Terpaksa Kawin

HARI PATAH HATI (PART 1)



HARI PATAH HATI (PART 1)

0"Ini bouquet bunga nya Pak!"     

"Baik, terima kasih mbak. Kembaliannya ambil aja buat mbak!"     

"Terima kasih banyak pak!"     

David mengangguk sambil tersenyum. Cowok itu dengan hati riang segera menenteng hand bouquet flowers super besar yang khusus di dedikasikan untuk istri Reyhan. Gimanapun, dia ingin menunjukkan pada Reyhan dan istrinya, kalau dirinya turut berbahagia atas pernikahan mereka berdua. Selain itu, ini juga sebagai penebus rasa bersalah akibat 'menghilangnya' David dari peredaran selama beberapa waktu. Dan lagi, cowok itu juga akan mengadakan pesta di club malam khusus untuk menyambut kedatangan Reyhan kembali. Itung-itung semacam pesta lepas masa lajang Reyhan yang sudah sangat kelewat. Gak kenapa-kenapa deh, daripada gak ada acara party sama sekali kan?     

David segera naik ke belakang kemudi setelah meletakkan hand bouquet di kursi belakang. Cowok itu baru saja hendak memasang seatbelt begitu tiba-tiba matanya seperti memandang sosok yang dikenal berada di seberang jalan.     

"Itu kan?!" David memicingkan matanya. Cowok itu mulai mengingat-ingat siapakah nama gerangan wanita diseberang itu.     

"Astaga, she is Eriska! Gue harus nanya nih.."     

Cowok itu buru-buru banting stir dan memutarkan arah mobil nya. Mobil hitam yang dikendarai David buru-buru mendekati Eriska. Sementara Eriska, kaget bukan main mendadak ada mobil parkir disebelah dia. Malahan hampir saja mobil itu nyerempet dirinya.     

Gadis itu bersiap memaki si pemilik mobil yang dinilai kurang ajar. Namun tiba-tiba suaranya tersangkut ditenggorokan melihat siapa orang yang barusan menurunkan kaca jendela.     

"Hello, Ris! Do you still remember me?" sapa cowok itu ramah.     

Eriska menelan ludah. Lah ini kan.. David Pilar?     

"Eh... hi.. pak.." Gadis itu gelagapan. Aduh, hampir saja dia memaki-maki David yang notabenenya sahabat boss. Untung saja tidak jadi, "Masih kok. Pak David lagi di Jakarta?"     

"Ya, aku baru aja balik dari luar. Apa kabar kamu? Dan ya.." Cowok itu celingukan kesana-kemari, "Kamu gak lagi sama Lenny?"     

"Lenny?" Eriska menaikkan satu alisnya. "Oh, enggak pak. Saya kebetulan lagi sendirian karena ada yang perlu dicari."     

"Oh gitu ya?!" David manggut-manggut mengerti. "Gimana kabar Lenny? Kalian masih sahabatan kan?"     

"Ya masihlah pak!" Jawab Eriska cepat. Duh, sebenarnya gugup sekali dia, "Lenny baik pak, dia juga sehat."     

"Syukurlah.." cowok itu bernafas lega, "Dimana dia sekarang? Boleh gak kalau... eh sebentar!"     

Mendadak obrolan mereka terputus karena handphone David berbunyi. Dari layar ponselnya, munculah nama Fio sekertaris Reyhan di sana.     

"Hallo Fio.. oh sudah sampai? Oke, kalau gitu saya ke sana sekarang. Thanks for your info. Bye!"     

Klik. Cowok itu bergegas menutup telponnya.     

Eriska masih berdiri disebelah mobil David, menunggu cowok itu melanjutkan pertanyaan.     

"Eriska, saya buru-buru. Boleh saya minta nomor handphone kamu? Ada beberapa hal yang pengen saya tanyakan."     

Eriska yang sepertinya sudah sejak lama memendam bulir bulir perasaan kagum ke David langsung saja ingin pingsan mendengar pertanyaan itu. Apa ini? David Pilar meminta nomor handphonenya untuk yang kedua kali? Wah, mimpi apa dia semalam?     

Soalnya, dulu banget waktu zaman Lenny menghilang ke Jambi, David ini kan udah pernah minta nomornya. Wah, pasti sekarang cowok itu ganti handphone nih, pikir Eriska.     

"Nomor.. saya pak?!" cewek itu menunjuk dadanya. David mengangguk.     

"Iya, tapi kalau kamu gak keberatan.."     

"Oh, enggak kok pak. Enggak sama sekali!" jawab Eriska cepat. Buru-buru gadis itu menyebutkan nomor handphonenya ke David. Sekali lagi David mengulang nomor handphone Eriska itu untuk memastikan dan langsung menekan tombol call.     

