TURKEY IAM IN LOVE (PART 1)
TURKEY IAM IN LOVE (PART 1)
klik. Telpon ditutup.
Reyhan memandang prihatin ke arah istrinya. Kini Lenny sudah bisa lebih tenang. Terlebih setelah Reyhan memberikannya sebotol air mineral. Gadis itu kini bersembunyi di dalam selimut dikamar Reyhan. Menurut Lenny, suasana kamar ini jauh lebih baik di banding kamar atas tadi. Benar-benar pengalaman buruk yang membuat gadis itu trauma untuk kembali lagi ke atas mengambil barang-barangnya.
"Suamik..." ucap Lenny pelan. "Kita tidur sama-sama aja ya. Pokoknya gak boleh pisah kamar lagi."
Kontan saja Reyhan ingin tertawa mendengar kalimat itu, tapi karena kondisi istrinya lagi berantakan dia jadi gak tega. Padahal kan tadi Lenny sendiri yang ngotot ingin kebebasan dan gak mau seranjang sama dirinya. Wanita itu memang sangat sulit ditebak. Pantas saja tulang rusuk itu bengkok.
"Iya, jangan banyak ulah lagi!" nada cowok itu pelan, namun memperingatkan. Lenny mengangguk cepat.
"Tadi itu.. di lantai dua.. kamar tadi.. aku sebenernya ngeliat..."
PYARRRRR
Belum selesai Lenny bercerita, mendadak ada suara barang pecah dari lantai atas. Suaranya kencang sekali, dirinya kaget bukan main sampai-sampai refleks Lenny melompat dari tempat tidur. Gadis itu serta merta memeluk Reyhan yang tengah berdiri di depan lemari. Jantungnya berdegup tak beraturan.
Reyhan terdiam. Apa ada maling masuk ke rumah? Tapi seingatnya tadi dirinya sudah mengunci pintu depan dengan baik. Cowok itu mulai siaga satu, jika terjadi apa-apa dirinya siap mengeluarkan berbagai jurus taekwondo yang sudah sangat dikuasai. Dan istrinya harus disembunyikan ditempat paling aman.
"Suamik..." Lenny mendesis pelan. Pelukannya makin menguat dan terasa bergetar. Reyhan membalas pelukan itu dengan kuat pula dan mengecup puncak kepalanya sembari mengusap-usap punggung gadis itu. Sebagai seorang lelaki, tentu dia harus memberikan rasa aman pada wanitanya.
"Kamu disini dulu ya, aku cek ke atas sebentar."
Sontak saja Lenny menggeleng. Demi apapun dia gak mau pisah sama Reyhan walaupun cuma sedetik doang. Gadis itu takut bukan main.
"Sebentar aja..." bisik Reyhan pelan.
"Gak!" Ucap Lenny pelan, tapi ngegas. "Aku ikut kemanapun kamu pergi!"
"Oke.. oke.." cowok itu akhirnya mengalah. "Kalo gitu tolong lepasin pelukannya sebentar, aku mau pipis dulu.."
"Aku ikut!"
"Hah?!" Reyhan tercengang, agak keberatan. "Aku cuma pipis bentar doang, kan toiletnya juga disini."
"Tapi pintu toiletnya gak usah ditutup ya, aku gak ngintip suer!"
"Apa??" Reyhan mengerutkan dahi. Cowok itu menghela nafas panjang, "Yaudah, iya deh.." Buru-buru Reyhan masuk ke toilet, tanpa adegan menutup pintu. Sebenernya geli banget dia.
"Udah belum suamik?!"
"Ya Tuhan, gue buka celana juga belum! Sabar dong.."
"Buruan suamikkk...."
Lenny memandang seisi kamar ini dengan perasaan takut. Apa yang terjadi pada dirinya beberapa saat lalu itu sangatlah buruk. Perasaannya kembali berkecamuk. Tidak suka pada kegelapan sudah terjadi sejak dia masih kecil, namun paranomal experiencenya barusan itu menambah ketakutannya pada hal-hal lain yang sebelumnya tidak dia pedulikan. Apa salahnya hingga ia diganggu?
