Kesempatan Terakhir (12)
Kesempatan Terakhir (12)
Sebagai menantunya.
Ketika Gu Qingqing mengatakan hal tersebut, matanya menatap wajah Leng Sicheng. Ia tidak ingin percaya juga tidak percaya bahwa, mungkin, Leng Sicheng adalah orang yang ada di balik kecelakaan ayah Gu. Bahkan .…
"Tentu saja, kalau kamu besok ada urusan lain .…"
"Aku juga .… tidak pernah ada kesempatan, pergi melihatnya." Setelah diam untuk beberapa saat, Leng Sicheng pun mengatakan, "Aku ingat ayah menyukai arak ya."
"Hmhh." Gu Qingqing menganggukkan kepalanya.
Leng Sicheng berpikir sejenak, "Kalau begitu aku akan membawakan arak favoritnya."
Maksud Leng Sicheng ini, dia setuju? Dia juga ingin menemui Ayah Gu?
Gu Qingqing melihat ekspresi Leng Sicheng yang tenang ini dengan bingung. Dari ekspresi Leng Sicheng, Gu Qingqing sama sekali tidak dapat merasakan sedikit rasa 'berdosa' pun, juga tidak merasakan ada emosi yang lebih. Leng Sicheng hanya seperti mau pergi menemui seorang saudara yang sudah lama tidak bertemu saja. Jadi apakah selama ini Gu Qingqing sudah salah karena membayangkan Leng Sicheng sebagai pelaku yang membunuh ayahnya?
Gu Qingqing sudah melihat dengan matanya sendiri CCTV yang merekam kejadian kecelakaan lalu lintas tiga tahun yang lalu. Ia juga sudah melihat hasil laporan dari kantor polisi dengan teliti. Leng Sicheng memang tidak mengemudi dengan kecepatan lebih, tidak mengemudi dalam kondisi mabuk, ataupun melanggar peraturan lalu lintas mana pun.
Kecelakaan tersebut bisa terjadi, semua karena Ayah Gu yang kebanyakan minum. Ditambah lagi waktu itu Ayah Gu sedang panik ingin mencari Gu Qingqing, sehingga ia juga tidak melihat jalan. Lalu pada hari itu juga cuacanya sedang buruk, jalan menjadi licin karena hujan, jalanan juga redup, dan menyebabkan Leng Sicheng menabrak Ayah Gu tanpa sengaja.
Sebenarnya selama tiga tahun ini, yang menghantui Gu Qingqing bukanlah karena Leng Sicheng yang menabrak Ayah Gu hingga meninggalkan dunia, melainkan karena pada malam itu, Ayah Gu bisa keluar rumah karena ingin mencarinya!
Jika Ayah Gu tidak pergi mencarinya, maka dia juga tidak akan keluar dari rumah, dan juga tidak akan meninggal dunia karena kecelakaan!
Orang yang sudah mencelakakan Ayah Gu bukanlah Leng Sicheng, melainkan Gu Qingqing sendiri!
Leng Sicheng sama sekali tidak berdosa atas kecelakaan tersebut, semua ini karena Gu Qingqing terlalu sedih, dan terlalu sensitif. Apalagi Gu Qingqing tidak dapat melepaskan diri dari kematian Ayah Gu, ia memerlukan seorang 'pelaku' untuk meringankan penderitaannya. Makanya ia pun menuduh Leng Sicheng. Namun selain menyimpan dendam pada Leng Sicheng, Gu Qingqing tetap tidak dapat memaafkan dirinya sendiri dari kejadian tersebut.
"Baik, ayo kita pergi sama-sama." Gu Qingqing menganggukkan kepalanya dengan kuat, kemudian ia memeluk Leng Sicheng lagi dengan kuat. Leng Sicheng juga merangkul pinggangnya agar Gu Qingqing dapat bersandar di badannya dengan nyaman.
Yang tidak terlihat oleh Gu Qingqing adalah, kini ada siratan kesulitan di mata Leng Sicheng.
Larut malam.
Leng Sicheng turun dari tempat tidur dengan gerakan ringan. Meskipun ia sudah berusaha sepelan mungkin, namun Gu Qingqing yang di belakangnya sepertinya menyadari sesuatu, dan menggerakkan badannya seraya mendengus.
Badan Leng Sicheng langsung tertegun, dengan hati-hati ia menolehkan kepalanya. Melihat Gu Qingqing tidak terbangun, ia pun merasa lega. Ia lalu merapikan selimut untuk Gu Qingqing. Kemudian ia memakai sandal rumahnya dan berjalan keluar dari kamar perlahan.
Leng Sicheng pergi ke ruang kerjanya, ia menelepon Sekretaris Cheng dan mengatakan, "Batalkan rapat direksi besok, aku ada urusan."
"Presiden Leng .…" Akhir-akhir ini terjadi terlalu banyak masalah, para direksi sudah mulai melawan Leng Sicheng. Apalagi Sekretaris Cheng sejak kemarin sudah menginformasikan pada para direksi mengenai rapat besok, mana mungkin dibatalkan begitu saja?
Namun Leng Sicheng tetap tenang, "Oh ya, aku juga tidak ikut konferensi ekonomi dan perdagangan di Amerika Selatan yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Aku ingin menemani Qingqing di rumah."