Masa Lalu, Masa Depan (4)
Masa Lalu, Masa Depan (4)
"Tidak, yah … tiba-tiba mau saja." Leng Sicheng menghindari tatapan Gu Qingqing, dan Gu Qingqing bisa melihat langsung kecanggungannya.
Ia lalu tertawa sedih, ternyata memang dirinya yang tidak tahu diri. Ia kira Leng Sicheng sudah bisa membuka pintu hati untuknya, bisa berbicara dari hati ke hati dengannya, namun ternyata pintu hati pria ini masih tetap tertutup rapat, dan tidak pernah terbuka untuk dirinya.
Pada saat ini, Gu Qingqing seperti perahu yang berlayar dalam kegelapan dan dikelilingi oleh kabut. Samar-samar ia bisa melihat mercusuar yang jauh di sana, dan mengira bahwa jika dia terus berjalan lurus, maka ia akan mencapai akhir yang bahagia. Namun, dia lupa bahwa di laut yang tampaknya tenang, selalu ada terumbu karang, pusaran air, dan ombak.
Gu Qingqing menganggukkan kepalanya, mereka lalu sama-sama terdiam. Beberapa saat kemudian, ketika Leng Sicheng ingin mengatakan sesuatu, sebuah panggilan telepon pun datang. Mereka berdua tertegun sejenak, dari nada deringnya, sepertinya itu ponsel Gu Qingqing. Siapa yang menelpon malam-malam begini?
Gu Qingqing bangun mengambil ponselnya, ia terkejut ketika melihat nama yang muncul di layar ponselnya.
Xu Zijin! Kenapa dia bisa menelpon Gu Qingqing? Sekarang sudah mau jam 12 malam!
Ngomong-ngomong, beberapa hari ini Xu Zijin selalu mengambil cuti, bahkan banyak pekerjaannya juga dipindahkan ke Gu Qingqing. Walaupun Gu Qingqing tidak pergi ke rumah sakit, namun dari cuti Xu Zijin dapat terlihat kalau kondisi Nie Zhining sangat tidak baik. Tapi kenapa wanita itu meneleponnya malam-malam begini?
Gu Qingqing mengangkat teleponnya dan menyalakan speaker, "Ya?"
Di seberang sana suara Xu Zijin terdengar serak, "Apa aku bisa bicara dengan Kak Sicheng?"
Gu Qingqing melihat Leng Sicheng dengan tatapan bingung.
Leng Sicheng masih ingat dia sudah memblokir nomor telepon Xu Zijin, wanita itu juga tidak tahu nomor telepon rumah ini, jadi hanya bisa menelepon Gu Qingqing.
Leng Sicheng menjawab, "Ada apa?"
"Kak Sicheng, bagaimana ini, Zhining, dia … Zhining sudah tidak kuat .…" Xu Zijin berkata dengan terputus-putus, air matanya terus mengalir, suaranya juga sudah menjadi serak.
Leng Sicheng dan Gu Qingqing saling memandang, mereka berdua sama-sama terkejut Walaupun sebelumnya ia diam-diam cemburu dengan hubungan Gu Qingqing dan Nie Zhining, namun ia tidak pernah menginginkan kematian Nie Zhining!
"Ada apa ini? Bukannya operasinya sangat sukses?"
"Setelah operasi, kondisi Zhining tidak pernah stabil, dia terus demam. Sore ini kondisinya tiba-tiba memburuk, dokter bilang ia menunjukkan reaksi penolakan. Mungkin, mungkin dia akan …" Sebelum Xu Zijin sempat menyelesaikan ucapannya, tangisnya sudah lebih dulu pecah.
"Jangan putus asa, kamu jangan terlalu khawatir."
Setelah menutup panggilan telepon, mereka berdua pun terdiam di tempat. Pada saat ini, selain mendoakan keselamatan Nie Zhining dan menghibur Xu Zijin, apalagi yang bisa mereka lakukan?
Namun ketika panggilan Xu Zijin berakhir, satu panggilan masuk lagi ke ponsel Gu Qingqing. Kali ini adalah nomor telepon asing.
Gu Qingqing ragu-ragu sejenak, ia mengangkat teleponnya, "Halo? Siapa ya?"
"Qingqing, aku ibu Zhining." Kali ini adalah Zhen Xiaoya, "Bisakah kamu datang ke rumah sakit? Melihat Zhining untuk yang terakhir kalinya."