Kisah Istri Bayaran

Kesempatan Terakhir (5)



Kesempatan Terakhir (5)

0"Duar .…" Hujan deras sepertinya tidak akan reda, hembusan angin tampak menerbangkan kantong plastik di tepi jalan, membuat salah satunya seperti layang-layang yang terbang.     

Leng Sicheng kadang-kadang juga akan menonton film yang diproduksi perusahaannya. Di mana ada adegan pemeran laki-laki dan perempuan sedang berjalan di tengah hujan, saling menyatakan cinta di tengah hujan, atau putus di tengah hujan. Waktu itu Leng Sicheng selalu merasa bahwa adegan seperti itu sangatlah bodoh, suasana murahan yang dibuat oleh mobil penyiram jalanan tidak hanya membodoh-bodohi para aktor, namun juga membodoh-bodohi para penonton.     

Jika ia menjadi pemeran laki-lakinya, ia pasti akan membawa pemeran wanita untuk berteduh dari hujan, karena kehujanan itu tidak enak, dan ia merasa hujan-hujan seperti ini sangatlah bodoh.     

Namun ketika ia benar-benar mengalami kejadian seperti itu, ia baru mengerti bahwa orang lain bukan dengan sengaja membuat suasananya jadi seperti ini, melainkan pemeran laki-laki sama sekali tidak punya waktu untuk membawa si pemeran wanita berteduh. Leng Sicheng merasa ia benar-benar ingin menyatu dengan Gu Qingqing sekarang!     

Ia menyukai Gu Qingqing selama sepuluh tahun, dan mereka sudah menikah selama tiga tahun. Hingga saat ini ia baru menyadari bahwa Gu Qingqing ternyata lemah. Pintu hati Gu Qingqing yang sebelumnya tertutup, kini terbuka untuknya, ingin bersentuhan dengannya!     

"Tin, tin!" Walaupun Leng Sicheng dan Gu Qingqing berdiri di jalur pejalan kaki, namun mobil yang melintas di jalan raya lumayan banyak. Salah satu mobil mengeluarkan suara rem ketika membelok, dan membuat Leng Sicheng tersadar.     

Ia akhirnya menjauh dari wajah Gu Qingqing dengan pelan. Ketika ia melihat wajah Gu Qingqing yang tampak lemas karena kehujanan, ia pun merasa bersalah.     

Akhir-akhir ini Gu Qingqing memang kurang sehat, walaupun Leng Sicheng sangat senang, sangat ingin bermesraan dengannya, namun ia juga merasa dirinya tidak seharusnya berbuat begini di tengah hujan, membiarkan Gu Qingqing kehujanan.     

Leng Sicheng membalikkan badan dan memungut kembali payungnya. Ia menopang payung di atas kepala Gu Qingqing, lalu tampak mengerutkan kening, "Jangan-jangan kamu memang sakit? Pasti sudah demam, ayo kita pulang."     

Ini sudah ketiga kalinya Leng Sicheng mengatakan kata pulang, dan kali ini Gu Qingqing tidak ragu-ragu lagi, ia menganggukkan kepalanya di dalam pelukan Leng Sicheng.     

Dan kali ini Leng Sicheng malah kewalahan oleh kepatuhan Gu Qingqing, ia mengulurkan lagi tangannya ingin merapikan jaket Gu Qingqing, namun ia tersadar bahwa ia sudah mengancingkannya dengan rapi sejak tadi. Ia pun mengubah arah tangannya dan mengosok rambut Gu Qingqing. Leng Sicheng ingin mengatakan sesuatu namun tidak dapat mengatakannya, akhirnya ia hanya bisa meletakkan tangannya di atas pundak Gu Qingqing sambil mengerutkan keningnya, "Ayo jalan."     

Gu Qingqing menganggukkan kepalanya sekali lagi. Kali ini, ia mengulurkan tangannya dan berinisiatif merangkul lengan Leng Sicheng. Leng Sicheng memiringkan lagi payungnya ke arah Gu Qingqing, dan Gu Qingqing menyadarinya, namun ia tidak membenarkannya. Ia malah lebih mendekat lagi ke arah Leng Sicheng, agar pria itu tidak membasahi dirinya sendiri.     

Setelah naik ke dalam mobil, Leng Sicheng dan Gu Qqingqing sudah basah kuyup. Leng Sicheng meragu sejenak kemudian bertanya, "Kamu mau ke rumah ibumu dulu atau .…"     

"Pulang saja, bajuku sudah basah." Gu Qinqging menundukkan kepalanya, ia melihat di dalam mobil ada dua buah handuk, ia pun memberikan salah satunya pada Leng Sicheng. Ketika Leng Sicheng ingin menerimanya, Gu Qingqing malah menarik kembali handuk tersebut, kemudian ia mengangkat tangannya dan mengelap kepala Leng Sicheng yang basah.     

Pupil mata Leng Sicheng menyusut, ia terus menatap Gu Qingqing. Ini juga pertama kalinya Gu Qingqing dengan begitu perhatian mengelap air yang di badannya. Bukan karena sopan santun, melainkan benar-benar memiliki perasaan kasih sayang.     

"Bajumu … belakang punggungmu juga basah, kita tidak bisa mengeringkannya di sini. Nanti cepat ganti baju saat tiba di rumah."     

Instruksi yang lembut barusan membuat Leng Sicheng tampak menelan ludah. Ia tidak dapat mengungkapkan perasaan yang memenuhi hatinya, ia bahkan tidak bisa mengatakan atau melakukan apa pun, ia hanya bisa melihat Gu Qingqing dengan bengong.     

Mungkin karena hujan, jalanan lumayan sepi sehingga mobil bisa melaju sangat cepat. Tidak lama kemudian Leng Sicheng dan Gu Qingqing pun tiba di rumah mereka. Begitu turun dari mobil, pembantu rumah pun datang menyambut mereka, "Tuan, Nyonya .…"     

Ekspresi Leng Sicheng terlihat serius, tatapannya dingin, bahkan Gu Qingqing juga hanya menundukkan kepalanya dan diam. Pembantu rumah mereka pun mengira kedua majikannya ini bertengkar lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.