Benar kan, Istriku?
Benar kan, Istriku?
Dengan kekuatannya, Yin Wushuang mampu untuk menghadapi seribu Wendy yang datang untuk cari mati.
"Ada hal-hal yang bisa ditoleransi, tapi ada prinsip-prinsip yang tidak bisa dipatahkan." Yin Wushuang berkata dengan ringan.
Jun Shangxie tersenyum lembut, matanya bersinar seperti bintang yang berkilauan. Ia mengangkat tangan mereka berdua yang saling bertautan lalu mengecup punggung tangan Yin Wushuang sembari berkata, "Aku merasa sangat terhormat karena bisa menjadi prinsipmu yang tidak terpatahkan."
"Sebagai 'istri' yang kamu jaga…" Yin Wushuang mengangkat alisnya, "…aku juga sama seperti itu."
Zoe terdiam tanpa kata, "…..."
Ia seperti sedang melihat gelembung berwarna merah muda di antara mereka berdua, nada suaranya terdengar sedikit rumit, "Aku selalu merasa bahwa rencanaku sangat teliti. Kalau melihat keadaan seperti sekarang ini, seharusnya aku mengatur kalian sebagai Adik Kakak, atau Ibu dan Putranya."
"Sekalipun mengatur kami menjadi Kakek dan Cucunya, itu juga tidak dapat menutupi kenyataan bahwa kamu jomblo." Jun Shangxie memakai penyamarannya dan memandang Yin Wushuang, "Benar kan, Istriku?"
Seketika Zoe merasa seperti terluka sangat dalam!
Tiba-tiba sudut bibir Yin Wushuang tampak berkedut, kemudian ia melanjutkan lagi perjalanannya. Tidak lama kemudian, mereka pun melihat toko roti yang disebutkan Zoe.
Saat ini toko roti itu sudah tutup, di depan pintunya tampak berdiri seorang Nenek Tua yang berpegangan pada tongkatnya. Nenek Tua itu umurnya lebih dari tujuh puluh tahun, rambutnya tampak beruban dan punggungnya terlihat bungkuk.
Ketika melihat Zoe dan Jun Shangxie, ia pun langsung membuang tongkatnya dengan keras lalu datang dengan langkah kakinya yang cepat.
Di sisi lain, Zoe juga mempercepat langkahnya lalu memeluk Ibunya, "Aku pulang bersama dengan Adik dan Adik Ipar."
"Baguslah kalau sudah pulang!" Nenek Tua itu mengajak mereka bertiga masuk, kemudian menutup pintu yang terakhir.
Setelah menutup jendela, punggung nenek tua itu tidak lagi bungkuk seperti sebelumnya. Dengan setengah berlutut, dan dengan nada suaranya yang tenang namun kuat ia berkata, "Salam kepada Malaikat Agung."
Yin Wushuang dan Jun Shangxie saling memandang sesaat.
"Di dalam kota telah ditentukan peraturan, bahwa berdasarkan lingkungan geografis, setiap rumah tangga secara bergiliran mengirimkan seorang umat yang usianya masih muda. Yang terakhir adalah keluarga Edward, kali ini…" Nenek Tua itu memandang Yin Wushuang, "Giliran keluarga Ayah 'Aslan'."
"Besok adalah waktu terakhir kita." Jun Shangxie mengeluarkan peta lalu menaruhnya di atas meja sembari berkata, "Sarangnya ada di bawah tanah gereja. Bawah tanah itu terbagi menjadi tiga lantai, lantai bawah tanah pertama adalah tempat umat muda dipenjara, lantai bawah tanah kedua adalah tempat Dewa Penguasa berlatih, dan lantai bawah tanah yang ketiga adalah tempat untuk meletakkan mayat. Tongkat Kebangkitan ada di lantai bawah tanah yang ketiga."
"Tidak sulit untuk disimpulkan, selama ini Dewa Penguasa pasti turun satu lantai lalu membawa umat yang telah dipilih ke lantai bawah tanah kedua. Setelah menghisap semua energi dan darahnya, mayatnya itu dibuang ke lantai bawah tanah ketiga." Nada bicara Yin Wushuang terdengar dingin, "Bahkan tempat pembuangan mayatnya tidak ketinggalan."
"Hari ini adalah hari terakhir Festival Kalkun. Menurut tradisi yang ada, pada malam hari orang-orang dari setiap rumah tangga akan pergi ke alun-alun dan berkumpul di sekitar api unggun lalu memanggang kalkun di atas api unggun itu, di sana mereka saling berbagi kalkun bersama-sama. Ini adalah malam yang penuh sukaria. Kita bisa bergerak pada malam ini. Di saat kewaspadaan mereka paling lemah, kita menyelinap masuk ke dalam gereja Tian Shen!"
Ini adalah rencana Zoe, mirip dengan pemikiran Jun Shangxie. Yin Wushuang juga tidak keberatan dengan rencana yang diajukan Zoe. Waktu tidak akan menunggu siapapun, ini adalah kesempatan terakhir.
Kalau besok tidak bisa mendapatkan Tongkat Kebangkitan, maka Tongkat Kebangkitan akan mengakui Dewa Penguasa sebagai Tuannya. Setelah memiliki Tongkat Kebangkitan yang merupakan senjata magis itu, entah seberapa banyak kekuatan Dewa Penguasa akan bertambah.
Mereka bertiga mengangguk dengan serempak. Ketika mereka akan menentukan rencana yang lebih rinci untuk langkah selanjutnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan yang tergesa-gesa di pintu.
"Apakah Nona Aslan ada di dalam?"