Sudah Bosan Hidup Ya?
Sudah Bosan Hidup Ya?
Para murid yang ada di sana sebagian besar adalah anak atau cucu dari keluarga bangsawan yang memiliki kekuasaan. Mereka sedikit banyak mengetahui tentang Yin Wushuang yang menjadi pelayan pribadi Feng Xiyao itu.
Saat Yin Wushuang muncul, meskipun ia tidak memperkenalkan dirinya maka orang lain tetap bisa mengenalnya. Karena bagaimanapun juga tanda lahirnya yang berwarna hitam di wajahnya itu bukanlah hal yang sangat umum.
Pelayan yang mengenakan pakaian berwarna kuning itu terlihat tidak senang, kedua mata Yin Wushuang terlihat redup, ia berjalan ke depan pelayan itu lalu menampar pelayan itu dengan punggung tangannya dan dengan suara yang sangat dingin ia berkata, "Hanya seorang pelayan rendahan berani memanggil seorang Tuan Putri dengan namanya secara langsung, sudah bosan hidup ya?"
Sebagai seorang pelayan, jika berani memanggil nama Feng Xiyao secara langsung, itu merupakan tindakan yang benar-benar tidak sopan!
Pelayan itu tertegun di tempat karena Yin Wushuang yang tiba-tiba menamparnya. Sedangkan orang-orang yang melihat kejadian itu hanya bisa membuka mulut mereka dengan lebar seolah tidak bisa berkata-kata.
Karena sikap Yin Wushuang itu terlalu…
Tapi bagaimanapun mereka dapat melihat bahwa pelayan yang mengenakan pakaian berwarna kuning itu sudah melanggar peraturan terlebih dahulu. Ia tidak memiliki hak untuk memanggil nama seorang tuan putri secara langsung.
Jika Feng Xiyao mau memperpanjang masalah ini dengan alasan pelayan itu merendahkan dirinya sebagai tuan putri, maka pelayan itu tidak akan mungkin berakhir dengan baik.
Setelah pelayan yang mengenakan pakaian berwarna kuning itu ditampar, ia juga memahami keadaan saat ini. Bagaimanapun juga dia adalah pelayan seorang pangeran sehingga ia pernah melihat banyak hal.
Selain itu, ia juga sadar bahwa ia tidak seharusnya berpikiran tidak jernih karena amarahnya dan bicara sembarangan seperti ini.
Pelayan yang mengenakan pakaian berwarna kuning itu langsung membungkukkan badannya ke depan Feng Xiyao dan meminta maaf, "Tuan Putri Feng tolong jangan marah, saya sudah salah bicara, saya patut dihukum tolong hukum saya."
Meskipun pelayan itu meminta maaf, namun sorot matanya malah terlihat tidak tulus sedikitpun. Ia mengatakan itu hanya untuk menutup mulut Yin Wushuang agar Yin Wushuang tidak bicara lagi.
Pelayan yang mengenakan pakaian berwarna kuning itu merasa percaya diri bahwa Feng Xiyao akan memberikannya pelajaran dalam keadaan seperti ini. Terlebih lagi di depan semua orang, karena dia yakin orang-orang yang ada di sana tidak akan diam saja jika Feng Xiyao mau melakukan sesuatu kepadanya.
Tapi pelayan itu bertekad untuk mengingat tamparan dari Yin Wushuang hari ini. Baginya, Feng Xiyao tetap adalah orang yang merebut posisi majikannya dan Yin Wushuang sudah menamparnya. Jadi menurut pelayan itu, Feng Xiyao dan Yin Wushuang hanyalah orang yang bisa bergantung kepada Negara Feng. Tapi sebenarnya di dalam hatinya, ia memandang rendah Negara Feng. Karena baginya, negara yang bahkan tidak bisa membuka warisannya sendiri itu tidak akan bisa bertahan lama!
"Bagunlah." Feng Xiyao mengangkat tangannya, ia tidak mau memperpanjang masalah pelayan yang memanggil namanya itu, karena ia merasa bersalah sudah mengambil posisi Pangeran Murong.
Selain itu Feng Xiyao juga merasa bahwa tamparan dari Yin Wushuang sudah cukup sebagai bentuk pelajaran untuk pelayan itu.
"Terima kasih Tuan Putri." Pelayan itu menyembunyikan perasaannya, lalu ia bangkit berdiri, setelah itu ia melihat ke arah Yin Wushuang dengan sorot mata dingin, tapi seolah mengatakan, 'Aku tidak bisa apa-apa, dia memaafkanku.'
[Dia adalah pelayan paling arogan yang pernah aku temui selama ini.]Mo Baobao yang ada di dalam cincin phoenix ungu kuno terlihat sangat marah.
Yin Huo dan yang lainnya saling bertukar pandang dan memutuskan untuk diam.
Mereka semua tahu bahwa orang yang berani menunjukkan sisi arogan kepada Yin Wushuang, tidak akan pernah berakhir dengan baik. Jadi jika pelayan itu terus memilih untuk melakukan hal itu maka…
"Saya datang kemari bukan untuk membuat keributan." Pangeran Murong yang sejak tadi diam akhirnya bicara, suaranya terdengar seperti angin musim semi yang menyentuh batu, "Sekolah tingkat atas dunia peri selalu dikenal dengan keadilannya, saya hanya ingin melihat petapa sekuat apa yang bisa menggeser saya dari posisi saya. Apakah Tuan Putri Feng mau memberikan saya kesempatan untuk bisa merasakan kekuatan Anda? Jika Tuan Putri menang, saya tidak akan mengatakan apapun dan langsung pergi!"
Setelah tuannya bicara, pelayan yang berpakaian kuning itu melangkah mundur dan orang-orang yang ada di sekeliling mereka juga menjadi tenang.