Kisah Istri Bayaran

Kesempatan Terakhir (1)



Kesempatan Terakhir (1)

0Air hujan yang dingin tetap tidak dapat mematikan api yang membara di dalam hati Gu Qingqing.     

Ia sudah tidak memiliki keluarga dan teman lagi. Ayah yang paling menyayanginya sudah meninggal, sedangkan ibu dan kakaknya hanya memikirkan bagaimana cara memanfaatkannya. Walaupun hubungannya dengan Li Youyou sangat baik, namun Li Youyou juga sangat sibuk, ia juga tidak ingin mengganggu Li Youyou dengan masalahnya.     

Jika tidak dapat mendapatkannya, maka hanya bisa melepaskannya. Gu Qingqing bahkan tidak mengetahui apa makna keberadaan Leng Sicheng baginya.     

Apakah pria itu mencintainya? Sepertinya tidak. Baik dari sisi perbandingan perlindungan terhadap Xu Zipei dan dirinya, ataupun ketika menghadapi keluarganya, sepertinya Leng Sicheng dan ia berbeda dengan suami istri biasanya, di mana kedua keluarga yang menyatu, menganggap satu sama lain sebagai cinta satu-satunya.     

Namun jika mengatakan Leng Sicheng sama sekali tidak mempedulikan Gu Qingqing, sebenarnya juga tidak. Gu Qingqing dapat merasakan kepedulian Leng Sicheng terhadapnya yang semakin hari semakin bertambah. Tapi, kepedulian tersebut, selain karena kebiasaan yang terjadi karena mereka sudah menikah selama tiga tahun, dan sedikit kesan baik. Sebenarnya dicampur berapa persen rasa berdosa dan kompensasi atas kematian ayahnya?     

Gu Qingqing bahkan tidak mengetahui jika dirinya mencintai Leng Sicheng dengan sepenuh hati, dan suatu hari benar-benar membuktikan bahwa Leng Sicheng benar-benar adalah pelaku yang membunuh ayahnya, apakah ini menandakan ia sudah mengkhianati ayahnya!     

Air hujan bagaikan kacang yang berjatuhan, mereka menimpa badan Gu qingqing dan membasahinya. Awan hitam berkumpulan di atas langit, suara guntur juga berbunyi tanpa henti. Derasnya hujan membentuk tirai manik-manik, seolah sudah menyatukan dunia yang jauh dan dekat.     

Sebenarnya, tidak ada bedanya Gu Qingqing yang sekarang dan tiga tahun lalu. Meskipun ia sudah menikah dengan Leng Sicheng, sudah mempublikasikan hubungannya dengan pria itu, sudah memegang saham bernilai miliaran Yuan, namun Gu Qingqing tetaplah dirinya yang rendah, yang merupakan anak dari pembantu, yang hanya bisa memandang tinggi Leng Sicheng dan Xu Zipei.     

Tidak ada yang memperhatikan Gu Qingqing, juga tidak ada yang mempedulikannya!     

Jalan ini adalah jalan paling ramai Yancheng. Meskipun sedang kehujanan, orang-orang masih berlalu-lalang, jalanan tampak macet, apalagi Gu Qingqing sedang dalam masalah percintaan dan kehidupan, namun kenapa, kenapa ia tetap merasa kesepian dan kedinginan yang menusuk ke dalam tulangnya!     

Di bawah air hujan deras, Gu Qingqing tetap berjalan ke depan. Namun ia bisa berjalan ke mana di dunia yang luas ini? Kalaupun ia tiba di suatu tempat, apakah tempat itu adalah tempat yang bisa dia andalkan?     

"Qingqing!" Gu Qingqing yang sedang berjalan di bawah hujan tiba-tiba mendengar ada yang memanggilnya dari belakang.     

Leng Sicheng! Ini suara Leng Sicheng! Apakah ini mimpi?     

Gu Qingqing tiba-tiba menolehkan kepalanya, dan benar, ia menemukan sebuah mobil hitam melaju ke arahnya di bawah hujan deras. Pintu mobil belakang, ketika mobil belum berhenti, pintu mobil sudah dibuka dengan tergesa-gesa. Kemudian sepasang sepatu kulit yang mengkilap pun terlihat, dan di atas sepatu kulit itu ada sepasang kaki panjang yang dibungkus celana hitam. Lalu Leng Sicheng terlihat membawa payung hitam turun dari mobil!     

Leng Sicheng?      

Apakah Gu Qingqing sedang mimpi? Leng Sicheng bukannya sedang membawa kakaknya pulang ke rumah keluarga Gu? Kenapa pria itu bisa datang ke sini?     

Leng Sicheng turun dari mobil, kemudian ia mengisyaratkan mobil untuk pergi duluan. Ia membuka payung dan berjalan menuju Gu Qingqing di bawah hujan deras. Air hujan dari langit jatuh ke bawah bagaikan lapisan kain kasa yang menyelimuti Leng Sicheng, bagaikan uap dan kabut yang membuat sosoknya tampak kabur.     

Langkah kaki Leng Sicheng tidak cepat, namun karena memiliki sepasang kaki yang jenjang, langkah kakinya sangat lebar, membuatnya tiba di samping Gu Qingqing dalam waktu yang singkat.     

Leng Sicheng berjalan di samping Gu Qingqing tanpa mengatakan apa pun, wajah tampannya juga tidak memiliki ekspresi yang lebih, ia hanya memiringkan tangannya, dan menopang payungnya di atas kepala Gu Qingqing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.