"Udah.." Reyhan segera keluar dari toilet, "Setelah dipikir-pikir, jangan cerita apapun malam ini ya. Kamu istirahat duluan, aku nunggu Uncle Joe sama tukang listriknya dulu."
Lenny mengangguk cepat, "Oke, aku gak akan cerita apapun... tapi aku gak mau tidur duluan. Kita tidurnya bareng-bareng!"
Reyhan setuju. Ternyata gadis itu memang keras kepala sekali. Tapi yasudahlah, itung-itung penebus rasa bersalahnya tadi.
Mereka berdua duduk dipinggiran ranjang tempat tidur sambil berpeluk-pelukan. Udah kayak teletubbies kurang personil pokoknya. Keduanya hanya terdiam hingga beberapa saat terdengar suara Uncle Joe dan serombongan orang dari luar.
"Tunggu disini, aku ke luar sebentar" Reyhan mengambil sebuah kaos oblong dan langsung mengenakannya. Lenny sebenernya gak mau ditinggal walau jarak ke luar sama kamar ini deket banget. Rasanya dia pengen ikut, hanya saja gadis itu teringat pakaian yang tengah dikenakannya ini amat sangat tipis dan transparan. Gak mungkin dia akan memamerkan tubuh setengah bugilnya gratis gratis ke semua orang.
"Jangan..."
"Lima menit!" potong Reyhan, diserahkannya handphone cowok itu. "Pegang ini, jangan matikan flashnya sampai listrik hidup lagi."
Cowok itu setengah berlari menutup pintu kamar dan keluar. Sementara Lenny, mulai masuk ke dalam selimut dan membawa hape itu ke dalamnya. Dari dalam selimut, dia mencoba melihat-lihat gallery foto di handphone Reyhan, untuk mengurangi rasa takutnya.
Ada satu foto yang menarik perhatian Lenny di handphone itu, yaitu foto seorang wanita Turki cantik sekali yang menggendong seorang bayi. Foto itu sudah usang, Lenny tau dari kualitas gambarnya yang jauh dari HD. Dia menduga itu adalah sebuah foto yang terfoto. Maksudnya, foto itu sudah dicetak dan usang, kemudian difoto lagi dan jadilah seperti gambar yang saat ini dia lihat.
Wanita Turki itu seperti tidak asing baginya. Wajahnya sedikit mirip dengan Reyhan, tapi juga mirip dengan mendiang nenek Reyhan. Lenny mencoba menganalisis, apakah ini adalah foto nenek Reyhan sewaktu masih muda? Tapi sebenernya yang orang Turki itu papa Danu kan? Kenapa dia tidak melihat aura keTurkian dari Papa Danu ya? Papa Danu dan Reyhan itu sangat berbeda. Kalau Reyhan sangat jelas produk blaster. Sementara Papa Danu, Indonesia banget.
Sementara mama Lita sendiri tidak mungkin orang Turki. Soalnya akad nikah mereka saja menggunakan adat daerah mama Lita dari sunda. Lalu sebenarnya ini kakek Reyhan dari pihak mana? Apakah kakek yang disebut ini kakek angkat? Atau bagaimana sih? Lalu, wanita menggendong bayi ini.. siapa dia?
Sedang fokus berfikir begitu, sayup-sayup Lenny mendengar suara piano yang dimainkan dari luar, tepatnya bersumber dari lantai atas. Alunanya terdengar seperti lagu-lagu bernada sedih, membuat bulu kuduk Lenny kembali merinding.
Sedetik
Dua detik
Lenny mendengarkan dengan saksama irama permainan piano itu. Tuts nya ditekan oleh jari jemari yang sudah profesional. Karena untuk berapa lama, tidak terdapat jeda perpindahan not sama sekali. Meskipun bernada sedih dan membuat merinding disko, harus diakui si pianis ini sudah sangat mahir.
Apakah Reyhan yang main piano ya? Batin Lenny. Tapi kan diatas itu gelap sekali. Dan sampai sekarang listrik juga belum menyala. Hebat banget kalau cowok itu hafal not tanpa melihat. Dirinya sendiri aja terkadang masih lihat catatan untuk beberapa kunci tertentu yang dia lupa.
