Kisah Istri Bayaran

Badai Tak Henti-hentinya (15)



Badai Tak Henti-hentinya (15)

3Wu Aimei tertegun oleh kata-kata Gu Qingqing, kemudian Gu Qingqing pun mendengar sepertinya ada suara orang berdiri, lalu berjalan ke luar, kemudian suara mahjong pun terhenti. Suara Wu Aimei pun menjadi agak keras, "Aku sudah membakar dupa untuk ayahmu di rumah, dan semua itu berjalan sesuai proses! Sekarang intinya adalah kamu tidak menghormatiku! Jika ayahmu yang di surga mengetahui masalah ini, dia juga pasti akan marah!"     

Gu Qingqing hanya mendengar omelan Wu Aimei dengan cuek, kemudian ia mendekatkan lagi ponselnya, "Tidak hanya tahun ini, tahun lalu, dan tahun sebelumnya lagi kamu juga tidak pergi ke makam ayah. Bahkan festival Qingming tahun ini saja kamu juga tidak pergi melihat ayah karena pulang kampung menjenguk kakek."      

"Aku masih ingat, ayah meninggal belum satu bulan penuh, tapi kamu sudah dengan senang hati meminta sebuah rumah mewah berkamar tiga pada Leng Sicheng, dan antusias untuk pindah. Aku juga tidak pernah melihatmu merindukan ayah setiap ada perayaan tertentu di hari besar. Tentu saja, hanya saat kamu ingin menggunakan ayah untuk menekanku, baru kamu ingat pada ayah. Oh, dan tentu saja, kamu juga bisa mengatakan yang penting ayah masih hidup di dalam hatimu, menjenguknya atau tidak itu tidak penting, semua ini bukan masalah, begitu kan?"     

"Kamu .…" Wu Aimei tidak menyangka Gu Qingqing menelponnya untuk memberikan pelajaran padanya, ia pun marah, "Apa kamu bilang? Kamu masih berani memberiku pelajaran? Kamu sendiri melakukan hal kejam, kini kamu masih berani membantu ayahmu mengeluh padaku?"     

"Aku hanya ingin mengatakan dua hal." Gu Qingqing malas mau mempedulikan Wu Aimei, ia pun segera mengatakan tujuannya, "Pertama, ayah sudah meninggal, aku juga tidak memiliki waktu untuk menjagamu lagi di masa depan. Kamu bukannya sangat mementingkan anak laki-lakimu itu, mementingkan satu-satunya anak laki-laki keluarga Gu itu, kalau begitu kamu harus menjaganya dengan baik, jangan sampai dia membuat masalah lagi."     

"Kedua, aku rasa sekarang ini pasti ada banyak wartawan yang ingin mewawancarai kakak. Wartawan-wartawan itu mungkin sedang menunggu di luar gerbang kompleks. Kasusnya belum selesai, dia hanya dibebaskan karena jaminan, bukan dibebaskan karena tidak bersalah. Kamu harus menyuruhnya waspada, jika tidak ada masalah penting sebaiknya jangan keluar rumah. Kalaupun dia ditangkap oleh wartawan, jangan sampai dia bicara sembarangan, karena pada akhirnya yang sial tetaplah dirinya."     

"Apa maksudmu? Maksudmu kakakmu sudah ditargetkan oleh seseorang?" Mendengar anaknya mungkin akan terkena masalah, Wu Aimei yang tadinya masih marah-marah pun berhenti.     

Gu Qingqing mendengarkan ucapan ibunya, terutama ketika ibunya mendengar Gu Qingshan ada masalah, Wu Aimei menjadi sangat tegang.     

Gu Qingqing sudah terbiasa, yang paling penting di dalam keluarga Gu hanyalah Gu Qingshan, dan jika harus melakukan sesuatu, mereka baru ingat padanya. Tapi karena ia sudah memutuskan hubungan kekerabatan dengan keluarga Gu, untuk apa mempermasalahkan masalah pilih kasih lagi?     

"Kamu bisa melihat berita terbaru, akhir-akhir ini ada banyak orang yang ingin mewawancarainya, menertawakannya dan menginjaknya, jauh lebih banyak lagi. Sekali dia salah berbicara, maka bukti yang merugikannya ketika di persidangan akan semakin banyak. Kalau kamu tidak mau dia masuk penjara, sebaiknya awasi dia baik-baik! Jika tidak, dengan kemampuannya, kakak sangat mungkin dikepung."     

Setelah Gu Qingqing menutup panggilan tersebut, ia tetap belum bisa tenang. Sekarang yang paling penting adalah, tidak boleh membiarkan Gu Qingshan tertangkap media, dan jangan merepotkan Leng Sicheng lagi. Bisa dikatakan Gu Qingqing memang sudah berubah, jika ini terjadi di masa lalu, meskipun ia mengkhawatirkan Leng Sicheng, namun ia juga mengkhawatirkan Gu Qingshan.     

Gu Qingshan berpikir sejenak, kemudian ia pun turun ke bawah dan melihat masakan sudah hampir selesai. Pembantu melihat Gu Qingqing berdiri di pintu dapur dengan murung, pembantu sempat merasa aneh, "Nyonya, Anda .…"     

Gu Qingqing melihat pembantu itu, beberapa saat kemudian ia baru mengatakan, "Anu … kamu simpan makanan ini di dalam kotak bekal. Aku mau … membawakan bekal untuk Sicheng."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.