"Itu nomor handphone saya, kamu save juga ya!" Seru David. Eriska mengangguk-angguk cepat. Udah kayak orang kena hipnotis dia.     

"Kalau gitu saya duluan ya Ris. Bye!" David segera menutup kaca mobilnya dan tancap gas. Sampai mobil David menghilang dari pandangan mata, Eriska masih memegang dadanya.     

Ya Tuhan, rasanya jantungnya mau copot sekarang karena terlalu bahagia!     

******     

David segera memarkirkan mobil kesayangannya di garasi blue house yang sangat luas. Cowok itu segera turun dengan membawa bouquet bunga besar ditangan kiri dan tentunya undangan party yang disimpan di saku jassnya. Cowok itu menarik nafas dalam. Rasanya sudah lama sekali dia tidak berkunjung ke rumah Reyhan. Dia sangat rindu dengan sosok sohibnya itu. Padahal dulu mereka bertemu setiap hari. Berbagi makanan, berbagi tempat tidur, berbagi selimut, sampai berbagi jawaban kuis dadakan.     

Ah, rasanya semua itu baru saja terjadi kemarin. Dan sekarang sohibnya itu sudah menjadi suami orang. Reyhan sudah berani mengambil tanggung jawab atas hidupnya dan hidup orang lain. Benar-benar luar biasa. David saja belum memikirkan tentang pernikahan sampai sekarang. Terlebih pasca perceraian orang tuanya, rasa takut akan menjalani kehidupan berumah tangga semakin menjadi-jadi menggerogoti pikiran dan hati David. Mungkin dia butuh orang yang tepat yang bisa dipercaya untuk menjadi partner of life.     

Cowok itu melangkah dengan pasti masuk ke rumah keluarga Deandra. Seperti biasa, dia akan disambut oleh ART Reyhan yang jumlahnya lusinan. Karena mereka sudah hafal dengan David, langsung saja David diantarkan ke tempat Reyhan berada.     

"BROTHERR!!" Pekik David begitu melihat Reyhan sedang duduk santai dengan mama Lita di ruang keluarga. Sontak saja Reyhan dan mama Lita kaget, keduanya spontan berdiri menyambut David.     

"David my brother! Gilaaa!!! Masih idup lo bro?!"     

Langsung saja Reyhan dan David bertoast ria dan berpelukan ala bromance mereka berdua. Tidak lupa David cium tangan mama Lita, biar gimanapun mama Lita sudah seperti mamanya sendiri.     

"Iam still alive bro! Look, tante Lita..." David memandang Reyhan dari atas sampai bawah, "Your son sekarang sudah jadi suami orang! And why you don't tell me?! Sialan lo!" dengan gemas David meninju lengan kiri Reyhan. Kesal sekali rasanya sebagai sahabat dia gak dikasih tahu soal pernikahan itu. Reyhan sendiri cuma tertawa terbahak-bahak.     

"Iya nih, Vid. Kemarin dia mau ngasih tau kamu, tapi nomor kamu gak aktif. Omong-omong, kamu sekarang kurusan Vid? Kamu sakit?!" mama Lita memandang khawatir. Davis tersenyum simpul. Meskipun tersenyum, tapi baik mama Lita maupun Reyhan tahu sebenarnya senyuman itu penuh luka.     

"Iam good, tante. Yah, you know that.. ini semua sulit, tapi.. aku akan bertahan dan yakin pasti bisa menjalani semuanya. Mohon doa dari tante dan my bro Reyhan!" ucap David lirih. Mama Lita menepuk-nepuk pundak David.     

"Vid, tante ini udah anggap kamu seperti anak tante sendiri. Pokoknya kalau ada apa-apa, feel free buat sharing sama tante atau Reyhan. Kita ini sudah seperti keluarga! Jangan lagi kamu memendam semuanya sendiri ya!"     

David mengangguk pelan, "Ya tante. Aku gak akan seperti itu lagi. Thanks, tante."     

"You're welcome, darling. Ya udah, tante mau manggil si Ijah dulu ya buat minuman. Kalian santai dulu, oke?"     

Mama Lita beranjak pergi, David meneriaki satu pesan.     

"Tante, please yang buat minuman Encum aja! Bilangin David kangen!"     

"Gak ah! Nanti heboh lagi dia teriak-teriak sampe tetangga denger semua. Tante pusing!"     

Mama Lita benar-benar menghilang naik ke lantai dua. David tertawa terbahak-bahak. Cowok itu sampai lupa daritadi memegang bouquet bunga untuk istri Reyhan.     

