Permaisuri Kembali ke Sekolah

Bangun dari Mimpi (2)



Bangun dari Mimpi (2)

3John membatalkan sumpah ksatrianya terhadap Sophia. Kemudian Sophia menghembuskan napasnya dan berkata, "Aku tahu kamu masih mencintaiku." Sorot mata Sophia terlihat sangat lembut.     

"Aku benar-benar minta maaf, aku bukan orang bodoh. Aku tidak mencintaimu, tidak seperti keinginanmu." John menyarungkan kembali pedangnya. Sorot matanya yang menatap Sophia datar seperti sedang menatap orang asing, "Nona Sophia yang terhormat, setelah meninggalkan gurun, aku akan meminta orang tuaku untuk pergi berkunjung ke kediaman Duke dan membatalkan sendiri pertunangan kita… kalau kamu bisa meninggalkan gurun ini hidup-hidup."     

"John… John!" Sophia terguncang dan membuat tangannya terkoyak. Wajahnya tiba-tiba berubah tampak sangat pucat dan ia tersentak kesakitan. Namun ia masih berkata, "Kamu tidak membunuhku, aku tahu kamu masih mempunyai perasaan kepadaku! John, melihat cinta kita dulu, lepaskan pedangnya, ya… ? Lepaskan pedangnya…"     

John melirik kedua pedang itu lalu berbalik dan pergi.     

Di tengah jalan John berbalik dan berkata, "Aku rasa Nona Sophia sudah salah paham. Aku tidak membunuhmu bukan karena masih mempunyai perasaan kepadamu, juga bukan karena kebaikan hatiku, tapi karena aku merasa bahwa kematian itu terlalu mudah untukmu. Kamu harus menanggung lebih banyak tuduhan, lebih banyak hinaan, lebih banyak cacian, lebih banyak hukuman. Satu kematian tidak cukup, sangat tidak cukup!"      

Setiap kali satu katanya terucap, membuat mata Sophia berubah menjadi semakin terlihat putus asa. Yang membuat Sophia semakin putus asa adalah bahwa John berkata kepada Yin Wushuang, "Nona Yin, keluargaku selamanya akan menganggapmu sebagai tamu kehormatan. Aku minta maaf atas kebodohanku sebelumnya."     

Setelah itu, John berbalik tanpa ragu sedikitpun dan kembali ke tim, seperti dulu saat Sophia tanpa ragu sedikitpun menusuk perutnya dengan belati.     

'Aku adalah orang yang pernah mati satu kali.'     

Dalam hati John berpikir, 'Hanya saja pada saat itu ada sebuah cinta konyol yang juga ikut mati bersamanya.'     

-     

Perkataan John membuat Yin Wushuang sedikit terkejut saat mendengarnya.     

Ayah John adalah seorang Count di Liga Utara. Kekuatan keluarganya tidak bisa dianggap remeh.     

Di Liga Utara memang hanya ada satu Duke, tetapi Count juga bukannya ada di mana-mana. Kalau keluarga John lemah, ia juga tidak mungkin bisa bertunangan dengan Sophia yang merupakan putri dari seorang Duke.     

Setelah John kembali ke dalam tim, Putri Arya sebagai korban yang kedua berjalan ke depan Sophia. Kemudian perlahan-lahan ia berjongkok dengan tenang dan ekspresi wajahnya tampak sangat menakutkan.     

"Sophia, aku akan membawamu sendiri ke pengadilan kerajaan untuk menerima sanksi. Aku harap Ayahmu, Tuan Duke, bisa menanggung kejahatanmu yang sudah membunuh seorang putri."     

Panther yang saat itu di belakangnya tiba-tiba mengulurkan tangan sembari berkata, "Juga membunuh penyihir keluarga kerajaan!"     

"Dan membunuh perdana menteri." Louis berkata dengan suaranya yang dingin.     

"Baiklah." Arya tersenyum dingin, "Ini benar-benar gawat, ada begitu banyak orang yang menggugatmu yang baik hati ini, ini pasti sebuah kesalahpahaman, benar bukan? Hanya sayangnya kali ini tidak ada yang melindungimu."     

"Kak Arya, Arya…"     

Begitu memikirkan gambaran-gambaran itu, seluruh tubuh Sophia pun gemetar. Ini bukanlah sesuatu yang sanggup ditanggungnya!     

Ini juga bukan sesuatu yang sanggup ditanggung oleh ayahnya!     

Membunuh putri adalah kejahatan yang besar dan juga sebuah pengkhianatan!     

Mengapa bisa begini… mengapa bisa begini?!     

Mata Sophia berlinang air mata, ia meneriakkan nama Putri Arya dengan penuh harap, namun hal itu tetap saja tidak membuat Putri Arya berbalik.     

Kemudian Putri Arya berjalan ke depan Yin Wushuang lalu memberi salam kerajaan, "Aku pikir, aku adalah putri terbodoh sedunia.. Aku tahu kalau aku tidak tahu diri, tapi aku masih ingin memohon maaf darimu, Nona Yin. Aku akan memberitahu Ibuku tentang kebaikanmu. Ibuku akan memberimu gelar, aku harap kamu tidak menolaknya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.