Tidak, Kamu Tidak Memelukku
Tidak, Kamu Tidak Memelukku
Kesadaran spiritualnya terkadang terbangun, tapi terkadang juga hancur. Ia merasa dunianya seperti sebuah tempat yang sangat gelap, seolah ada yang mengurungnya di dalam sebuah ruangan kecil tanpa cahaya di dalamnya.
Di dalam kegelapan itu, A Zi tidak bisa menemukan arah, ia tidak bisa menemukan pintu keluar hingga akhirnya saat ia mendengar suara Yin Tianji.
'A Zi, aku adalah Yin Tianji.'
Hanya Tuhan yang tahu bagaimana perkataan itu bisa berubah menjadi sebuah cahaya yang menerangi dunia A Zi dan memberikan petunjuk arah kepada A Zi.
A Zi berlari ke arah cahaya itu dan saat berada di tengah cahaya itu, ia dapat merasakan sebuah perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
A Zi berdiri di tengah cahaya itu dan ia memiliki perasaan yang penuh penantian, ia berpikir bahwa ia akan bisa bertemu dengan Yin Tianji.
Tapi setelah menunggu di tengah cahaya itu untuk beberapa saat, A Zi tidak bisa melihat Yin Tianji. Tidak hanya itu, bahkan satu-satunya cahaya yang ada di sana juga tiba-tiba menghilang.
A Zi duduk di lantai dan merasa tidak berdaya.
'A Zi, aku datang menjemputmu.'
Di saat A Zi sudah mau menyeranh, suara Yin Tianji kembali terdengar, A Zi mengangkat kepalanya dan ia melihat Yin Tianji berdiri di depannya dengan kedua tangan yang terbuka ke arahnya.
'A Zi, aku melihat bunga kamelia yang bermekaran di gunung tahun ini, sangat indah.'
A Zi, ''Aku juga sangat ingin melihatnya.'
'Xiao Shitou di Sekte Dao hidup dengan sangat baik, dia sudah berlatih dan mengembangkan kemampuannya. Biasanya dia juga sangat penurut dan selalu ingin bertemu denganmu."
A Zi berkata, 'Katakan kepadanya, aku pergi ke tempat yang sangat jauh dan untuk saat ini tidak bisa pulang.'
'Setelah aku datang ke dunia manusia, ada orang yang mengenalkan anak perempuannya kepadaku. Tapi aku hanya mencintaimu jadi bagaimana mungkin bisa peduli dengan perempuan lain?'
'Jika… jika kamu bertemu dengan perempuan yang lebih baik maka jangan…' Jawab A Zi.
'Lihatlah, aku bisa memelukmu lagi.'
A Zi menjawab, 'Tidak, kamu belum memelukku, aku masih ada di sini.'
A Zi membuka mulutnya dan bicara tapi tidak ada orang yang bisa mendengarkan hal itu. Kemudian A Zi berlari ke arah Yin Tianji yang sedang membuka kedua tangan ke arahnya itu.
Yin Tianji masih tersenyum ke arahnya, tapi ia malah melihat sebuah benda yang menyerang Yin Tianji dari belakang.
'Pergi!'
A Zi berteriak sekuat tenaganya.
'Bukankah kamu... mau melihat bunga kamelia? Lihatlah, aku membawanya... aku membawa bunga yang paling kamu sukai...'
Suara Yin Tianji berubah, darah tidak berhenti keluar dari mulut Yin Tianji dan dadanya juga berdarah.
A Zi dalam benaknya bertanya, 'Apa yang terjadi?'
A Zi menundukkan kepalanya dan merasakan ada darah yang menutupi tangannya.
A Zi kembali berkata, 'Pergi!'
A Zi tidak tahu apa yang terjadi, ia hanya merasakan ada orang yang mau membunuh Yin Tianji. Hal itu membuatnya merasa panik dan marah kenapa Yin Tianji karena tidak pergi seperti yang ia perintahkan.
'Aku tidak mau pergi. A Zi, jika mau pergi, maka kita akan pergi bersama.'
Saat itu seluruh tubuh A Zi tiba-tiba penuh dengan kekuatan yang entah dari mana asalnya, langkah kakinya semakin lama semakin besar. Ia semakin lama bergerak semakin cepat, ia berlari dan ingin memeluk Yin Tianji.
Saat A Zi sudah hampir berhasil memeluk Yin Tianji, dia malah melihat sebuah cahaya yang menusuk mata dan saat dia membuka matanya lagi, ia melihat tubuh Yin Tianji yang ada di tengah langit dipotong menjadi 5 bagian.
A Zi juga melihat potongan tangan Yin Tianji yang masih memegang setangkai bunga kamelia berwarna putih itu.
-
Saat itu A Zi berjalan keluar dari dalam kegelapan. Yin Tianji pun berhasil mengeluarkan A ZI dari dalam kegelapan, dengan nyawanya sebagai bayarannya.
A Zi dengan cepat mengetahui apa saja yang sudah terjadi dan bagaimana keadaan saat ini.
A Zi diam-diam mengumpulkan kesadaran spiritualnya dan ia menunggu di saat Long Ye lemah, ia langsung menyerang Long Ye. Kemudian mengambil alih kekuasaan untuk mengendalikan tubuh laba-laba raksasa itu.
"Nona besar, kamu masih ingat?" A Zi bicara dengan suaranya yang lembut, "Aku pernah mengatakan bahwa aku tidak ingin menjadi sebuah alat."
Entah di Sekte Dao ataupun di Sekte Iblis, A Zi tidak ingin menjadi alat bagi siapapun.
A Zi menundukkan kepala, kemudian ia mengulurkan tangannya dan menyentuh bunga kamelia putih itu lalu menghirup aromanya dan berkata, "Apa bisa… mengabulkan keinginanku itu?"