Jodoh Tak Pernah Salah

Part 66 ~ Liciknya Dian



Part 66 ~ Liciknya Dian

2"Anda salah mencari lawan. Kesombongan telah menghancurkan anda. Lain kali jaga omongan. Di atas langit masih ada langit. Rakyat kecil mungkin akan diam ketika anda hina, tapi tidak dengan beliau. Menghina istrinya sama saja menghina Aldebaran. Dia tidak suka dihinakan dan tak pernah menghinakan orang lain. Selamat menikmati masa pensiun," kata Dian menohok meninggalkan Hadi bersama Miko.     

Hadi termenung dan menangis histeris. Bara telah memberikan hadiah kecil yang membuat masa depannya suram.     

"Bukankah terlalu kejam untuknya?" Tanya Miko membuka obrolan di atas mobil.     

"Dia pantas mendapatkannya. Baru saja menjabat sebagai anggota dewan kota sudah sombong dan merendahkan orang lain. Orang seperti Hadi tidak pantas menjadi wakil rakyat. Bukannya menyalurkan aspirasi rakyat ia malah menyalurkan aspirasi arus bawahnya. Dia sangat menjijikkan. Menyewa pelacur pakai uang rakyat. Orang seperti dia tidak akan pernah memperjuangkan rakyat yang ada dia memperjuangkan nasibnya sendiri."     

Miko tergelak tawa seraya mengusap hidung.     

"Lo benar-benar menakutkan Dian. Pantas saja Bara selalu mempertahankanmu dan tak ingin pergi dari sampingnya."     

Dian menundukkan kepalanya,"Terima kasih atas pujiannya Miko."     

"Video Hadi menari dengan penari striptis tadi sudah gue kirim via WA dan email. Mau lo apakan video ini?"     

"Gue koleksi untuk menutup mulut si tua bangka itu."     

"Lama-lama lo seperti kolektor film porno," sindir Miko.     

"Video asusila para anggota DPRD provinsi sudah lo miliki. Lo benar-benar menakutkan."     

Dian tersenyum kecil dan menoleh pada Miko," Lo memuji atau menghina?"     

"Dua-duanya."     

"Dewan itu kebanyakan orang brengsek. Disana tempat para bajingan berkumpul. Jika ada anggota dewan yang baik, yang jahat bersatu untuk menghancurkan yang baik. Mereka baik di depannya saja, padahal mereka bajingan. Mereka bilang mereka akan menyampaikan aspirasi rakyat, nyatanya mereka malah menyalurkan aspirasi mereka. Mereka dekat rakyat ketika akan ada pemilihan saja. Ketika mereka sudah duduk, mereka menjauh dan tidak menyalurkan aspirasi rakyat. Mereka tuli dengan keluhan masyarakat tapi ketika mengangkut uang dan wanita mereka tidak pernah tuli."     

"Lo sepertinya benci banget sama anggota dewan?"     

"Gue membencinya karena tidak menyalurkan aspirasi rakyat. Jabatan mereka gunakan untuk memperkaya diri. Melakukan korupsi karena memegang kendali disana. Semua proyek mereka korupsi. Mereka lapar dan tak pernah puas. Jika ingin kaya jangan jadi legislatif, jadilah seorang pengusaha. Mereka sering menggunakan jabatannya untuk memeras pengusaha. Mereka tak mau memeras. Bahkan pemerasan sudah jadi tradisi bagi mereka."     

"Lalu bagaimana dengan Bara?"     

"Gue enggak akan menjawab pertanyaan lo. Uang bukan tujuan utama Bara, ada misi yang ingin dicapai. Harta Bara tidak akan habis tujuh turunan. Dia pewaris satu-satunya dan ia juga memiliki bisnis sendiri."     

"Ya....ya....ya....gue mengerti," balas Miko manggut-manggut.     

"Bayaran lo nanti gue transfer."     

"Terima kasih Dian. Senang berbisnis dengan lo. Lo mau gue antar kemana?"     

"Ke hotel tempat Bara menginap."     

"Kalian tidur di kamar yang sama?"     

"Otak lo kotor banget," balas Dian kesal menjitak kepala Miko.     

"Gimana enggka kotor. Lo nginap di hotel yang sama ma Bara. Bisa jadi kalian sekamar. Jika pria dan wanita berdua orang ketiganya setan."     

"Jangan samakan gue dengan orang lain. Satu lagi gue jelaskan. Jangan pikir hubungan kami seperti novel dimana bos dan sekretaris terlibat hubungan asmara dan perselingkuhan."     

Miko tertawa terbahak-bahak, memegangi perutnya.     

"Ternyata ketika marah lo sangat cantik dan gue baru menyadarinya."     

"Sekali lagi lo bicara aneh-aneh gue akan potong lidah lo!"     