"Gue sampe lupa, ini untuk istri lo.." Cowok itu menyerahkan hand bouquet ke Reyhan. Reyhan menerimanya dan langsung meminta staff ARTnya mengantar ke atas.     

"Thanks Vid. Buat gue gak ada nih?" ledek Reyhan. David berdecak.     

"Apa lagi yang perlu gue kasih untuk lo? You have everything bro!"     

"Iyee iye.. bercanda. Dah kayak cewek lagi datang bulan lo, sensitif!" cibir Reyhan. David tertawa lagi.     

"Kurang ajar lo Rey! Lo pikir gue lelaki apaan?!"     

"Lelaki panggilan..." kata Reyhan asal. David segera melempar sohibnya itu dengan botol softdrink. Tapi bukan Reyhan namanya kalo gak gesit menghindar.     

"Gak kena lagi!" David tertawa. Duh, rasanya dia udah lupa kapan terakhir tertawa lepas seperti sekarang. Memang, sahabat adalah tempat terbaik untuk melepas segala penat dihati, "Btw, mana nih istri lo? Gue mau liat cewek belahan bumi mana yang mampu menakhlukkan kerasnya hati seorang Reyhan Deandra!"     

"Hehehehe, ada. Bentar ya, dia lagi siap-siap turun. Kita baru landing jam 10 tadi!"     

"Oh sure?!" David menaikkan satu alisnya, "Tapi sorry nih, lo.. nikah sama Amora kan?"     

"Amora?!" Reyhan menyilangkan kedua tangannya didada. Dia malah udah lupa tuh sama mantan geblek satu itu. "Gak lah, kayak gak ada cewek lain aja. Lo pikir gue gak laku apa?!"     

"SERIUS LO?!" David sampai melotot saking gak percayanya. Wah, kalo bukan sama Amora, sama siapa Reyhan menikah? "Jadi sama siapa sih?!"     

"Ada lah, lo juga kenal dia siapa." Jawab Reyhan kalem. David masih bingung dan kepo.     

"Gue kenal?" David makin heboh, "Apa dia temen kita waktu di Amrik dulu? Atau waktu kita holiday lama di Canada? Atau waktu kita lanjut S2 di Manchaster?"     

"Nggak.." jawab Reyhan singkat dan tetap tenang. Membuat hasrat ingin tahu David makin meledak-ledak.     

"Ah bajigur lo! Terus aja lo main teka teki sama sahabat lo sendiri. Awas ya lo, Rey!"     

Reyhan terkekeh. Senang sekali dia menjahili David yang sudah dipuncak kekepoan. Reyhan hafal betul sifat David, ya namanya juga sudah lama bersama.     

Lagi sibuk-sibuknya menebak siapa sosok istri Reyhan, mendadak keduanya dikejutkan dengan suara langkah kaki Lenny yang menuruni anak tangga.     

Sontak saja mata David terbelalak. Dia kuaget bukan main menemukan Lenny disini. Apalagi setelah sekian lama David mencarinya. Rasanya sudah lama mereka tidak berjumpa.     

David menelan ludah. Lenny nampak sangat shinning, shimering, splendid meskipun gadis itu cuma pakai kaus lengan panjang dan celana jeans selutut. Aura kecantikan dan keglowingan tetap terpancar nyata. Refleks, David yang semula duduk santuy di sofa sampai berdiri menghampiri gadis itu di anak tangga terakhir. Tapi, ngapain Lenny ada di rumah Reyhan?     

"Hi, Vid! Long time no see!" Lenny mengulurkan tangan, hendak bersalaman. Namun, David masih mematung dalam keterseponaan. "Vid?" Lenny menjentikan jarinya didepan muka David. Sontak saja cowok itu tersadar dari rasa terpananya.     

"Eh.. eh.. Lenny?! Ya Tuhan.. mimpi apa gue akhirnya bisa ketemu lo lagi?! Gue udah lama cari lo!" Spontan saja David langsung memeluk Lenny dengan sangat erat. Reaksi David yang berlebihan itu membuat Reyhan langsung berdiri dan memancarkan sorot ketidaksukaannya. Namun Lenny yang sadar lamgsung mencegah Reyhan lewat tatapan mata juga. Dan dengan pelan, didorongnya David untuk melepaskan pelukan itu.     

"Sorry girl, gue refleks banget! Maaf ya!" David merapatkan kedua telapak tangannya di depan dada, tanda permohonan maaf. Lenny mengangguk dan tersenyum kikuk.     

"Gak papa. Gimana kabar lo?!" tanya Lenny pelan. Cewek itu mengamati penampilan David yang jauh berbeda dibanding David yang dulu. David yang kurus seperti tak terurus, dan juga kusut. Pastilah dia jadi kacau setelah melewati masa-masa sulitnya. Kasihan David.     

