Divine_Gate

Chapter 47 : Permulaan dari masa lalu Rose (Part 2)



Chapter 47 : Permulaan dari masa lalu Rose (Part 2)

0"Jendral, maaf jika aku menanyakan hal ini padamu. Tapi apakah ada sesuatu yang terjadi diantara anda dan juga Rose?" tanya Ryouichi.     

"Apakah kau akan percaya jika aku mengatakan bahwa Rose dulunya anak yang periang dan selalu dekat denganku?" tanya Jendral.     

"Itu…" ucap Ryouichi lirih.     

"Mari kita mencari pasukanmu terlebih dahulu, lalu kita bisa membicarakan hal ini" ucap jendral.     

"Baiklah" ucap Ryouichi.     

Jendral dan Ryouichi pun berjalan-jalan selama beberapa menit lamanya hingga akhirnya mereka bertemu dengan Enzo yang tengah dikerumuni oleh banyak prajurit wanita.     

"Darimana asal anda?" tanya salah satu prajurit wanita.     

"Mengapa anda sangat tampan?" tanya prajurit wanita lainnya.     

"Ah, itu…" ucap Enzo kebingungan.     

Enzo pun menyadari Ryouichi dari kejauhan dan menyapanya.     

"Ah, itu adalah ketua pasukanku! Maaf aku harus pergi" ucap Enzo.     

Terlihat ekspresi dari seluruh prajurit wanita itu kecewa melihat kepergian dari Enzo yang mendadak.     

"Ketua, untunglah anda berada disini. Entah mengapa para prajurit wanita itu mendekatiku dan menanyakan berbagai macam hal" ucap Enzo.     

"Bukankah itu karena kau terlalu tampan ? " ucap Ryouichi.     

"Jika Akari melihat hal ini, dia pasti akan marah dan kesal" ucap Enzo.     

"Haha, kau mengingatkanku dengan teman lamaku. Dulu dia mirip denganmu yang selalu di kelilingi oleh wanita" ucap jendral.     

"Siapa pria tua itu, ketua?" bisik Enzo kepada Ryouichi.     

"Dia adalah jendral, apa kau tidak tahu?" ucap Ryouichi heran.     

Enzo terkejut setelah mendengar ucapan dari Ryouichi.     

"Ma-maafkan saya jendral, saya tidak mengenali anda" ucap Enzo sembari membungkukkan badannya.     

"Hahaha, tidak apa-apa. Suasana hatiku saat ini sedang bahagia karena cucu manisku ini" ucap jendral sembari mengelus kepala Aiko.     

"Dimana yang lainnya?" ucap Ryouichi.     

"Ah, saya dan yang lain terpisah ketika sedang berjalan-jalan sembari menunggu anda" ucap Enzo.     

"Baiklah kalau begitu, bisakah kau menggendong cucu manisku ini dan pergi menuju dapur untuk memberinya makan? Aku masih ingin membicarakan sesuatu dengan Ryouichi" ucap jendral kepada Enzo.     

"Tentu saja, jendral" ucap Enzo.     

Enzo pun menggendong Aiko.     

"Aiko, paman Enzo akan menemanimu pergi. Jadilah anak yang baik" ucap Ryouichi.     

"Baik, papa. Aiko berjanji akan menjadi anak yang baik" ucap Aiko bersemangat.     

"Kalau begitu, saya pergi dulu" ucap Enzo lalu pergi meninggalkan Ryouichi dan jendral.     

Terlihat Aiko melambaikan tangan kepada Ryouichi dan jendral. Ryouichi pun membalas lambaian tangan dari Aiko dengan tersenyum.     

"Kalau begitu, ikutlah denganku. Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan kepadamu." ucap jendral.     

Ryouichi lalu mengikuti jendral ke sebuah danau kecil dibelakang gedung pemerintahan. Danau itu sangat indah dengan air yang sangat jernih dan dikelilingi oleh rindangnya pepohonan.     

"Mengapa anda membawaku kesini, jendral?" tanya Ryouichi.     

"Ketika Rose masih anak-anak dia sering bermain dengan ibunya di danau ini. Sementara aku sibuk dengan urusan pemerintahan dan politik" ucap jendral.     

Ryouichi lalu melihat ke sebuah pohon dan mendekatinya. Pohon itu terukir nama Rose dan juga Aiko.     

"Mengapa bisa ada nama Rose dan Aiko disini ? " ucap Ryouichi.     

"Apakah kau terkejut? Aiko adalah nama dari ibunya Rose. Anak itu sangat mencintai ibunya dan membuat ukiran nama ini" ucap jendral.     

"Lalu dimanakah ibunya Rose sekarang?" tanya Ryouichi.     

"Ikutlah denganku, aku yakin dia juga ingin bertemu denganmu" ucap jendral sembari tersenyum.     

Jendral pun melangkahkan kakinya tanpa berbicara banyak, Ryouichi yang nelihat hal itupun lalu mengikuti jendral ke sebuah taman bunga kecil didekat danau itu.     

"Dimana dia, jendral?" tanya Ryouichi sembari melihat kesana kemari mencari keberadaan ibu Rose.     