"Lo benar-benar menakutkan dan tak bisa diajak bercanda."     

*****     

Miko segera pergi setelah mengantar Dian sampai di depan hotel. Pekerjaannya sudah selesai dan ia ingin istirahat.     

Dian mengetuk pintu kamar Bara, tak begitu lama Bara membuka pintu kamar. Bara belum tidur, ia menunggu laporan dari Dian.     

"Kerja yang bagus Dian," puji Bara menaruh smartphone di atas meja yang sedang memutar video rekaman live mesum Hadi dalam kamar hotel bersama Bunga.     

"Sesuai yang bos inginkan."     

"Kamu melakukan diluar ekspektasiku. Aku kira hanya ada ancaman saja, tapi kamu menyiarkannya secara live di media sosial. Benar-benar menghancurkan Hadi berkeping-keping."     

"Videonya sudah di take down bos, karena mengandung asusila. Akun gosip kena nyinyiran netizen."     

"Tidak masalah. Yang penting masyarakat sudah terlanjur melihat video asusila dia."     

"Menurut bos apa yang akan terjadi pada Hadi?"     

"Dia terdepak dari kursinya trus gila. Dia baru saja terpilih eh sudah terdepak, mana uang kampanye belum balik modal."     

Dian tertawa terkekeh," Dia pantas mendapatkannya bos. Apa aku terlalu kejam padanya?"     

"Tidak juga. Aku suka tindakanmu. Tadi Egi menghubungiku," kata Bara ragu-ragu.     

Wajah Dian masam menunjukkan kemarahannya.     

"Berapa kali aku ingatkan bos. Untuk saat ini tolong jaga jarak dengan dia. Bos baru duduk di kursi dewan. Bisa bahaya jika kalian bertemu dan orang-orang tahu hubungan kalian. Nanti bos akan bernasib sama seperti Hadi bahkan bisa bernasib lebih parah."     

"Beraninya kamu marah padaku," cecar Bara emosi.     

"Aku tidak akan diam kali ini. Aku sangat marah. Aku melakukan semua ini demi bos. Ingat misi kita. Ingat balas dendam kita. Jika bos bernasib seperti Hadi, kita kalah sebelum perang. Kita tidak akan bisa membalas dendam pada si bajingan itu. Bajingan itu malah menghirup udara bebas. Dia menikmati sementara kita berdua..." Dian terpancing emosi.     

"Jangan mengajariku Dian," kata Bara mencengkram wajah Dian dengan kasar.     

"Aku Aldebaran tidak suka diperintah!"     

Dian mengamuk dan menendang kaki Bara hingga jatuh ke lantai.     

"Aku tidak memerintah bos. Aku hanya ingin kita mencapai tujuan kita. Bisa lupakan Egi sebentar saja demi misi kita."     

"Bukan tujuan kita, tapi tujuan kamu. Bajingan itu meninggalkan kenangan buruk yang tak pernah bisa kamu lupakan."     

"Bos..." Dian emosi dan menangis.     

"Perlu bos ingat, aku mengalami pemerkosaan itu karena mencoba menyelamatkan bos. Andai waktu itu aku tidak bertindak seperti pahlawan nasibku tidak akan seperti ini. Mungkin aku bisa berkumpul dengan keluargaku di Bandung, menikah dan bahagia. Aku bersumpah tidak akan menikah jika dendamku belum terbalas. Dia hanya sebentar mendekam di penjara. Aku ingin menuntut keadilan."     

Bara terdiam dan melamun. Ia teringat peristiwa lima belas tahun lalu yang merenggut masa depan mereka berdua. Ketika itu Bara berusia 20 tahun dan Dian 15 tahun. Bara menyaksikan dengan mata dan kepalanya sendiri, Dian diperkosa secara sadis dan brutal. Bahkan Dian sempat mengalami gangguan mental karena peristiwa pemerkosaan itu.     

"Jika bos tidak mendengarkan aku kali ini. Baiklah sepertinya kita tidak satu misi lagi. Tak ada gunanya aku berada di sisi bos. Silakan lanjutkan hubungan bos dengan Egi. Biarkan Pak Herman,Bu Ranti dan Dila tahu jika bos gay. Kita urus urusan masing-masing. Aku akan mengurus hidupku, bos mengurus hidup bos sendiri. Aku akan kembali ke Bandung, mencoba berdamai dengan masa lalu," kata Dian dramatis. Ia hanya menggertak dan semoga Bara termakan umpan yang ia berikan.     

"Baiklah bos. Aku pergi dulu," kata Dian dengan langkah gontai.     

Bara tak merespon dan ia jadi kesal sendiri karena ucapannya berbalik padanya. Egi lebih penting daripada misi balas dendam mereka. Dian merutuki kebodohannya dan bersumpah akan membunuh Egi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.