Kebenaran (1)
Kebenaran (1)
Wu Aimei maju dan mengatakan, "Aku sangat terima kasih karena hari ini kalian bisa datang ke sini. Aku juga sangat berterima kasih atas dukungan keluarga kalian terhadap kami. Sebenarnya aku selalu mengingatkan Qingqing kalau dirinya harus tahu terima kasih. Karena, bagaimanapun juga, jika tanpa bantuan keluarga Xu, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepada kami sekeluarga. Meskipun kedepannya kehidupan kami membaik, aku juga harus mengingatnya. Aku tahu latar belakang kami tidak bagus, meskipun sekarang sudah membaik, tapi tetap tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Xu. Hanya saja, bagaimanapun juga, kita pernah saling berhubungan untuk beberapa waktu. Kini Qingqing dan Sicheng juga merupakan teman dan rekan kerja kalian, aku berharap kedepannya kedua keluarga kita bisa damai."
Gu Qingqing bersumpah, selama kehidupannya di rumah, ia tidak pernah mendengar ibunya mengatakan kata-kata inspiratif seperti ini.
Tapi jika dipikir kembali, ibunya memang matre, memilih anak laki-laki yang selalu dibanding-bandingkan dengan anak perempuannya. Ibunya juga selalu keras kepadanya, namun ketika menghadapi keluarga Xu yang membantu di masa paling sulit mereka, sang ibu akan sangat berterima kasih. Ibunya juga benar-benar sangat menyukai Xu Zipei dan Xu Zijin.
Apalagi Xu Zijin, tidak peduli dia seberapa jahat atau seberapa banyak wanita itu menjebak Gu Qingqing, ibunya selalu melarangnya untuk balas dendam. Waktu itu ia masih merasa, apa ibunya ini terlalu baik? Hanya karena mereka semua pernah tinggal di rumah keluarga Xu, jadi harus bersikap sampai sebegitunya?
Tapi sekarang, meskipun keluarga Gu tetap tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Xu, namun jujur, kini ada Leng Sicheng, ada bantuan keluarga Leng, mereka sama sekali tidak kalah dengan keluarga Xu. Dan sudah dalam kondisi seperti ini Ibunya masih bisa mengatakan hal seperti ini, Gu Qingqing pun merasa terkesan.
Lagipula kini Xu Zijin sudah baik, terlalu jahat kalau dirinya masih menyimpan dendam kepada wanita itu. Dan Xu Zipei juga tidak melakukan hal yang akan membahayakan keluarganya.
Memikir hal itu, Gu Qingqing pun berkata dengan pelan, "Ibu tidak perlu cemas, aku akan baik-baik saja. Asal Xu Zijin memperlakukan orang dengan tulus, tentu saja aku tidak mengharapkan adanya konflik di antara kedua keluarga kita."
Namun siapa tahu, wajah Xu Zijin yang tadi masih tersenyum hangat, setelah mendengar kata-kata Gu Qingqing, ia malah mundur selangkah, ekspresinya … terlihat sedikit waswas, sedikit enggan, bahkan sedikit menunjukkan amarah yang tak terungkapkan!
Namun, semua emosinya hanya muncul sejenak dan langsung hilang, ia pun segera menganggukkan kepalanya dengan canggung, "Tentu saja tidak. Aku dan Qingqing bekerjasama dengan baik di perusahaan. Aku juga sedang berusaha memperbaiki emosiku, dan ingin berhubungan baik dengannya."
Gu Qingqing sengaja melihat ke arah Xu Zipei, "Kak Zipei, aku sangat berterima kasih atas bantuanmu terhadap keluargaku, aku tidak bisa bekerja seperti dirimu, Sicheng juga pernah memujimu sebagai partner yang sangat bagus. Aku pun berharap, hubungan persahabatan kita bisa berlanjut selamanya."
Gu Qingqing menekankan kata kerja dan sahabat beberapa kali. Orang lain mungkin tidak mengerti, namun Xu Zipei tentu saja mengerti. Bagi Gu Qingqing, lawan terbesarnya bukanlah Xu Zijin, melainkan Xu Zipei! Itu karena rasa cinta Xu Zipei terhadap Leng Sicheng yang masih tidak bisa hilang, juga rasa rindu Leng Sicheng terhadap Xu Zipei.
Xu Zipei menolehkan kepalanya seraya tersenyum lebar, "Tentu. Aku dan Sicheng sudah mengenal untuk waktu yang lama, aku sangat berharap dia bisa bahagia. Kini banyak orang-orang dengan motif tersembunyi di sampingnya, memanfaatkan dan menyerang dirinya. Sebagai sahabatnya, aku pasti tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi, kamu tidak perlu khawatir."
"Tentu saja aku tidak khawatir." Gu Qingqing juga tampak tersenyum, dan memandang langsung ke mata Xu Zipei dengan berani.