Untuk beberapa saat Lenny masih berpositif thinking bahwa yang memainkan piano itu Reyhan. Namun baru beberapa detik alunan piano itu berhenti, Reyhan kembali masuk ke kamar dan mengunci pintunya.
"Rey?" panggil gadis itu sambil menurunkan selimut yang menutupi wajahnya, dia menyorot wajah Reyhan dengan flash "Kamu dari atas?"
"Nggak lah, ngapain lagi?" kata Reyhan sembari melepas kaosnya, "Aku barusan ngobrol sama Uncle Joe dan kang listriknya, katanya perbaikan ini agak lama jadi kita disuruh istirahat duluan. Uncle Joe yang handle."
Lenny menelan ludah. Kalau Reyhan cuma ngobrol sebentar di luar sama Uncle Joe dan para kang listrik, lalu siapa yang memainkan piano di atas? Jam segini? Dalam keadaan gelap gulita pula?
Gadis itu kembali merinding. Dia segera menutupi wajahnya dengan selimut tebal sambil komat kamit. Sialan banget, niat jauh-jauh ke Turki buat senang-senang malah jadi kisah horror begini.
Reyhan yang tidak tahu apa yang barusan didengar sang istri, langsung saja mengambil ancang-ancang untuk tidur. Tubuhnya lelah bukan main.
Karena sudah yakin si Lenny akan membuat 'batas kekuasaan' ranjang atau minimal jaga jarak dengannya, cowok itu serta merta tidur membuntuti istrinya. Namun tak disangka, malam ini keadaan berubah menjadi lain.
"Rey..." panggil cewek itu dengan nada manja, "Jangan gitu dong, tidurnya peluk aku.. Aku gak berani.."
"APA?!" Reyhan tercekat lalu balik badan, "Aku gak salah denger?"
"Nggak.. pokoknya kamu tidurnya peluk aku! Menghadap ke aku, ga boleh kemana-mana!"
Rejeki memang gak kemana, pikir Reyhan. Langsung saja cowok itu dengan sangat bergembira tidur sambil berpeluk-pelukan. Kapan lagi coba istrinya kesambet minta adegan begini? Uanget pol rek!!
****
"Thank you for the warm welcome! Let's work together to build this company!" Tutup Reyhan setelah agak banyak cowok itu berbincang ngalor ngidul buat sambutan. Karyawannya memberi tepuk tangan yang meriah. Setelah itu, dengan tertib seluruh karyawan bersalaman dengannya. Terakhir barisan itu membubarkan diri, kembali ke tempat kerja masing-masing.
Di dampingi Rangga, cowok itu dan Lenny masuk ke ruangan kerja barunya. Ruangan yang sebelumnya ditempati turun menurun oleh para leluhur, hingga yang terakhir adalah mendiang sang kakek.
Prilin Company. Ya, perusahaan yang namanya sudah tidak asing baginya. Tapi sejujurnya cowok itu sama sekali tidak tahu menahu soal seluk beluk perusahaan. Yang menjadi fokus Reyhan selama ini hanyalah Deandra Group saja, tidak pernah terbesit akan menempati posisi CEO perusahaan asing di usia muda begini, ya meskipun masih milik keluarga dari garis ibunya.
"Ini laporan-laporan yang bapak minta selama lima tahun terakhir..." Rangga menyerahkan setumpuk berkas kehadapan Reyhan. Cowok itu manggut-manggut dan mulai membuka berkas tersebut lembar perlembar.
"Ada yang pakai bahasa Inggris?" tanya Reyhan dingin. Jiwa kebossyannya mulai keluar saat di kantor.
"Ada pak. Biar saya ambilkan sebentar." Rangga segera keluar dari ruangan. Untuk beberapa saat disini hanya ada Reyhan yang tengah sibuk membaca laporan, dan Lenny yang juga sibuk bermain handphone barunya. Handphone keluaran terbaru dengan harga selangit dan fitur tercanggih. Baru saja buka bungkus tadi pagi. Kata Reyhan sih, ini pengganti handphonenya dulu yang dia buang ke kolam ikan. Gantinya berkali-kali lipat lebih bagus pula.
