Chapter 48 : Clash x Slash
Chapter 48 : Clash x Slash
"Bagaimana saya memanggil anda?" tanya prajurit laki-laki itu.
"Panggil saja aku dengan Ryouichi. Kau tidak perlu terlalu sopan dan formal kepadaku" ucap Ryouichi.
"Baiklah…" ucap prajurit laki-laki itu.
"Omong-omong siapa namamu?" tanya Enzo dengan nada bersahabat.
"Apakah aku perlu memberitahumu? " ucap prajurit laki-laki itu.
"Kau sialan" ucap Enzo kesal.
"Siapa namamu? " tanya Ryouichi.
"Ah, nama saya adalah Ren. Pangkat saya adalah sersan, saya sangat senang dan bangga sekali karena bisa bertemu dengan prajurit pemegang lencana [Glorius Wings] secara langsung" ucap prajurit laki-laki itu dengan antusias.
"Oi, Apakah kau mempunyai dendam denganku? Mengapa setiap kali ketua bertanya, kau malah menjawabnya dengan baik dan benar?" ucap Enzo kesal.
"Memangnya kau siapa? Apakah aku perlu mengenalmu?" ucap Ren dengan ketus.
Terlihat Enzo menahan kesalnya.
"Prajurit sialan. Jika saja aku tidak berada diwilayah central, sudah aku kubur hidup-hidup dirimu dengan cacing ditanah sebagai teman berceritamu" gumam Enzo.
"Apakah kau ada berkata sesuatu?" tanya Ren.
"Tidak, apakah telingamu sudah menjadi tuli dan salah mendengar?" ucap Enzo dengan nada mengejek.
"Sialan kau" ucap Ren.
"Lalu apakah prajurit yang kau latih ini memang sombong seperti itu?" tanya Enzo.
"Mereka selalu menganggap diri mereka hebat karena selalu berhasil memenangkan pertempuran melawan demon" ucap Ren.
"Sungguh sombong sekali, aku ingin lihat ekspresi mereka setelah dihajar habis-habisan oleh ketua" ucap Enzo.
Mereka pun akhirnya sampai di aula pelatihan besar, disana terlihat sekelompok prajurit yang sedang berlatih tanpa didampingi oleh pelatih. Terlihat Ryouichi melepas lencana [Glorius Wings] miliknya dan menyimpannya di saku celananya.
"Mereka tampak seperti prajurit biasa, apakah mereka memang sesombong itu?" ucap Enzo.
Tiba-tiba mereka dihampiri oleh seorang prajurit laki-laki muda yang nampaknya adalah prajurit yang memiliki pengaruh besar di kelompok mereka.
"Bukankah sudah kubilang, kami tidak perlu pelatih sepertimu? Pergilah, kami tidak perlu pelatih lemah sepertimu" ucap prajurit muda itu kepada Ren.
Ren hendak mengucapkan sesuatu namun dia membatalkan niatnya.
"Apakah sopan bagi kalian untuk mengatakan hal itu kepada pelatih kalian?" ucap Ryouichi.
"Lihatlah, ada seseorang yang hendak menjadi pahlawan. Siapa kau? Hanya prajurit yang lebih kuat dari kamilah yang akan kami akui" ucap prajurit muda itu dengan sombong.
"Kalian…" ucap Enzo.
Enzo mulai tidak dapat mengontrol emosinya dan hendak meninju prajurit muda sombong itu.
Ryouichi pun mencegah Enzo yang hendak memukul prajurit muda itu. Ryouichi memberi sebuah tanda kepada Enzo untuk tidak turun tangan menghajar mereka. Melihat hal itu, Enzo pun membatalkan niatnya dan berusaha menenangkan diri.
"Jadi tidak masalah jika aku menghajar kalian semua disini bukan?" ucap Ryouichi percaya diri.
"Kau ingin menghajar kami? Kau pandai melucu juga ternyata, kami sudah membunuh banyak demon dan memenangkan banyak pertempuran. Memangnya siapa dirimu, sampai berani berkata seperti itu?" ucap prajurit muda itu dengan nada yang merendahkan Ryouichi.
Ryouichi pun tersenyum setelah mendengar ucapan prajurit muda itu.
"Ketua, bisakah aku mematahkan kaki mereka?" ucap Enzo kesal.
"Tenanglah, dia sama seperti dirimu dulu, Enzo. Dia tidak akan sadar sebelum ada orang yang menyadarkannya" ucap Ryouichi.
Ryouichi lalu melepas seragam miliknya dan menantang prajurit muda itu.
"Baiklah kalau begitu, aku sendiri yang akan menghajar kalian semua" ucap Ryouichi sembari menunjuk sekumpulan prajurit itu.
