
"Jadi nampaknya dia sudah kehabisan waktu yah. Bagaimana dengan anak angkatnya? Dimana dia sekarang ? " tanya Hayate.
"Dia sekarang dalam misi untuk penangkapan Kolonel Erik yang ternyata berkhianat" ucap Brigadir Jendral Ivan.
"Kolonel Erik berkhianat? Sebenarnya apa yang sedang terjadi ketika aku sedang cuti? Mengapa nampaknya banyak sekali masalah yang terjadi? " ucap Hayate.
"Aku kesini untuk menyampaikan perintah dari August, dia menyuruhmu untuk cepat kembali ke Central untuk mengurus beberapa hal. Nampaknya para pengkhianat sudah mulai bergerak, August menyuruhmu untuk segera menangani masalah ini" ucap Brigadir Jendral Ivan.
Hayate terlihat terdiam beberapa saat hingga akhirnya dia memutuskan sesuatu.
"Sialan, nampaknya aku memang tidak bisa cuti untuk waktu yang lama. Baiklah, aku akan segera berangkat ke Central dan mengurus masalah itu. Dan setelahnya aku ingin bertemu dengan Ryouichi" ucap Hayate.
Brigadir Jendral Ivan pun beranjak dari duduknya dan mengajak Hayate keluar dari gubuk kecil itu.
"Ivan, bisakah aku meminta bantuanmu ? Bisakah kau membawa para budak itu kerumahku ? Aku tidak ikut denganmu sekarang, karena aku masih punya beberapa hal penting untuk aku urus" ucap Hayate.
"Tentu saja, aku akan mengirim mobil untuk menjemputmu nanti. Dan oh ya, jangan lupa potong rambutmu. Kau nampak seperti gelandangan, dan jangan pernah berpikir untuk muncul di markas central dengan penampilanmu yang sekarang" ucap Brigadir Jendral Ivan.
"Ten-tentu saja, tidak mungkin aku pergi ke central dengan penampilanku yang seperti ini. Mungkin…" ucap Hayate.
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Dan… Bagaimana kalau kau menyempatkan dirimu untuk menemui Lily ? Aku yakin dia rindu denganmu" ucap Brigadir Jendral Ivan.
"Ya, kau benar. Aku akan menyempatkan diriku untuk pergi menemuinya" ucap Hayate.
Brigadir Jendral Ivan pun meninggalkan desa itu membawa para budak-budak itu, sementara itu Hayate bersiap untuk meninggalkan desa itu.