Divine_Gate

Chapter 61 : Kata perpisahan



Chapter 61 : Kata perpisahan

3"Kolonel Ryota…" ucap Ryouichi lirih.     

Terlihat tubuh dari Kolonel Ryota yang kurus dan sebagian rambutnya yang terlihat memutih. Ryouichi terlihat sangat sedih dan duduk di samping Kolonel Ryota.     

"Oi, Kolonel Ryota. Apa yang terjadi padamu? Apakah kau sedang berlatih sandiwara untuk membuatku sedih? Kalau iya, maka hentikanlah aktingmu ini. Karena kau telah berhasil membuatku sedih, jadi tolong bangunlah dan katakan padaku bahwa kau baik-baik saja" ucap Ryouichi.     

Tidak terasa air mata Ryouichi berlinang dan membasahi kasur itu. Ryouichi tidak mampu berkata apa-apa selama berada di samping Kolonel Ryota.     

"A-aku masih belum berhasil menjadi lebih kuat darimu, aku mohon tetaplah hidup hingga kau melihat diriku berhasil melampaui dirimu. Oi, Kolonel Ryota… Tolong jawab aku!" ucap Ryouichi sembari mengguncang tangan dari Kolonel Ryota yang sudah keriput.     

Tiba-tiba beberapa jari dari Kolonel Ryota mulai bergerak, Ryouichi yang melihat hal itu menjadi antusias.     

"Kolonel… Apa kau sudah bangun?" tanya Ryouichi lirih.     

Tidak ada jawaban sama sekali dari Kolonel Ryota, Ryouichi kembali menjadi murung.     

"Aku mohon Kolonel, bangunlah!" seru Ryouichi sembari menggenggam tangan Kolonel Ryota.     

"Mengapa kau ribut sekali, Ryouichi? Apa kau sedang mengajakku berkelahi?" ucap Kolonel Ryota lirih dengan suara serak.     

Wajah Ryouichi menjadi bahagia dengan masih ada linangan air mata mengalir di pipinya     

"Ko-kolonel? A-aku…" ucap Ryouichi lirih.     

Kolonel Ryota pun memasang senyum di wajahnya yang mulai keriput.     

"Anak bodoh, untuk apa kau menangisi diriku? Kau tidak perlu seperti itu, aku bukanlah orang yang pantas kau tangisi seperti ini" ucap Kolonel Ryota lirih.     

"Apa kau pikir aku senang melihatmu terbaring tak berdaya seperti ini? Kau pikir aku aku tidak sedih melihatmu seperti ini? Jangan bercanda denganku… Ayah" ucap Ryouichi sembari menangis.     

Kolonel Ryota yang mendengar hal itu pun tersenyum kecil.     

"Maaf, aku yang salah. Jadi bagaimana dengan perjalananmu selama berusaha menyelesaikan misi dari jendral?" ucap Kolonel Ryota.     

Ryouichi pun mengusap air matanya dan tersenyum kecil.     

"Ini akan menjadi cerita yang sangat panjang, apa kau tidak akan bosan mendengar ceritaku ini?" ucap Ryouichi.     

"Haha, bagaimana bisa aku menjadi bosan ketika mendengar cerita dari anakku sendiri" ucap Kolonel Ryota.     

"Kalau begitu, aku harap kau tidak tertidur selama aku bercerita. Karena aku punya banyak kisah menarik untuk kau dengarkan" ucap Ryouichi.     

Ryouichi pun bercerita kepada Kolonel Ryota tentang seluruh perjalanannya bersama dengan pasukan [Saint Wolf] miliknya, dari pertemuan dirinya dengan Makkun, perjalanan dirinya ke markas provinsi selatan hingga bertemu dengan Chloe, perjalanannya menuju markas milik Rose, pertarungan dia dengan demon Evelyn untuk menyelamatkan Rose, perjalanan dia selama di markas central, hingga akhirnya dirinya yang menikah dengan Rose dan disaksikan langsung oleh jendral.     

Kolonel Ryota menyimak seluruh cerita Ryouichi dan tersenyum lebar. Ryouichi menceritakan seluruh perjalanannya tanpa ada satupun yang terlewati.     

"Kau sungguh sudah melampaui ekspektasiku, Ryouichi. Sampai bisa menikah dengan Rose, dan juga mempunyai anak dari ras naga merah surgawi. Aku sungguh iri dengan semua petualanganmu itu, aku harap aku ada disana ketika kau menikah dengan Rose" ucap Kolonel Ryota.     

"Dan juga aku sudah—" ucap Ryouichi dengan nada bersemangat.     

"Ryouichi… Dengarkanlah aku" ucap Kolonel Ryota.     

"Ta-tapi aku masih belum menceritakan semuanya" ucap Ryouichi menahan tangisnya.     

"Aku sudah tahu bahwa kau akan tumbuh menjadi anak yang hebat, aku sangat ingin sekali bersamamu. Melihat seluruh perjalanan hidupmu hingga kau tua nanti, namun sangat disayangkan waktu ku yang tersisa hanya tinggal sedikit lagi" ucap Kolonel Ryota.     

"Apa yang kau bicarakan, Kolonel? Aku bisa menyuruh Natsumi untuk menyembuhkan mu sekarang, aku akan memanggilnya sekarang" ucap Ryouichi.     

Ryouichi pun bergegas pergi dari ruangan itu, ketika dirinya hendak membuka pintu ruangan itu tiba-tiba Kolonel Ryota memanggilnya dengan suara lembut.     

"Ryouichi…" ucap Kolonel Ryota.     

