Hadiah (16)
Hadiah (16)
Padahal hanya sebuah sentuhan bibir saja, namun Gu Qingqing seperti kesetrum listrik, seluruh tubuhnya gemetar. Namun, mereka sekarang ada di ruang makan, apalagi sudah larut malam, dan besok masih harus masuk kerja.
"Sicheng." Gu Qingqing ingin mengatakan bahwa sekarang sudah larut malam dan harus istirahat. Namun ia tidak menyangka, Leng Sicheng malah menciumnya lagi, dan memojokkannya di meja untuk memperdalam ciuman.
"Jangan .…" Gu Qingqing segera mendorong Leng Sicheng dengan kuat. Namun pria itu malah semakin tertarik. Awalnya ia tidak berpikir untuk melakukan hal ini, karena semalam merupakan peringatan hari kematian Ayah Gu, dan sekarang sudah dini hari. Hanya saja, saat melihat Gu Qingqing melawan, ia malah tidak ingin melepaskannya begitu saja, pelukan justru semakin erat, dan ciumannya semakin dalam.
Gu Qingqing terkejut, ketika ia mau mendorong Leng Sicheng, mungkin karena gerakan mereka terlalu besar, mangkok dan alat makan yang di atas meja pun terjatuh ke lantai dan mengeluarkan bunyi keras.
Suara mangkok pecah membangunkan pembantu yang sedang tidur. Pintu kamar pembantu yang di samping pun terbuka, dengan ngantuk pembantu itu menggaruk matanya dan keluar, "Siapa?"
Gu Qingqing segera mendorong Leng Sicheng, namun mungkin karena gerakannya terlalu besar, piring yang di atas meja ikut jatuh lagi. Piringnya tidak pecah, namun makanannya malah berserakan di atas meja. Suara Gu Qingqing masih terdengar sedikit gemetaran, "Ti, tidak, aku tidak sengaja memecahkan mangkok."
"Ha?" Pembantu tertegun, kemudian ia pun mulai merespon, "Kalau begitu … biar saya bereskan, ya?"
"Tidak usah, tidak usah, kamu tidur saja. Aku saja yang membersihkannya."
Mungkin karena otak Gu Qingqing masih kekurangan oksigen, ia benar-benar berjongkok dan ingin menggunakan tangannya untuk memungut serpihan mangkok yang pecah.
Belum sempat tangan Gu Qingqing menyentuh serpihan tersebut, Leng Sicheng sudah meraih tangannya, "Kamu sudah gila ya? Kamu mau menggunakan tanganmu langsung? Bagaimana kalau nanti tanganmu terluka?"
Gu Qingqing mengangkat kepalanya dan melihat Leng Sicheng dengan bengong. Leng Sicheng pun menggandeng tangannya dan mengangkatnya berdiri, "Bersihkan meja saja, yang di sini biar aku yang membersihkannya."
Leng Sicheng mengerutkan keningnya, ia melihat sekeliling dan akhirnya mengambil sepasang sarung tangan karet dan memakainya. Pertama untuk menghindari tangannya terluka, kedua karena ia takut kotor.
Gu Qingqing menganggukkan kepalanya, lalu dengan patuh membawa piring dan alat makan lainnya ke wastafel yang di dalam dapur, kemudian keluar lagi dengan kain lap meja untuk membersihkan meja. Gu Qingqing menundukkan kepalanya, ia melihat Leng Sicheng sedang berjongkok di lantai, dengan teliti memungut serpihan mangkok yang pecah.
Leng Sicheng sedang berjongkok, mataya yang selalu tajam ketika melihat orang, kini sedang menatap ke seluruh lantai secara menyeluruh. Pada saat menemukan sebuah serpihan, ia langsung memungutnya dan membuangnya. Gu Qingqing tidak bisa membayangkan, tangan Leng Sicheng yang bisa menghasilkan ratusan juta bahkan miliaran uang dengan satu tanda tangan itu, kini sedang melakukan pekerjaan rumah.
Setelah hampir selesai memungut serpihan mangkok, Leng Sicheng sepertinya merasakan sesuatu, dia pun membalikkan kepalanya dan berpapasan dengan tatapan Gu Qingqing. Leng Sicheng mengerutkan keningnya, dia membuang serpihan terahir ke dalam tong sampah, "Kenapa melihatku?"