Hadiah (21)
Hadiah (21)
Di samping Gu Qingqing masih ada Lin Zhouyi yang juga mau ke Huang Ting Entertainment. Ketika ponselnya berdering, ia mengira Wu Aimei menelepon untuk mengeluh lagi, jadi ia menolak panggilan pertama ini.
Gu Qingqing duduk di samping Lin Zhouyi, mereka sama-sama duduk di belakang, dengan jarak setengah lengan tangan. Setelah menolak panggilan telepon Wu Aimei, Gu Qingqing pun membuka proposalnya dan melanjutkan pembahasannya dengan Lin Zhouyi. Namun tidak lama kemudian, ponselnya berdering lagi, ia mengambil ponselnya dan melihat kalau yang meneleponnya masih Wu Aimei.
Gu Qingqing benar-benar sudah mulai muak. Sejak ia memberi tahu Wu Aimei bahwa ia tidak akan memedulikan masalah keluarga Gu lagi, wanita itu hampir setiap hari menelponnya beberapa kali. Awalnya ia masih mengangkatnya, namun Wu Aimei terus menyebutnya anak durhaka, atau meminta uang lebih padanya.
Kalau Gu Qingqing tidak menjawab panggilan tersebut, Wu Aimei akan menelpon ke vila Xishan. Namun Wu Aimei bisa dikatakan masih waras, mengerti bahwa ia tidak boleh menelpon Leng Sicheng. Kalau Wu Aimei bukan ibunya, Gu Qingqing pasti sudah memblokirnya.
Setelah Gu Qingqing menolak lagi panggilan Wu Aimei, ia pun tidak tahan untuk mengerutkan kening. Telepon yang terus-menerus ini benar-benar membuatnya tidak tahan lagi.
Lin Zhouyi melihat Gu Qingqing sambil tersenyum, "Telepon dari ibumu? Maaf, tadi aku tidak sengaja melihat nama di layar ponselmu."
"Ya, seharusnya tidak ada urusan penting." Gu Qingqing menjawab dengan santai, lalu membuka halaman berikutnya seraya mengatakan, "Maaf, ayo kita lanjutkan, tadi sampai mana?"
Lin Zhouyi berkata dengan lembut, "Kalau ada urusan, sebaiknya kamu terima dulu teleponnya. Bagaimanapun juga itu telepon dari ibumu, mungkin rumah ada urusan penting?"
"Urusan penting apa?" Gu Qingqing sendiri sudah tidak sabar, namun ia tetap tertegun sejenak. Ia melihat ke ponselnya lalu mengatakan, "Kalau dia menelponku lagi, aku .…"
Lin Zhouyi tersenyum, "Sebenarnya, terkadang hubungan antara ibu dan anak tidak perlu setegang itu. Sebelumnya ibumu pernah datang ke perusahaan, aku rasa dia orang yang lumayan pengertian, yang sangat bisa menjaga orang. Mungkin orang tua akan pilih kasih di antara kedua anaknya, tapi itu masih bisa dibilang wajar. Mau seberapa dendam, kalian tetap sedarah, kan?"
"Anak ingin melayani orang tua, tapi kadang orang tuanya pergi duluan sebelum hari itu tiba. Dan aku sudah mengalaminya, seharusnya tidak ada masalah yang lebih menyedihkan daripada hal ini, kan?"
Gu Qingqing masih ingin membantah kata-kata Lin Zhouyi, namun begitu teringat pengalaman keluarga Lin Zhouyi yang jauh lebih menderita daripada dirinya, ia pun tidak bisa mengatakan apa pun lagi. Ia lalu menganggukkan kepalanya, "Hmhh, terima kasih Presiden Lin."
Lin Zhouyi tersenyum, saat ia masih mau mengatakan sesuatu, tiba-tiba ia melihat tangan Gu Qingqing yang memakai sebuah cincin, cincin itu dipakai di jari manis tangan kiri, sebuah cincin kawin sederhana. Lin Zhouyi pun berkata, "Itu .…"
Gu Qingqing melihat Lin Zhouyi sedang melihat cincinnya, ia pun mengangkat tangan kirinya dan menyisir rambutnya yang agak berantakan. Saat tangan kirinya diangkat, cincin yang dipakai di jari manisnya pun kelihatan lebih jelas di mata Lin Zhouyi, "Oh, ini … aku rasa, sebaiknya dipakai saja."
Senyuman Gu Qingqing tampak kalem dan damai, sudut bibirnya tampak tersenyum, jelas-jelas sangat bahagia. Kelopak mata Lin Zhouyi berkedut, ia merasa seolah tersengat ketika melihat senyuman Gu Qingqing. Begitu ia menyesuaikan suasana hatinya, dan saat ia mau bertanya apakah Gu Qingqing sudah baikan dengan Leng Sicheng, telepon Gu Qingqing kembali berdering. Wu Aimei meneleponnya lagi.
Kali ini Gu Qingqing mengangkat telepon tersebut. Wu Aimei di seberang ponselnya sangat berisik, "Gu Qingqing, kamu mati atau bagaimana?! Kakakmu sudah mau dimakan para wartawan! Cepat ke sini!"