Ryouichi pun berbalik badan dan melihat Kolonel Ryota yang menggelengkan kepalanya pelan serta dihiasi senyuman. Ryouichi yang melihat hal itu pun mengurungkan niatnya dan menggigit bibir bawahnya dengan keras, dirinya menyadari bahwa sudah tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.     

Ryouichi pun berjalan pelan mendekati Kolonel Ryota dengan pelan dan kembali duduk disampingnya.     

"Kenapa? Kenapa kau harus menjadi seperti ini? Aku masih belum meluangkan banyak waktu denganmu, kenapa tuhan selalu merenggut orang yang kucintai dari sisiku? " ucap Ryouichi.     

"Ryouichi, ini adalah konsekuensi dari tindakanku dulu. Aku menggunakan teknik terlarang untuk membalaskan dendam orang yang kucintai, harga yang harus kubayar untuk ini sangat mahal. Bayarannya adalah usiaku yang semakin lama semakin berkurang, sungguh ironis bukan? Aku terjatuh dalam lingkaran balas dendam dan malah membuat anak yang paling kusayangi menjadi sedih seperti ini. Aku sungguh telah gagal menjadi sosok ayah bagimu" ucap Kolonel Ryota lirih.     

Suara dari Kolonel Ryota perlahan semakin mengecil.     

"Tidak… Kau tidaklah gagal menjadi sosok ayah yang kuinginkan, kau selalu ada di saat aku membutuhkanmu. Kau selalu mengajariku segalanya, dari cara bertarung dan bagaimana cara bertindak" ucap Ryouichi menahan tangisnya.     

"Mungkin kau benar, tapi aku merasa gagal di satu hal. Hal itu adalah aku tidak bisa terus menjagamu hingga kau tua nanti, aku merasa gagal karena harus membiarkanmu sedih ketika tidak adanya diriku. Aku sudah mengetahui kematian dari kapten Saito, dan juga pengkhianatan Kolonel Erik. Bahkan Saito itu sudah lebih dulu mati dariku, padahal dia sudah berkata akan mati setelahku. Aku akan menghajarnya di surga nantinya. Dan jangan sampai kau terjerumus kedalam lingkaran balas dendam sepertiku" ucap Kolonel Ryota dengan nada bercanda.     

Ryouichi terdiam dan berlinang air mata.     

"Kolonel Ryota, apa keinginan terakhirmu?" ucap Ryouichi.     

Kolonel Ryota tersenyum dan terlihat menyerahkan 3 buah amplop berisikan surat.     

"Tolong serahkan yang berwarna kuning ini kepada Rose, yang biru ini untuk Mayor Megumi, dan juga simpan satu surat yang berwarna hijau untukmu. Jangan kau buka hingga kau keluar dari ruangan ini, berjanjilah kepadaku" ucap Kolonel Ryota.     

Ryouichi pun menerima 3 amplop surat itu dan mengangguk pelan.     

"Hanya itu?" tanya Ryouichi dengan sorot mata penuh dengan kepedihan.     

Kolonel Ryota terlihat diam beberapa saat hingga dirinya menyuruh Ryouichi untuk mendekat. Kolonel Ryota pun membisikkan sesuatu kepada Ryouichi.     

Ryouichi pun tidak kuasa menahan tangisnya, namun Ryouichi mengigit bibir bawahnya hingga berdarah untuk menahan tangisnya itu. Kolonel Ryota pun tersenyum setelah membisikkan kata-kata itu.     

"Tolong lakukan hal yang tadi kukatakan kepadamu" ucap Kolonel Ryota dengan suara yang semakin mengecil.     

Ryouichi pun menangis namun masih menyembunyikan tangisnya dengan senyuman.     

Ryouichi mendekati Kolonel Ryota, dan menaruh tangannya di kepala Kolonel Ryota. Ryouichi pun membelai rambut Kolonel Ryota dan membisikkan sesuatu kepadanya.     

"Terima kasih atas segalanya, ayah" bisik Ryouichi menahan air matanya.     

Setelahnya, Kolonel Ryota tersenyum kepada Ryouichi untuk terakhir kalinya.     

"Terima kasih, jaga dirimu baik-baik. Aku harap aku mendapat tempat terbaik untuk melihat seluruh perkembangan dirimu di surga nanti" ucap Kolonel Ryota.     

"Aku juga berharap se—" ucap Ryouichi.     

Namun Ryouichi membatalkan niatnya setelah melihat Kolonel Ryota terdiam tidak bergerak.     

"Ka-kau curang, ayah. Kau bahkan tidak membiarkanku mengucapkan kata perpisahan terakhirku kepadamu" ucap Ryouichi berlinang air mata.     

Kolonel Ryota meninggal dengan senyuman yang menyiratkan bahwa dia meninggal dengan kondisi yang paling dia inginkan, yaitu meninggal disamping orang yang sangat dia sayangi.     

Ryouichi tidak kuasa menahan tangisnya dan menangis sejadi-jadinya. Dirinya berteriak dan memukul lantai.     

"Arrggggh! Ayah!" teriak Ryouichi mengeluarkan seluruh emosinya.     

Seluruh pasukan [Saint Wolf] dan juga Mayor Megumi yang mendengar seluruh percakapan Ryouichi dan juga Kolonel Ryota dari balik pintu pun tidak dapat menahan kesedihan mereka. Terlihat Akari menangis di pelukan Enzo, Natsumi yang menangis dan sedang ditenangkan oleh Tiara, Chloe, serta Reina. Terlihat Aiko yang bingung ketika melihat Rose berlinang air mata sembari menggendongnya. Pada hari itu, salah satu harapan dari umat manusia telah meninggal dengan senyuman terindah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.