Terpapar (20)
Terpapar (20)
Gu Qingqing menoleh dan melihat Leng Sicheng serta Leng Yunting sedang berjalan turun dari tangga lantai dua. Leng Sicheng melihatnya mau berjalan ke halaman luar, jadi ia bertanya dengan penasaran.
Gu Qingqing melihat Leng Yunting turun. Ia takut Gu Qingshan dan Wu Aimei akan membuat Leng Yunting berprasangka buruk. Ia pun menganggukkan kepalanya dan mengatakan, "Ibuku menelepon, aku keluar untuk mengangkat telepon dulu."
Leng Sichenhg juga menoleh dan melihat Leng Yunting. Tapi Leng Yunting tidak menunjukkan reaksi lebih, melainkan hanya menganggukkan kepalanya. Gu Qingqing pun berjalan keluar lobi dan mengangkat panggilan Wu Aimei, "Ibu, aku di rumah tua keluarga Leng."
Seperti dugaannya! Wu Aimei bertanya, "Kalau begitu, apa kamu membicarakan masalah kakakmu di sana?"
Mana mungkin tidak, Gu Qingqing tentu saja sudah mengatakannya, "Hmhh."
"Terus apa kata mereka? Apa rencana mereka untuk menyelesaikan masalah ini?"
Rencana untuk menyelesaikan masalah ini?
Gu Qingqing tampak mengerutkan keningnya, "Memangnya mau diselesaikan seperti apa lagi?"
Mau bagaimana lagi, Wu Aimei sekarang takut ia akan bercerai dengan Leng Sicheng ya? Bahkan ia sendiri juga merasa hal yang dilakukan Gu Qingshan ini sangat memalukan. Sudah syukur keluarga Leng tidak mempermasalahkan masalah ini dengan keluarga Gu.
Apa maksudnya ini?
Wu Aimei mengerutkan keningnya, "Lalu bagaimana dengan kakakmu? Apa pendapat mereka tentang sidang kakakmu?"
"Bukankah aku dan Sicheng sudah pernah bilang. Kami akan mencarikan pengacara terbaik untuk kakak. Kakak juga harus menunjukkan sikap yang tulus, agar hakim dan jaksa bisa melihat kebaikannya. Kalau terkena denda dan keluarga Gu benar-benar tidak sanggup membayarnya, Sicheng juga tidak akan diam saja."
Bahkan pembayaran denda sudah dipertimbangkan, Gu Qingqing juga tidak tahu ada hal lain apa lagi yang bisa dilakukan.
"Lalu, bagaimana kalau kakakmu benar-benar dipidana?"
"Kalau benar-benar dipidana … maka kita akan berusaha agar mendapatkan keringanan hukuman sebesar-besarnya. Bagaimanapun kakak memang sudah menandatangani dokumen-dokumen itu. Tapi, karena dia tidak berpartisipasi dalam perbuatan jahat itu, seharusnya dia tidak akan diberi hukuman yang berat, kan?"
"Lalu bagaimana kalau kakakmu diberi hukuman berat?" Suara Wu Aimei juga mulai merendah.
"Kalau kita kalah di sidang pertama, kita masih bisa mengajukan banding. Dan kalau hukuman sidang kedua tetap terlalu berat, pengajuan banding bisa dilanjutkan."
Mau bagaimana lagi, tentu saja semuanya hanya bisa dilakukan secara bertahap.
"Bagaimana kalau semua hasil sidangnya mengharuskan kakakmu masuk penjara? Kakakmu masih muda, dia juga tidak melakukan kesalahan apa pun. Dia hanya tertipu dan menandatangani beberapa dokumen saja. Apa kamu tega melihatnya dipenjara? Kamu tega noda hitam itu akan menghantui kakakmu selamanya?"
Meskipun Wu Aimei sudah berusaha menahan emosinya, namun suaranya tetap secara refleks mengeras.
"Seharusnya … tidak akan sampai seperti itu, kan?" Gu Qingqing mengerutkan keningnya, "Meskipun kakak tidak melakukan kesalahan apa pun, tapi dia sendiri yang menandatangani dokumen itu, bukan aku yang memaksanya tanda tangan. Sesuai hukum, kami hanya bisa merekrut pengacara dan berusaha meringankan hukuman pidananya saja."
"Pengacara pengacara, semuanya pengacara. Jadi kamu tidak bermaksud mau mengurusnya?"
"Apa masalahnya dengan mau mengurus atau tidak? Tentu saja, kami akan mencoba yang terbaik untuk membantunya mengajukan gugatan dan menyelamatkannya dari hukuman. Tapi aku juga tidak punya cara lain jika pengadilan di setiap tingkat menghukumnya, kan? Lagi pula kakak sudah mau tiga puluh tahun. Meskipun dia tidak masuk penjara, dia juga tidak seharusnya menjadi tanggung jawabku, kan?"
Gu Qingshan memiliki kaki dan tangan, ia juga tidak cacat. Lantas apa yang membuat Gu Qingqing harus mengurus hidup dan matinya?
Lelaki dewasa yang sudah berusia tiga puluh tahun bahkan tidak bisa menjaga dirinya sendiri, dan malah menjadi beban adik perempuannya. Apa ini tidak terlalu keterlaluan?