Kekhawatiran (10)
Kekhawatiran (10)
Selain Gu Qingqing, Leng Sicheng tidak pernah menyukai orang lain. Ia juga tidak tahu apa yang akan ia rasakan jika ia menyatakan cintanya. Ini seperti anak kecil yang menyukai sesuatu, dan sesuatu itu menjadi kelemahan sekaligus kekuatannya.
Leng Sicheng merasa sedikit kesal dan marah. Ia tidak terima karena Gu Qingqing sudah mengetahui isi hatinya. Ia menjadi semakin tidak nyaman ketika melihat Gu Qingqing hanya berdiri diam.
Sudahlah, ia juga sudah mengakui perasaannya. Sekarang ia dan Xu Zipei juga tidak memiliki hubungan apa-apa lagi. Ia hanya menyukai Gu Qingqing seorang, jadi tidak masalah kalaupun mereka sekarang mulai berpacaran.
Leng Sicheng mendongak, dengan suara pelan ia mengatakan, "Sini."
Gu Qingqing merinding sejenak. Ia merasa tidak nyaman, mungkin karena bajunya basah, atau mungkin karena suhu AC yang terlalu rendah. Ketika Leng Sicheng memanggilnya, ia refleks melirik pria itu. Setelah melihatnya tidak sedang marah, ia baru maju dan berjalan ke depan sofa.
"Duduk." Perintah Leng Sicheng singkat. Gu Qingqing menganggukkan kepalanya lagi, lalu duduk di ujung sofa yang paling jauh dari pria itu. Leng Sicheng mengerutkan keningnya, ia terlihat tidak senang, "Lebih dekat lagi."
Gu Qingqing tertegun, ia pun bergeser agar lebih dekat dengan Leng Sicheng. Pria itu tampak mengerutkan keningnya lagi, "Aku menyuruhmu lebih dekat lagi."
Gu Qingqing terkejut, ia malah membeku dan tidak berani bergerak. Leng Sicheng sepertinya juga menyadari kalau ucapannya terlalu keras. Ia diam-diam menyesal dalam hati. Tapi ia memang tidak pandai bicara.
Leng Sicheng dan Gu Qingqing duduk di sofa dengan suasana yang aneh. Jarak antara mereka berdua masih satu lengan. Mereka berdua duduk untuk waktu yang lama, suasananya juga sangat hening.
Karena suasananya begitu hening, Leng Sicheng sampai bisa mendengar suara jarum jam di kamar tersebut. Akhirnya ia bicara duluan, "Kamu, tadi sudah dengar, kan?"
Gu Qingqing tertegun. Ia juga sedang tegang. Dan ketika mendengar barusan, ia hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Jadi .…" Jadi apa kita mulai pacaran?
Kini Gu Qingqing sudah mengetahui perasaannya yang sesungguhnya, Leng Sicheng juga tidak berniat mau menyembunyikannya lagi. Ia berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apa kamu dan Nie Zhining … sudah putus?"
Ketika Gu Qingqing mendengar nama Nie Zhining, sebenarnya masih ada keterkejutan di dalam hatinya. Waktu itu, setelah ia mengembalikan cek itu pada Zhen Xiaoya, sebenarnya ia sempat berbicara dengan Nie Zhining melalui telepon.
Waktu itu Nie Zhining sudah terkurung di dalam rumahnya, tidak dibolehkan keluar. Ponselnya juga disita, bahkan pria itu sampai diam-diam meminta bantuan pembantunya agar bisa menelepon Gu Qingqing.
"Qingqing, aku tidak tahu ibuku pergi mencarimu. Aku juga tidak tahu dia … menghinamu. Aku .…"
"Aku tahu, Zhining. Maaf, aku rasa kata-kata ibumu memang benar. Aku tidak boleh egois, kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik. Aku harap kamu bisa hidup bahagia."
"Tidak, Qingqing. Aku .…" Nie Zhining belum sempat melanjutkan kata-katanya, tapi ia sudah ketahuan Zhen Xiaoya. Ibunya pun mematikan telepon tersebut.
Setelah panggilan telepon tersebut, sampai sekarang Gu Qingqing dan Nie Zhining tidak pernah berkomunikasi. Bahkan Nie Zhining juga tidak bisa menghadiri acara kumpul-kumpul malam ini karena masih terkurung di dalam rumahnya.
Namun Gu Qingqing dan Nie Zhining sama-sama tahu bahwa mereka sudah tidak ada mungkin bersama lagi. Walaupun orang tua Nie Zhining tidak melarang hubungan mereka, dan keluarga Gu tidak krisis, Gu Qingqing tidak mencintainya. Ia merasa dirinya tidak boleh terlalu egois.
Mendengar pertanyaan Leng Sicheng, Gu Qingqing pun menganggukkan kepalanya. Tapi ia tidak tahu, bahwa anggukan kepalanya merupakan suatu kebahagiaan bagi seorang Leng Sicheng!