Jendral lalu mendekati sebuah nisan yang nampak terawat dan dikelilingi oleh beberapa bunga mawar merah.     

"Aiko, bagaimana kabarmu? Aku membawa pria yang dicintai oleh anak kita." ucap jendral sembari mengelus nisan itu.     

Ryouichi nampak sedikit terkejut, namun dirinya perlahan tenang lalu berjalan perlahan mendekati nisan itu.     

"Maaf jika membuat anda sedih, jendral. Saya tidak tahu sama sekali bahwa istri anda sudah..." ucap Ryouichi.     

"Tidak apa-apa, sebelumnya aku kaget ketika mengetahui bahwa nama anak kalian adalah Aiko. Anak itu sampai sekarang tidak bisa melupakan ibunya. Dan kematian Aiko juga berhubungan dengan kesalahanku dimasa lalu" ucap jendral.     

"Apa maksud anda, jendral ? " tanya Ryouichi penasaran.     

Jendral lalu duduk berlutut di depan nisan itu dan memasang ekspresi sedih.     

"Ketika Rose masih kecil, dia bepergian dengan ibunya. Namun tiba-tiba, sekelompok orang tidak dikenal menyerang mereka. Ketika aku mendengar hal itu, aku langsung membatalkan seluruh pertemuanku dengan para pejabat tinggi lainnya dan bergegas menuju ketempat itu bersama dengan puluhan pasukan pengawalku. Namun ketika aku sampai disana... Semua sudah terlambat. Aiko meninggal ketika melindungi Rose dalam pelukannya. Aku menyalahkan diriku yang kala itu tidak bersama mereka dan lebih memilih mengurus urusan pemerintahan. Kesedihan Rose bertambah ketika saat itu kakaknya juga meninggal karena terbunuh dalam suatu penyerangan ke kastil demon" ucap jendral.     

"Apakah Rose mengatakannya secara langsung bahwa dia membenci dengan anda? " tanya Ryouichi.     

"Apa maksudmu? Tentu saja dia benci denganku, dia bahkan berhenti memanggilku ayah sejak saat itu. Tiada hari tanpa aku menyesali keputusan yang pernah aku buat sebelumnya, aku sungguh orangtua yang gagal" ucap jendral sembari menangis.     

"Jendral, bukan maksud saya untuk menggurui anda. Namun saya percaya, tidak ada anak yang akan membenci orangtuanya. Saya yakin bahwa Rose paham dengan posisi dan kewajiban anda sebagai jendral kala itu." ucap Ryouichi.     

"Kau sungguh pria yang tepat bagi Rose, aku yakin Aiko akan senang melihat Rose bahagia denganmu. Aku sungguh berharap suatu hari nanti, Rose akan memaafkanku dan kembali memanggilku ayah. Aku... Aku sangat menyayanginya" ucap jendral sembari tersenyum.     

Namun Ryouichi tahu bahwa senyuman yang ditampakkan oleh jendral kala itu hanyalah sebuah senyuman palsu untuk menutupi seluruh kesedihan dan kepedihan.     

"Jendral…" ucap Ryouichi lirih.     

Jendral lalu berdiri dan mengusap air matanya.     

"Baiklah, aku sudah rindu dengan cucu manisku. Mari kita pergi menemuinya" ucap jendral.     

Ryouichi pun mengikuti jendral untuk mencari Aiko. Ryouichi sadar bahwa Rose sedang bersembunyi di balik pohon dan mendengarkan seluruh pembicaraannya dengan jendral. Ryouichi yang sadar akan hal itu hanya bisa tersenyum.     

"Ayah… Aku..." gumam Rose dari balik pohon sembari duduk meringkuk dengan ekspresi sedih.     

Sementara itu Ryouichi dan jendral tengah mencari Aiko di dapur.     

"Dimana cucu manisku? Mengapa dia tidak ada disini?" ucap jendral bingung.     

Tiba-tiba Aiko berlari dan menghampiri mereka berdua.     

"Papa!" seru Aiko.     

Ryouichi yang melihat Aiko yang berlari kearahnya pun langsung menggendongnya.     

"Ada apa? Mengapa kau berlari seperti itu? Dimana paman Enzo?" tanya Ryouichi.     

"Paman Enzo sedang bertengkar dengan laki-laki jahat" ucap Aiko.     

"Laki-laki jahat?" ucap Ryouichi.     

Jendral dan Ryouichi pun saling berpandangan.     

"Bisakah Aiko menunjukkan dimana paman Enzo?" tanya Ryouichi.     

Aiko lalu turun dari gendongan Ryouichi dan berlari, Ryouichi dan jendral pun mengikuti Aiko ke sebuah tempat. Mereka pun mengikuti Aiko hingga ke lapangan besar, terlihat Enzo sedang adu mulut dengan seorang prajurit.     

"Itu paman Enzo" ucap Aiko sembari menunjuk Enzo.     

"Orang itu... Dengan siapa lagi dia bertengkar sekarang" ucap Ryouichi sembari menghela nafas.     

"Coba kau katakan sekali lagi! Aku tantang kau" teriak Enzo.     

