Permaisuri Kembali ke Sekolah

Bangun dari Mimpi (1)



Bangun dari Mimpi (1)

1"Ah… Yin Wushuang! Tanganku!" Sophia tidak berani mempercayai kalau Yin Wushuang bisa melakukan tindakan sekejam ini!     

Yin Wushuang tidak membunuhnya, tetapi ia menyiksa Sophia dengan cara seperti ini!     

"Yin Wushuang! Kalau kamu bisa bunuh saja aku!" Sophia tergeletak di tanah. Ia tidak berani bergerak sedikit pun. Karena sedikit bergerak saja ia akan merasa sangat kesakitan!     

Roh Api, Roh Kayu, dan Roh Tanah milik Yin Wushuang bergerak bersama-sama. Pada saat itu Yin Wushuang mengeluarkan tubuh gandanya, dan Sophia pun mengetahui bahwa ia hanya bisa bertarung tanpa bisa mundur lagi!     

Kalau kalah berarti ia mati. Dan bagaimana pun juga ia tetap harus mengakuinya. Ayahnya pernah mengatakan kepadanya bahwa hidup adalah sebuah kompetisi. Kalau kamu tidak ingin kalah, maka harus lebih baik dari orang lain!     

Sophia melakukan trik ini kepada orang lain untuk meningkatkan kekuatannya. Bahkan meskipun Putri Arya benar-benar berdiri di depannya, ia bisa menyingkirkan Putri Arya!     

Tapi tetap saja Sophia tidak bisa melakukan hal itu kepada Yin Wushuang!     

"Mengapa aku harus membunuhmu?" Yin Wushuang datang dan menunjuk dahi Sophia dengan ujung pedangnya, namun matanya menatap si pengantar sembari bertanya , "Apa kamu tidak akan melepaskan mereka?"     

'Mereka? Siapa?' Batin Sophia. Awalnya ia tidak mengerti, Suzaku dan yang lainnya juga tidak mengerti.     

Si pengantar itu sedikit memiringkan kepalanya dan berkata, "Apa aku sudah ketahuan?"     

"Tadi kamu sudah mengatakannya." Yin Wushuang tersenyum kecil, "Tongkat Kebangkitan tidak berhak untuk membunuh. Meskipun sekarang aku membunuh Sophia, dia tetap tidak akan mati."     

Pengantar itu terdiam selama beberapa saat. Kemudian ia pun melambaikan tangannya, orang-orang yang sebelumnya telah 'tewas' pun muncul satu per satu di istana yang kosong itu.     

Arthur, Arya, John, Pendeta gemuk… mereka semua berdiri di dalam istana dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat datar. Tempat ini adalah wilayah Tongkat Kebangkitan. Tongkat Kebangkitan tidak bisa membunuh. Sejak ia mengetahui wajah Sophia yang sesungguhnya namun tidak bertindak, hal ini sudah dapat dilihat.     

Seiring dengan kemunculan orang-orang yang sebelumnya sudah mati itu, wajah Sophia semakin lama semakin tampak pucat.     

Hanya dalam waktu yang singkat, aula itu penuh dengan orang. Jumlahnya sama dengan orang yang masuk ke dalam medan ini pada mulanya, satu pun tidak kurang.     

"Ksatria tercinta, kita sudah bisa berpisah!" Wanita hamil yang sebelumnya telah terbunuh menampar wajah si ksatria, "Aku sudah melihat dengan jelas bagaimana wajah aslimu, kamu juga jangan harap mewarisi harta dari Ayahku!"     

Si ksatria memegangi wajahnya yang telah ditampar sambil menggertakkan gigi tanpa berani mengatakan apa-apa. Dalam hati ia merasa sangat menyesal.     

"Di wilayahku, setiap orang yang tewas akan memasuki wilayah yang kedua dan menyaksikan perkembangan selanjutnya sebagai penonton." Pengantar itu berkata dengan suaranya yang datar, namun seperti ada palu berat yang menghancurkan harapan terakhir Sophia.     

"Hei, ksatria tampan." Wanita hamil itu memegang perutnya dan berjalan ke depan John, "Aku rasa kamu sebaiknya menuntut keadilanmu. Siapa suruh dulu kita begitu bodoh!"     

Ketika wanita hamil itu berkata seperti itu, hampir semua orang yang ada di sana seketika langsung menatap ke arah John. Sorot mata John kosong, dan ia sepertinya merasa sangat putus asa.     

Setelah mendengar kata-kata wanita hamil itu, John berjalan selangkah demi selangkah ke depan Sophia.     

Kemudian John menatap kedua tangan Sophia yang terpaku oleh pedang itu dengan tatapan datar. Tidak ada gejolak apapun di dalam hatinya, bahkan ia ingin tertawa. Ia ingin menertawakan kebodohannya sendiri yang dulu ia lakukan.     

John menghunuskan pedang besarnya. Gerakan ini membuat banyak orang melambaikan tangannya!     

"Lakukan! Bunuh pelacur kecil ini! Ksatria John! Aku melihat sendiri dia membunuhmu!"     

"Bukan hanya membunuh John, dia juga membunuh Putri Arya, dan pada akhirnya dia membunuh lebih banyak orang! Aku benar-benar bodoh, aku menganggap dia sebagai orang yang baik hati!"     

"John, jangan ragu-ragu! Potong kepalanya, pakai darah pelacur kecil ini untuk membaptis pedangmu!"     

Semua orang bersorak, dan tidak ada satupun orang yang mencegah niat John yang ingin membunuh Sophia.     

"John… tidak…" Sophia menggelengkan kepalanya dengan gerakan yang pelan, kedua matanya terlihat sangat putus asa.     

"Aku tidak akan membunuhmu, Sophia.." John mengangkat pedang di atas kepalanya, lalu ia setengah berlutut di depan Sophia sambil menundukkan kepalanya ia berkata, "Dewa Pencipta, di sini aku membatalkan sumpah ksatriaku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.