"Hahaha, apa kau sudah gila? Baiklah, jangan mengeluh jika kau kalah dari kami" ucap prajurit muda itu dengan sombong.
"Ryouichi, apa kau serius ingin bertarung dengan mereka semua?" tanya Ren khawatir.
"Jangan khawatir, aku tidak akan melukai mereka hingga parah. Kau cukup melihat dari sini saja" ucap Ryouichi.
Ryouichi lalu berjalan menuju arena diikuti sekumpulan prajurit itu.
"Oi, belum terlambat jika kau ingin mundur" ucap salah satu prajurit.
"Tutup mulutmu dan bersiaplah untuk bertarung. Aku tidak perlu senjata roh untuk melawan kalian" ucap Ryouichi.
"Kau…! Mari kita lihat apakah ucapanmu itu hanya omong kosong belaka atau tidak!" ucap prajurit itu.
"Hmmm, ada 15 orang dari mereka. Kuharap mereka tidak terluka cukup parah ketika melawan ketua" ucap Enzo.
Ryouichi pun terlihat santai ketika berhadapan dengan para prajurit itu. Para prajurit itu pun langsung menyerang Ryouichi dari berbagai penjuru.
"Mati kau!" ucap salah satu prajurit yang menebas Ryouichi dari belakang.
Ryouichi terlihat sangat mudah menghindari serangan itu tanpa berpindah posisi. Satu persatu para prajurit itu menyerang Ryouichi tanpa henti, namun tidak ada satu pun serangan dari mereka yang mengenai Ryouichi. Ryouichi malah terlihat santai membakar rokoknya.
Ryouichi terlihat berdiri dengan santai dan menghembuskan rokoknya.
"Ada apa? Apakah kalian sedang bermain-main? Berhentilah bermain-main dan seriuslah. Atau memang hanya itu kemampuan dari kalian semua?" ucap Ryouichi.
"Sialan! Dia hanya satu orang! Serang dia bersama-sama" teriak salah satu prajurit itu.
Seluruh prajurit itu pun mengeluarkan skill sihir milik mereka masing-masing dan menyerang Ryouichi, terlihat kumpulan debu yang menyelimuti Ryouichi.
"Apa kita berhasil?" tanya salah satu prajurit itu.
"Apakah hanya ini yang bisa kalian lakukan? Sungguh lemah sekali, aku jadi kasihan terhadap para demon yang kalian bunuh. Mereka terbunuh oleh pasukan lemah seperti kalian" ucap Ryouichi sembari menghisap rokoknya.
"Sialan! Mengapa dia sulit sekali untuk diserang" ucap salah satu prajurit itu.
"Baiklah, cukup bermain-mainnya. Biarkan aku menunjukkan kepada kalian, seberapa besar perbedaan antara prajurit terlatih dan prajurit yang hanya mengandalkan keberuntungan"
Ryouichi pun melempar puntung rokok yang sebelumnya dia hisap ke atas. Ketika puntung rokok itu melayang diudara, Ryouichi dengan cepat berlari kearah mereka dan memulai serangannya.
"Di-dimana dia?!" ucap salah satu prajurit itu kebingungan.
Tiba-tiba pandangan prajurit itu menjadi terbalik, dan prajurit itu menyadari bahwa dirinya sudah dibanting oleh Ryouichi dan jatuh kelantai dengan keras.
"Sialan, mengapa bisa orang sepertinya menghajar pasukan elit seperti kami" ucap salah satu prajurit.
Prajurit itupun menyadari Ryouichi yang sudah berada di depan matanya, tendangan keras dari Ryouichi pun langsung mengenai perut dari prajurit itu. Prajurit itu pun tumbang dan muntah darah.
"Si-sialan…" ucap prajurit itu lalu pingsan.
Tidak perlu waktu lama bagi Ryouichi untuk menghajar sekumpulan prajurit itu, bagi Ryouichi mereka hanyalah kumpulan semut. Dalam waktu kurang dari 4 menit, 15 prajurit malang itu pun tumbang secara memalukan dari Ryouichi. Mereka terbaring dengan kondisi yang bermacam-macam, ada yang pingsan dan ada juga yang muntah darah hingga tidak dapat berdiri lagi.
"Kalian sudah menyerangku dengan senjata roh dan berbagai macam sihir, namun aku bisa dengan mudah menumbangkan kalian dengan tangan kosong. Kalian hanyalah sekumpulan sampah yang menggangap diri kalian kuat, lihat siapa yang lemah sekarang" ucap Ryouichi dengan nada meremehkan.
Di luar arena, Enzo melihat hal itu dengan perasaan puas.
"Hahaha, sekumpulan prajurit lemah itu bukanlah lawan yang pantas untuk ketua. Ketua bahkan belum mengeluarkan 5% dari kekuatannya. Jika aku yang melawan mereka, aku akan mematahkan kaki mereka terlebih dahulu" ucap Enzo.