"Apakah perlu aku mengatakan hal itu lagi kepadamu? Kau sungguh bodoh sekali" ucap prajurit laki-laki itu.     

Ryouichi lalu menghampiri Enzo dan prajurit itu.     

"Mengapa kau berteriak seperti itu, Enzo?" tanya Ryouichi.     

"Ketua… Orang ini mengatakan bahwa aku tidak peka terhadap perasaan wanita. Apa maksudnya orang ini berkata seperti itu kepadaku" ucap Enzo.     

"Jadi Aiko berlari ketakutan hanya karena hal sepele seperti ini" ucap Ryouichi sembari menghela nafas.     

Prajurit pria itu lalu menatap Ryouichi dengan tatapan tajam.     

"Siapa kau? Apakah kau teman dari pria bodoh ini? " tanya prajurit laki-laki itu dengan ketus.     

"Hah?! Bisakah kau berbicara dengan nada yang normal? Aku sedang tidak ingin mencari masalah dengan orang lain saat ini" ucap Ryouichi kesal.     

Jendral yang melihat hal itu lalu menghampiri mereka sembari menggendong Aiko.     

"Ada apa ini?" tanya jendral.     

Prajurit laki-laki itu pun memberi hormat kepada jendral.     

"Selamat siang jendral. Tidak ada masalah apa-apa, selain pria bodoh didepanku ini" ucap prajurit itu.     

"Kakek, prajurit itu sudah jahat kepada Aiko." ucap Aiko.     

"Ah, kau adalah anak kecil yang tadi menggigit kakiku!" seru prajurit itu.     

Aiko terlihat ketakutan dan memeluk jendral.     

"Ada masalah apa kau dengan cucu manisku ini? Apa kau mau aku menggigit kakimu juga?" ucap jendral dengan tatapan sinis.     

"Cu-cucu?!" seru prajurit itu.     

"Aku sudah mengatakan bahwa anak kecil itu adalah cucu dari jendral. Kau malah tidak mempercayainya, sekarang siapa yang bodoh?" ucap Enzo.     

Prajurit laki-laki itupun gugup setelah tahu kebenaran bahwa Aiko adalah cucu dari jendral.     

"Sa-saya minta maaf atas ketidaksopanan saya!" ucap prajurit itu sembari menundukkan kepalanya.     

"Angkatlah kepalamu, aku maafkan kau kali ini. Dan bukankah kau adalah pelatih dari Akademi Militer Central? Mengapa kau tidak mengajar hari ini?" ucap jendral.     

"Ah, tentang hal itu…" ucap prajurit laki-laki itu.     

Prajurit laki-laki itu lalu menceritakan semuanya, bahwa para pasukan itu yang tengah dia latih saat ini tidak mengakui prajurit yang lebih lemah dari mereka sebagai pelatih.     

"Jadi mereka tidak mengakuimu sebagai pelatih?" ucap jendral.     

"Huh, ternyata kau pelatih? Pelatih macam apa kau sampai tidak diakui oleh anak didikmu sendiri" ucap Enzo.     

"Kau…" ucap prajurit laki-laki itu menahan kesalnya.     

Jendral terlihat memikirkan sesuatu dan akhirnya tersenyum.     

"Kebetulan sekali, bisakah kau menjadi pengajar mereka untuk hari ini, Ryouichi?" ucap jendral.     

Ryouichi pun terkejut setelah mendengar ucapan dari jendral.     

"Sa-saya?" ucap Ryouichi sembari menunjuk dirinya sendiri.     

"Tentu saja, aku yakin mereka tidak akan mengeluh jika ketua dari pasukan [Saint Wolf] dan pemegang lencana [Glorius Wings] yang mengajari mereka" ucap jendral sembari tersenyum.     

Prajurit itu terkejut setelah mendengar ucapan dari jendral dan mendekati Ryouichi.     

"Ma-Maafkan perilaku saya sebelumnya, saya harap anda memaafkan saya. Saya sebelumnya tidak tahu jika anda adalah pemegang lencana [Glorius Wings]" ucap prajurit laki-laki itu sembari menundukkan kepalanya kepada Ryouichi.     

"Ah, tidak apa-apa. Kalau begitu bisakah kau menunjukkan kepadaku dimana pasukan yang ingin kau latih itu?" ucap Ryouichi.     

"Tentu saja, mari ikuti saya" ucap prajurit laki-laki itu.     

"Kalau begitu saya pergi dulu, jendral. Dan untukmu Aiko, tetaplah bersama jendral dan jadilah anak yang baik" ucap Ryouichi sembari mengelus kepala Aiko.     

Aiko pun tersenyum dan menggangguk.     

"Kau ikut denganku, Enzo" ucap Ryouichi.     

"Saya juga ikut dengan anda?" tanya Enzo heran.     

"Tentu saja, aku ingin kau menghentikanku jika aku berlebihan ketika mengajar mereka." ucap Ryouichi.     

"Baiklah kalau begitu" ucap Enzo.     

Ryouichi, Enzo, serta prajurit laki-laki itu pun berjalan menuju lokasi pelatihan dari pasukan Central yang terkenal arogan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.