Kekhawatiran (9)
Kekhawatiran (9)
Selain perasaan terkejut, ia juga memiliki perasaan yang rumit yang tidak dapat diungkapkan. Tidak perlu membahas perasaannya pada Leng Sicheng, karena ia memang mencintai pria itu. Dan pernah membayangkan suatu hari pria tersebut juga mencintainya. Ia berharap bisa menggantikan posisi Xu Zipei, bisa diakui oleh Leng Sicheng, dan berdiri di sampingnya secara terang-terangan.
Sekarang, Leng Sicheng memang mengakuinya. Ia juga sudah 'menggantikan' posisi Xu Zipei. Namun, entah mengapa ia tak merasakan perasaan cinta sama sekali. Dan malah merasa ironis?
Leng Sicheng melihat Gu Qingqing tidak menjawab setelah sekian lama. Ia pun menolehkan kepalanya. Lalu ia tampak mengerutkan kening saat melihat pundak Gu Qingqing yang basah karena tadi berdiri di bawah hujan.
Bagaimana kalau Gu Qingqing sampai sakit karena berdiri di bawah hujan deras seperti ini?
"Tadi kamu, sudah berapa lama menguping?"
Apa Leng Sicheng sedang menyalahkannya karena sudah menguping pembicaraannya dengan Xu Zipei?
Hati Gu Qingqing terasa sakit, ia lalu berkata, "Tidak lama. Jangan khawatir, sebenarnya aku juga tidak dengar pembicaraan kalian … sama sekali."
Kerutan di kening Leng Sicheng semakin erat, "Bukan itu maksudku."
Leng Sicheng menundukkan kepalanya. Awalnya ia ingin melepaskan bajunya agar dipakai Gu Qingqing, namun karena sekarang sedang musim panas, ia hanya memakai satu lapis baju saja.
Ia lalu melihat ke sekitarnya, berpikir sejenak, kemudian langsung meraih pergelangan tangan Gu Qingqing. Ia ingin membawanya ke ruang tamu, dan meminta customer service mencarikan baju kering untuk Gu Qingqing.
Mungkin karena tarikan Leng Sicheng terlalu kuat, sedangkan Gu Qingqing juga tidak menyiapkan diri. Tarikan ini langsung membuatnya terhuyung, dan jatuh ke dalam pelukan Leng Sicheng. Gu Qingqing terkejut, ia pun refleks mendongak dan melihat pria itu, yang kebetulan juga sedang menatapnya.
Sejak kecil sampai besar, Leng Sicheng tidak pernah begitu dekat dengan orang yang disukainya. Tentu saja, tidak termasuk saat ia mabuk malam itu.
Tangannya yang menggenggam pergelangan tangan Gu Qingqing pun terasa panas. Namun ia hanya mengerutkan keningnya saja. Ia tidak melepaskan tangan Gu Qingqing, melainkan menolehkan kepalanya dan menarik Gu Qingqing, "Sini!"
Leng Sicheng tidak tahu caranya berinteraksi dengan perempuan, jadi ia hanya bisa menggunakan cara kasar seperti ini untuk menutupi rasa gugup dan canggungnya.
Gu Qingqing tidak mengerti kenapa Leng Sicheng tiba-tiba marah. Ia hanya bisa mengikutinya menuju ruang tamu. Pelayan bagian ruang tamu berjalan mendekat dan mengatakan, "Selamat datang, ada .…"
"Satu kamar deluxe suite."
Pelayan lalu membawa Leng Sicheng dan Gu Qingqing sampai ke depan sebuah kamar. Leng Sicheng berjalan di depan Gu Qingqing, begitu pintu kamar terbuka, ia langsung mendorong Gu Qingqing ke dalam kamar dan menutup pintu.
Kepala Gu Qingqing pusing karena tarikan Leng Sicheng, kakinya juga hampir keseleo karena didorong barusan. Saat ia mau terjatuh, Leng Sicheng merangkul pinggangnya dari belakang.
Ia menolehkan kepalanya dengan bingung. Sementara itu, Leng Sicheng seperti terbakar lagi. Ia langsung menarik kembali tangannya dengan cepat. Membuat Gu Qingqing terlempar ke samping.
Leng Sicheng seperti seorang anak yang berbuat salah, dan bergegas berdiri di samping. Ia ingin menghibur Gu Qingqing, tapi tidak tahu caranya. Jadi ia hanya bisa mengerutkan keningnya dan berjalan ke samping. Lalu membuka sebotol anggur dengan kesal.
Ia menuangkan satu gelas anggur untuk dirinya sendiri. Kemudian ingin meminumnya, namun ia berpikir sejenak, dan meletakkan kembali gelasnya ke atas meja dengan kuat.
Leng Sicheng duduk di atas sofa, sedangkan Gu Qingqing berdiri di dekat pintu kamar. Mereka berdua sama-sama diam. Leng Sicheng ingin mengambil gelas anggurnya, tapi ia terus mengurungkan niatnya, dan akhirnya menghela napas.