"Lu-luar biasa, dia bahkan dapat mengalahkan para prajurit elit itu dengan tangan kosong" ucap Ren dengan ekspresi tidak percaya.
Ryouichi lalu melangkah pergi dari arena itu dan berniat menghampiri Enzo serta Ren.
"Tung-tunggu sebentar, siapa namamu? Siapa kau sebenarnya?" tanya prajurit muda yang tergeletak ditanah kepada Ryouichi.
Ryouichi pun menghentikan langkahnya dan berbalik badan lalu tersenyum sembari merapikan rambutnya dengan menyisirnya kebelakang menggunakan ruas jari-jemarinya.
"Namaku adalah Ryouichi, ketua dari pasukan [Saint Wolf]. Aku harap kalian tidak sombong lagi dan mulai berlatih dengan benar" ucap Ryouichi sembari memakai lencana [Glorius Wings] miliknya dan tersenyum.
Setelah mengucapkan hal itu Ryouichi kembali berjalan pergi dan menghampiri Enzo serta Ren. Prajurit yang tergeletak ditanah itupun melihat kepergian Ryouichi dengan tatapan kagum.
"Begitu besar perbedaan diantara dia dan kami, aku mengaku... Kalah"
Prajurit itupun akhirnya tidak sadarkan diri.
"Mengapa kau terlihat terkejut seperti itu ? " tanya Ryouichi kepada Ren.
"Ti-tidak, hanya saja kau terlihat keren saat mengucapkan namamu kepada mereka" ucap Ren.
Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan yang mengejutkan Ryouichi. Dari kejauhan ternyata pasukan [Saint Wolf] dan juga jendral sedang menyaksikan pertarungan Ryouichi dengan 15 orang prajurit tadi, pasukan [Saint Wolf] dan juga jendral pun menghampiri Ryouichi.
"Hahaha, kau hebat juga Ryouichi. Aku jadi teringat ketika dulu pernah melawan 40 orang sekaligus dan dapat menumbangkan mereka kurang dari 5 menit" ucap jendral.
"Papa hebat" ucap Aiko.
"Kau hebat seperti biasanya, Ryouichi" ucap Rose sembari tersenyum.
"Tentu saja, ketua adalah yang terhebat" ucap Akari.
Ren lalu berjalan menghampiri Ryouichi.
"Terima kasih atas bantuanmu, Ryouichi. Aku tidak tahu harus bagaimana jika tidak ada dirimu" ucap Ren.
"Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku" ucap Ryouichi.
"Benar juga, bagaimana jika kita berlatih tanding sekarang? Itu akan menjadi hal yang menarik" ucap jendral.
"Tunggu dulu ayah… Maksudku jendral, untuk apa anda berlatih tanding dengan Ryouichi?" ucap Rose.
"Aku juga tertarik untuk berlatih tanding denganmu jendral" ucap Ryouichi.
"Ryouichi!" seru Rose.
Terlihat raut wajah tidak setuju dari Rose.
Tiba-tiba Aiko menarik tangan Ryouichi.
"Apa papa akan berkelahi dengan kakek?" tanya Aiko dengan wajah polosnya.
"Ah, papa hanya akan bermain dengan kakek" ucap Ryouichi sembari mengelus kepala Aiko.
"Baiklah, mari kita mulai latih tandingnya sekarang" ucap jendral.
Jendral lalu membuka seragam miliknya, terlihat tubuh jendral yang masih kekar meski di usianya yang sudah terbilang tua.
"Baiklah, bagaimana dengan aturannya?" tanya Ryouichi.
"Kita hanya akan bertarung dengan kekuatan fisik tanpa dibantu oleh senjata roh. Tapi kau juga bisa menggunakan aura untuk penguatan fisik. Seharusnya kau bisa mengalahkan kakek tua dna renta ini, Ryouichi" ucap jendral.
"Baiklah, aku terima tantangan anda. Aku harap anda tidak protes jika anda kalah dariku, jendral" ucap Ryouichi.
"Hahaha, aku harap kau tidak menghajarku sampai terluka parah seperti prajurit-prajurit tadi" ledek jendral.
Ryouichi dan jendral pun berjalan menuju arena dari arah berlawanan, keduanya pun terlihat serius dengan pertarungan dan masing-masing dari mereka mengeluarkan aura yang besar. Ryouichi mengeluarkan aura hitam pekat yang besar dan mengintimidasi, sedangkan jendral mengeluarkan aura putih hangat dan bercahaya yang besar. Seluruh orang di aula itu terlihat penasaran tentang siapakah diantara mereka berdua yang akan menjadi pemenangnya