Kesempatan Terakhir (10)
Kesempatan Terakhir (10)
Kelihatannya Gu Qinging benar-benar sudah melepaskan diri dari masalah tersebut dan seluruh tubuhnya jadi ringan. Namun mungkin karena suhu malam ini terlalu rendah, atau juga mungkin karena tadi sore hujan deras, kini udara sangat lembab, bahkan berkabut.
Gu Qingqing berjalan di depan sendirian, tidak lama kemudian ia pun menghilang di dalam kabut tebal tersebut.
Mungkin Gu Qingqing memang sebuah pesawat yang terbang di atas langit, yang dioperasikan oleh pilot, juga dikendalikan oleh ATC bandara. Lalu sekarang akhirnya Leng Sicheng melepaskan semua beban dalam diri Gu Qingqing, baik itu Ayah Gu, Nie Zhining, ataupun ibu dan kakaknya. Kini hanya tersisa Leng Sicheng yang berada di samping Gu Qingqing saja.
Leng Sicheng tiba-tiba merasa sedikit panik, meskipun Gu Qingqing sudah membebaskan diri dari beban keluarga, namun kenapa, kenapa ia selalu memiliki perasaan tidak tenang?
Gu Qingqing kini bagaikan layang-layang, walaupun benangnya masih di tangan Leng Sicheng, namun jika benangnya putus, maka semuanya akan berakhir!
"Kenapa masih bengong di sana, masih sesak?" Gu Qingqing yang berjalan di depan melihat Leng Sicheng terbengong di tempat, ia pun merasa aneh dan bertanya.
"Hmhh." Leng Sicheng menganggukkan kepalanya, lalu ia pun melangkah mengikuti Gu Qingqing.
Mungkin karena tadi sore hujan deras, jadi ketika Leng Sicheng dan Gu Qingqing berjalan hingga pintu gerbang, ada banyak genangan air di jalanan.
Genangan air di tepi jalan tentu saja sangat kotor, Leng Sicheng sudah mengerutkan keningnya ketika melihatnya. Sebagai seseorang yang gila dengan kebersihan, menyuruhnya menginjak air kotor seperti ini benar-benar salah.
Tadi Leng Sicheng dan Gu Qingqing masuk menggunakan mobil, sehingga tidak khawatir sama sekali. Kini mereka mau keluar, namun mobil ada di luar gerbang. Ketika Leng Sicheng ingin memanggil mobilnya masuk, Gu Qingqing sudah melangkah duluan, ia meloncat ke daerah genangan air yang lebih tinggi yang tidak mengenai air dengan mengangkat satu kakinya.
Sepatu Gu Qingqing tidak terlalu tinggi, ia berjalan dengan hati-hati, takut akan menginjak air kotor tersebut. Leng Sicheng berjalan di belakangnya, dan melihat gerakan Gu Qingqing tadi. Ia lalu melangkah dengan cepat dan mengangkat Gu Qingqing dengan kedua tangannya.
Gu Qingqing terkejut, setelah ia sadar, ia sudah berada di dalam pelukan Leng Sicheng.
Bukannya Leng Sicheng tidak suka kalau kedua kakinya menginjak genangan air? Kenapa .…
Gu Qingqing mengangkat kepalanya, ia melihat Leng Sicheng sedang memeluknya dan berjalan melewati genangan air kotor ini dengan tenang.
"Sudah, tur–"
Sebelum benar-benar menyelesaikan ucapannya, Gu Qingqing melihat Leng Sicheng berjalan menginjak lubang genangan air tersebut. Ekspresinya tidak berubah, juga tidak berniat mau menurunkannya.
"Leng Sicheng .…" Gu Qingqing memegang erat lengan Leng Sicheng, ia melihat pria ini menggendongnya sampai di samping mobil. Setelah tiba di samping mobil, Leng Sicheng baru menurunkannya.
Leng Sicheng menundukkan kepalanya dan melihat kaki Gu Qingqing, untungnya sepatu istrinya tidak kotor. Lalu ia menghentakkan kedua kakinya, ingin membersihkan air lumpur dari sepatunya. Kemudian ia mengangkat kepalanya, dan melihat ekspresi Gu Qingqing yang tampak sedikit lugu, ia pun mengerutkan keningnya, "Tidak naik mobil? Bukannya sudah lapar?"
"Ah, oh." Gu Qingqing menganggukkan kepalanya, lalu ia membuka pintu dan masuk ke dalam mobil, begitu juga dengan Leng Sicheng.
Mobil Leng Sicheng pun melaju, ketika memasuki belokan, mereka pun sudah tidak bisa melihat ke area vila lagi. Semakin menjauh dari vila, Leng Sicheng dapat merasakan bahwa, meskipun Gu Qingqing yang ada di sampingnya merasa lega, namun tubuhnya menegang, jari tangannya mengepal, ekspresinya juga menjadi berat.