Perubahan (3)
Perubahan (3)
"Dia di sampingku." Leng Sicheng tidak melihat Gu Qingqing, tapi ia menggenggam tangan kecilnya. Satu genggaman tangan ini membuat hati Gu Qingqing menjadi tenang. Akhirnya ia bisa membangkitkan keberanian untuk berkata, "Kak Zipei, aku dan Sicheng baik-baik saja. Selama Sicheng hanya fokus bekerja dan Kakak juga sama, aku tidak akan keberatan dengan apa yang ditulis oleh orang-orang di luar sana."
Xu Zipei tertegun mendengar balasan Gu Qingqing barusan, beberapa saat kemudian baru ia menganggukkan kepalanya, "Tentu saja."
"Kalau begitu aku tidak perlu khawatir lagi. Berjuanglah Kak Zipei." Setelah mengatakannya, Gu Qingqing juga tidak menunggu Leng Sicheng bereaksi, dan segera memutuskan panggilan tersebut.
Leng Sicheng melihatnya, Gu Qingqing juga memandangnya balik, "Kenapa?"
Leng Sicheng menggelengkan kepala, sementara Gu Qingqing pura-pura bodoh dan mengembalikan ponselnya dengan gerakan yang sedikit berlebihan, "Simpan baik-baik, mungkin Kak Zipei akan menelponmu lagi."
Ketika Gu Qingqing mengatakan "Kak Zipei", nadanya sangat kaku dan formal, bahkan Leng Sicheng pun bisa merasakannya.
Setelah banyak hal yang terjadi selama seharian ini, yang paling penting adalah … apakah Gu Qingqing memang benar-benar cemburu?
"Kenapa, kamu peduli? Mengenai skandalku dengan Xu Zipei, kamu benar-benar memedulikannya?"
Gu Qingqing jarang-jarang menganggukkan kepalanya, "Tentu saja, tidak ada istri yang tidak memedulikan skandal suaminya."
Leng Sicheng masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Gu Qingqing sudah mengangkat kepalanya duluan. Setelah berpikir sejenak, ia menggenggam jari Leng Sicheng dengan kuat, "Tapi aku percaya padamu."
"Kenapa kamu percaya padaku?" Leng Sicheng sendiri pun sedikit kaget. Apalagi kini tangan kecilnya menggenggam erat tangan besarnya, jari-jarinya masih membelai telapak tangannya.
Gu Qingqing secara alami berkata sambil melihatnya, "Kamu adalah suamiku, kalau aku tidak percaya padamu, mau percaya pada siapa lagi? Lagi pula, kamu juga tidak punya alasan untuk membohongiku, kan?"
Leng Sicheng ingin bicara tapi Gu Qingqing mengulurkan tangannya yang bebas dan menekan bibirnya. Gu Qingqing menggelengkan kepalanya dan menyuruhnya jangan bicara, "Aku tahu kamu melakukan ini semua demi pekerjaanmu, walaupun sebenarnya aku merasa sedikit tidak nyaman, tapi selama semua ini memang hanya untuk pekerjaan, aku akan menerimanya. Mengenai Kak Zipei, aku juga tahu dia masih suka padamu, aku juga sebenarnya tahu, dia bisa membantu pekerjaanmu. Dibandingkan dengan cemburu, lebih tepatnya, aku merasa iri. Aku iri karena tidak punya latar belakang keluarga yang sebaik dirinya dan tidak bisa membantumu."
Leng Sicheng menggelengkan kepalanya, "Sebenarnya kamu .…"
Gu Qingqing lagi-lagi memotong pembicaraannya, "Kali ini aku yang salah. Aku tahu kamu sangat sibuk, tapi aku tetap saja bersikap konyol. Tapi aku hanya berharap, kedepannya, kalau kamu ada masalah, jangan menyembunyikannya dariku."
Leng Sicheng menganggukkan kepalanya tanda setuju. Beberapa waktu kemudian, ia menarik kepala Gu Qingqing agar bersandar di bahunya, "Kali ini, sebenarnya aku mau membawamu ke pantai, tapi siapa sangka kita malah tidak jadi pergi ke sana, dan malah terkurung di dalam mobil, mau kembali juga tidak bisa, mau pulang ke Yancheng juga tidak bisa. Tapi … karena sekarang hanya ada kita berdua, rasanya lumayan juga."
Gu Qingqing mengangkat wajahnya, ia merasa aneh. Leng Sicheng lalu tersenyum, "Lain kali ayo kita main keluar kota? Nanti aku akan mengendarai mobil RV seperti sekarang ini, hanya kita berdua, kita akan liburan, bagaimana?"
Gu Qingqing menatapnya tanpa mengatakan apa pun, dan hanya semakin mengeratkan genggaman tangannya, kemudian menganggukkan kepalanya dengan pasti.
Yang tidak diketahui Leng Sicheng adalah, harapan kecilnya ini baru akan terkabulkan dua tahun kemudian ….