"Rey..." panggil cewek itu pelan. Reyhan yang masih sibuk membaca laporan itu hanya menyahut dengan deheman.
"Gue udah boleh posting lagi dong di Instagram?"
"Boleh.." kata Reyhan singkat.
Sontak saja Lenny melonjak-lonjak kegirangan. Penantiannya selama ini akhirnya berbuah manis.
Langsung saja gadis itu memotret dirinya sendiri di dekat jendela ruangan Reyhan. Cahaya sinar mentari pagi menambah kesan artistik foto yang dihasilkan. Skill mengedit foto Lenny juga tingkat dewa. Maklumlah, sebagai selebgram solo dia harus serba bisa sendiri mulai dari moto, ngedit, mikir caption foto, semuanya dilakukan seorang diri.
'Good morning eveyone! (emoji sunrise)'
Adalah caption yang dipilih Lenny untuk postingan pertamanya setelah berbulan-bulan vakum dari dunia perinstagraman. Tidak lupa pula gadis itu menambahkan lokasi Istanbul, Turkey sebagai lokasi fotonya barusan. Sengaja, biar sekalian mau pamer gitu deh. Gadis itu juga penasaran setelah berbulan-bulan menghilang dari radar, apakah masih ada hatersnya di Ig ini?
Baru saja beberapa detik di unggah, foto itu sudah mendapat ratusan likes dan beberapa komentar. Salah satu komentar adalah milik Eriska yang mengungkapkan kerinduan pada sahabatnya itu.
"Miss u so much sissy! Enjoy your honeymoon di Turki ya. Luv u (emoji kiss)"
Ah Eriska, dia memang sahabat yang selalu ada. Lenny merasa dunianya menjadi lebih baik sekarang. Langsung saja gadis itu membalas komentar Eriska dengan mengungkapkan rasa rindu yang sama. Setelah pulang nanti akan dia ceritakan semua pengalaman buruknya semalam. Gila saja sih, pasti sohibnya itu akan tercengang-cengang, histeris, terkejut, terhran-heran, dan tidak percaya dengan apa yang sudah dialami.
Rangga kembali masuk dengan membawa setumpuk berkas yang sedikit berdebu dan usang. Nampak sekali berkas itu jarang digunakan. Cowok itu juga kembali menanyakan apakah ada hal lain yang bisa dibantu dan dijawab tidak oleh Reyhan. Dengan sopan Rangga memohon pamit lalu kembali ke luar.
Lagi asik-asiknya main Instagram dan kembali ke 'dunia aselinya', mendadak si mantan boss memanggil.
"Kenapa?" tanya Lenny tanpa minat.
"Kamu habis ini mau jalan-jalan sama si Cinta kan?"
"Yaiyalah, gila kalik aku nungguin kamu kerja disini sampai malem."
Cowok itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan dompet. Dengan cepat dia menyabut sebuah kartu debit dan sebuah kartu kredit dari dompet berwarna hitam itu.
"Selama di Turki pakai ini aja, pin nya tanggal pernikahan. Jangan lupa kamu traktir itu si Cinta."
Wajah Lenny semakin sumringah. Asik banget nih! Sudah dapat handphone baru, dapat kartu debit plus kredit pula. Jiwa kemissqueenan yang mendarah daging ikut bergetar! Horay!
"Wah, terimakasih suamik!" Lenny lantas merebut dua kartu itu dari tangan Reyhan. Hahaha, akhirnya dia merasakan juga benefit jadi istri horang kaya.
"Kalau capek nanti pulang ke rumah Cinta dulu, pulang kerja aku jemput kamu ke sana."
"Oke, aku juga ga berminat pulang ke rumah itu kalau sendirian." Gadis itu kembali memikirkan kejadian buruk semalam. Ah, bahkan dirinya tadi pagi belum sempat cerita apapun ke Reyhan. Nanti malam sajalah cerita lengkapnya.