"Gue.. ya, seperti yang lo liat! Banyak hal yang udah lama mau gue ceritain ke elo. Lo kapan ada waktu? Gue pengen sharing banyak hal sama lo!" Cowok itu langsung saja mengungkapkan kegundahannya pada Lenny. Kembali, gadis itu tersenyum kikuk. Belum sempat Lenny menjawab, David sudah menanyakan hal lain.     

"Tapi, lo ngapain disini? Kok lo gak ke kantor sih?!" David segera menoleh ke arah Reyhan. "Rey, kenapa staff lo bisa disini? Lo gak boleh dong nyuruh staff lo nganter berkas terus ke rumah. Ya meskipun gue tahu lo sibuk dan baru balik dari Turki, tapi kasihanlah sama staff lo..."     

Reyhan dan Lenny saling pandang. Wah si David ini, bener-bener gak sadar atau lagi mabok sih?     

"Dan elo Len, jangan mau kalo sohib gue itu sering nyuruh lo anter berkas kesini. Pokoknya aman, ntar gue jitak dia biar gak semena-mena sama kalian semua!" David tertawa sendiri. Suasana jadi garing karena Lenny dan Reyhan cuma saling pandang, tanpa ikut tertawa dengan lelucon yang dibuat David barusan.     

"Heh guys! Lo berdua kenapa sih?" David menatap Lenny dalam-dalam, kemudian dia balik badan melihat ke arah Reyhan, "Rey, mana nih istri lo? Lama banget! Oh iya, gimana kalau kita party nanti malam? Lo ajak istri lo, gue sama Lenny? Gimana? Seru kan?!"     

David nyengir kuda ke arah Reyhan. Reyhan menarik nafas dalam, pandangannya tajam menatap David. Sepertinya sudah cukup, ini harus diluruskan.     

"Vid, itu istri gue." Reyhan menunjuk ke arah Lenny yang masih berdiri dianak tangga terakhir.     

DUARRRR     

Bak petir disiang bolong, rasanya tubuh David tersambar petir itu sekarang!     

Sontak saja jantung David berdetak kencang. Ritmenya sudah tidak karuan akibat pernyataan Reyhan barusan.     

"A... APA?! APA KATA LO REY?!" Dia menatap Reyhan dengan tatapan tidak percaya.     

"Lenny istri gue. Gue menikahi dia empat bulan lalu." Reyhan sekarang berjalan mendekati mereka berdua. Suara David bergetar, lirih.     

"Gak mungkin... lo.. pasti bercanda kan Rey?!" David balik badan lagi dan melihat kearah Lenny, mencari jawaban. Tapi belum sempat gadis itu buka suara, mata David sudah menemukan Lenny memakai kalung berlian dengan inisial R sebagai liontinnya. Pun Jari manis gadis itu sudah dilingkari oleh cincin berlian pula. Tanda telah dimiliki orang lain.     

Tangan David bergetar hebat melihat itu. Dadanya serasa sesak. Hatinya benar-benar tak siap untuk ini!     

"Itu bener Vid. Gue adalah istri Reyhan. Maaf ya, kita berdua bukannya gak mau ngundang lo, tapi waktu itu susah banget cari kontak lo. Syukurlah sekarang kita ketemu lagi dan lo baik-baik aja. Gue harap, lo tetep anggap gue sahabat baik lo, sama kayak lo sahabatan sama Reyhan!" terang Lenny panjang kali lebar.     

"Betul Vid. Gimana istri pilihan gue, oke punya kan?" tanya Reyhan.     

David masih tak bergeming, matanya merah sekarang. Rasaya ia ingin menangis sekarang juga. Sekencang kencangnya!     

"Vid.. lo baik-baik aja?!" Lenny menepuk pundak David. Nafas cowok itu naik turun, seperti menahan sesuatu yang bersiap meledak.     

"Kalian berdua cocok.." ucap David akhirnya, "Maaf ya, gue bener-bener gak tahu Reyhan akan nikah sama lo, Len. Semoga kalian semua langgeng sampai tua!" lanjutnya. Cowok itu segera mengambil kunci mobil yang tergeletak diatas meja.     

"Rey, gue duluan ya! Gue lupa ada meeting siang ini!"     

"Loh kenapa buru-buru?!"     

Pertanyaan terakhir Reyhan tidak lagi dijawab oleh David yang dengan langkah-langkah besar segera pergi. Lenny menuruni anak tangga terakhir dan berjalan mendekat ke arah Reyhan. Gadis itu serta merta memeluk Reyhan dari samping dan dibalas dengan satu kecupan manis dipuncak kepala Lenny. Keduanya menatap kepergian David dengan perasaan bingung.     

******     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.