Kisah Istri Bayaran

Hadiah (19)



Hadiah (19)

0Gu Qingqing terkejut, ia segera berlari ke jendela dan melihat ke luar. Tapi di luar sana gelap gulita, mana bisa melihat? Ia lalu menoleh dan bertanya, "Kamu beneran membuangnya?"     

"Iya, tentu saja, kamu bukannya tidak mau?" Leng Sicheng bersandar di dinding seraya memiringkan kepalanya, tampak tidak peduli.     

Gu Qingqing pun lemas, ia mengatakan, "Kenapa kamu begini? Kalaupun aku tidak mau, kamu juga tidak harus membuangnya, kan? Apa kamu melemparnya jauh? Masih di halaman atau lebih jauh? Apa besok pagi pembantu masih bisa menemukannya?"     

Sebenarnya Gu Qingqing ingin bertanya, apa jam tangan itu akan rusak karena dibuang dari lantai dua? Tidak baik juga kalau merusak jam tangan yang baru dibeli, kan?     

Namun Leng Sicheng tetap tersenyum, "Barang itu aku beli dengan uangku sendiri, aku mau buang ya buang. Kamu bukannya tidak mau? Barang itu juga tidak memakai uangmu kok, kenapa kamu yang sakit hati?"     

Kali ini Gu Qingqing benar-benar panik, "Walaupun aku tidak mau, kamu juga bisa menyumbangkannya ke yayasan orang tidak mampu dan sekolah, kenapa harus membuangnya?"     

Bahkan sampai menyebutkan tentang yayasan orang tidak mampu dan sekolah. Leng Sicheng hampir tidak melanjutkan aktingnya, ia berusaha menahan tawanya, dan dengan serius mengatakan, "Aku kalau mau menyumbang ke yayasan atau sekolah, aku harus menyumbang atas namamu, atau dengan namaku? Atau … dengan nama kita berdua?"     

"Buat apa membahas ini sekarang? Barang itu pasti sangat mahal, kan? Kamu malah membuangnya begitu saja." Gu Qingqing melihat ke luar jendela dengan rasa sakit hati. Lalu ia menarik kembali tatapannya dan mengatakan, "Sudahlah, besok pagi biarkan pembantu itu mencarinya, apakah barang itu masih bisa ditemukan atau tidak. Di sini masih kawasan vila, orang yang tinggal di sini tidak banyak, seharusnya tidak akan dipungut orang lain."     

Pada saat Gu Qingqing masih menggumam, Leng Sicheng malah tertawa. Ia langsung memasukkan sebuah kotak ke dalam telapak tangan Gu Qingqing, "Mau menyumbang, memberikan kepada orang lain, atau membuangnya, kamu yang memutuskannya."     

Gu Qingqing tertegun, "Tapi tadi … kamu bukannya sudah membuangnya? Aku tadi mendengar ada suara barang jatuh!"     

"Aku memang sudah membuang kok." Leng Sicheng menganggukkan kepalanya dengan serius, "Tapi yang aku buang itu kotaknya."     

"Aku .…" Kalau bisa, Gu Qingqing benar-benar ingin membuang kotak di tangannya ini!      

Dasar orang ini, kenapa usil sekali!     

"Kamu tidak mau melihat, apa yang sudah aku belikan untukmu?"     

Leng Sicheng melihat pipi Gu Qingqing yang mengembung karena marah, ia pun tak bisa menahan senyumnya. Kini interaksi mereka berdua malah terasa seperti beberapa tahun lalu, saat masih mahasiswa. Walaupun waktu itu Leng Sicheng dan Gu Qingqing tidak bisa dikatakan sangat dekat, namun masih sedikit familiar terhadap satu sama lain. Terkadang mereka juga memiliki momen ceria dan bercanda seperti sekarang ini.     

"Aku tidak mau melihatnya! Kamu simpan sendiri saja!" Gu Qingqing mengembalikan lagi kotak itu ke tangan Leng Sicheng, yang kemudian maju dua langkah, ia memeluk Gu Qingqing dari belakang dan bertanya, "Beneran tidak mau?"     

Gu Qingqing masih tidak ingin menyerah, namun Leng Sicheng sudah mengatakan, "Tutup matamu."     

"Siapa yang mau tutup mata." Walaupun Gu Qingqing berkata demikian, namun ia tetap menutup matanya dengan patuh. Tidak lama kemudian, ia mendengar suara 'Klik', sepertinya suara kotak yang terbuka. Kemudian sebuah barang yang dingin, bertekstur logam pun mengunci pergelangan tangannya.     

Hanya saja, barang ini sepertinya sedikit ringan. Apakah jam tangan yang dibuat Vacheron Constantin sekarang begitu ringan?     

"Coba buka matamu, suka tidak?" Gu Qingqing membuka matanya, dan ia pun tertegun. Barang yang mengunci pergelangan tangannya bukanlah jam tangan yang ia lihat tadi sore, melainkan adalah gelang logam bertepi lebar!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.