****
Jadilah pagi menjelang siang ini juga Lenny dan Cinta pergi jalan-jalan mengelilingi Istanbul. Destinasi pertama mereka apalagi kalau bukan ke Grand Bazaar. Yup, Grand Bazaar adalah salah satu pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di Turki, surganya para shoppa holic. Bisa disebut surga belanja, soalnya tempat ini adalah salah satu pasar tertutup yang terbesar dan tertua di dunia. Jadi sudah pasti yang dijual pun beraneka ragam. Pokoknya cocok banget untuk membeli oleh-oleh.
"Bu Dara mau belanja apa?" tanya Cinta. Lenny mengangkat kedua bahunya. Bingung dia. Tempat ini sangat luas dan ramai pengunjung. Udah gitu, tempatnya beneran keren banget. Lebih keren dari gambar yang biasa dia lihat di mbah google.
"Ayo kita keliling-keliling dulu!" ajak Cinta. Lenny mengangguk. Keduanya lalu menyusuri lorong Grand Bazaar beriringan. Untuk diketahui, antara satu blok dengan blok lain di Grand Bazaar itu dipisahkan oleh jalan-jalan kayak lorong bawah tanah. Dan sepanjang perjalanan ini Lenny berdecak kagum dengan kelap kelip cahaya dinding dan lukisan-lukisan yang menambah kesan seninya. Cewek itu memang gak bisa gambar apalagi ngelukis, tapi dia sangat senang menikmati karya seni lukis.
"Keren banget!" puji Lenny. Gadis itu semakin tidak bisa menutupi rasa kekagumannya dengan tempat ini.
"Apa ini pertama kalinya bu Dara ke Grand Bazaar?" tanya Cinta hati-hati. Lenny mengangguk cepat.
"Berati selama pacaran dulu pak boss Reyhan gak pernah ajak ke Turki?"
"Kami gak pacaran.." jelas Lenny cepat, "Reyhan langsung ngelamar dan kita tunangan, terus menikah deh." tambahnya. Sekarang gantian Cinta yang terheran-heran. Wah, dia kirain Dara ini adalah pacar Reyhan yang terkenal selama bertahun-tahun itu. Untung saja dia gak keceplosan.
"Bu Dara beruntung sekali karena dapat pria serius dan langsung dinikahi. Gak pakai proses menunggu lama.." Cinta tersenyum. Lenny balas tersenyum. Ya, jika dibandingkan sama mantan Reyhan sih jelas dia jauh lebih beruntung. Gak usah pakai menunggu lama tapi dinikahi. Nah masalahnya, Cinta ini kan gak tau tragedi apa yang sudah menimpanya dibalik pernikahan ini. Dia juga awalnya gak mau kalik menikah sama Reyhan!
"Kita lihat kain sutera itu deh!" Lenny menunjuk ke salah satu toko yang menjual kain sutera. Keduanya lalu masuk dan melihat berbagai jenis model sutera yang dijual.
Bener-bener bagus semuanya. Lenny sampai bingung mau beli kain yang mana. Kain sutera ini amatlah halus dan elegan. Cocok sekali untuk dipakai saat acara kondangan dengan kaum sosyeelitaah.
"Aku mau ini, ini, yang itu, ama.. yang satu itu juga boleh deh.." Lenny sengaja pilih empat kain, untuk dirinya, mama Lita, Sarah, dan special buat Encum. Asisten gahul itu tadi diperjalanan sempat kirim pesan lewat Instagramnya menanyakan kabar sang Nyomud. Encum juga meminta Nyomud untuk menjaga kesehatan dan selalu berhati-hati. Sungguh Asisten yang sangat perhatian.
"Cinta, kamu pilih juga dong.. Jangan diem aja."
Cinta tercekat. Duile, ini kain sutera kan harganya selangit. Pemborosan kalau dia ikutan beli kebutuhan sampingan begini.
"Nggak deh Bu.. Saya gak usah.."
"Aduh..." Lenny menarik sebuah kain sutera lain, "Yang ini menurut kamu bagus gak?"
"Bagus banget, Bu."
"Oke, bilang sama bapak yang jual ini aku ambil Lima. Yang satu buat kamu ya. Oh iya, totalnya jadi berapa Lira ya?"
Cinta kembali tercekat. Buset, ini orang borong kain sutera udah kayak borong kerupuk aja. Gak pakai lihat price tag lagi!
Usai berbelanja kain sutera, mata cewek itu tertuju pada salah satu toko yang menjual aksesoris. Penjualnya ramah-ramah pula, mereka bahkan ditawarkan teh secara gratis.
"Ini akseseoris apaan sih? Lucu banget..." Lenny memegang salah satu aksesoris berbentuk mata dengan latar berwarna biru. Gemas sekali radanya. Menurut dia, aksesoris ini sangat unik, dan belum pernah dia lihat sebelumnya. Disebelahnya bak tourgouide, Cinta menjelaskan makna aksesoris itu.
"Ini dalam bahasa Turki namanya Nazar Boncugu. Menurut sebagian penduduk Turki, benda ini dipercaya bisa menolak bala dengan cara menyerap energi buruk atau niat jahat."
Lenny manggut-manggut. Wah ini sepertinya cocok banget dipasang di rumah kakek. Mengingat baru saja semalam dia banyak mengalami kejadian mistis yang sulit dijelaskan dengan nalar. Biar kapok itu hantu, terserap nanti energi jahatnya untuk menakut-nakuti gue, pikir Lenny.
"Beli sepuluh deh, tanyain dong sama bapaknya berapa itu yang harus dibayar kalau saya beli sepuluh buah?"
****
Puas dengan belanja di pasar tradisional, Perjalanan belanja keduanya dilanjutkan ke tempat-tempat branded. Karena sekarang sudah menjadi isteri horang kaya, tentu saja Lenny ingin mengupgrade beberapa fashion itemnya. Salah satu yang ingin di upgrade adalah tas. Maka, cewek itu mengajak Cinta ke butiknya syenel dan erme yang terkenal dipakai para selebritis tanah air dan mancanegara.
Mata Lenny langsung melihat ke jejeran tas-tas cantik diatas lemari kaca. Wah, dia jadi heboh sendiri mau pilih yang mana. Semuanya bagus-bagus dan pasti muahal-muahal.
"Cinta, menurut kamu bagus yang mana?" Lenny mengangkat sebuah hand bag berwarna navy ditangan kanan dan flap bag berwarna hitam ditangan kiri. Meminta pertimbangan Cinta sebagai sesama wanita.
Cinta menatap dengan tatapan dilema. Keduanya sangat bagus dan warnanya juga cakep-cakep, mungkin salah satu pertimbangan lain adalah kegunaan dan kenyamanan pemakai saja, atau juga pertimbangan harga. Tapi kan bu Dara ini isterinya boss Reyhan, uangnya gak berseri lagi. Jadi pertimbangan harga adalah hal yang sia-sia.
"Bagus semua Bu..." jawab Cinta jujur. Lenny jadi semakin bimbang. Yaudahlah daripada nyesel dia ambil saja keduanya.
"Abis ini kita ke butik nya erme ya.. kamu tau kan dimana?"
"Oh, iya bu..." Cinta mengangguk-angguk saja. Wanita itu sesekali mengelus betis dan kaki yang nampak membengkak. Rasanya lelah sekali kaki ini berjalan mengikuti bu Dara yang begitu energik berjalan, berlarian kesana kemari dan tertawa.. udah kayak lagu akad. Tahu begitu dia memilih stay di kantor saja.
"Astaga, kaki kamu kenapa cinta?" Lenny yang selesai membayar tas tersebut langsung berjalan mendekati Cinta. Buru-buru Cinta berdiri, seolah tidak terjadi apa-apa.
"Gak papa Bu.. ini biasa kok!"
"Biasa? Biasa gimana sih? Kamu capek ya?" Lenny memandang khawatir. Jujur saja gadis itu jadi tidak enak telah menyusahkan orang lain. Apalagi orang yang baru dikenal begini.
"Gak bu, saya permisi ke toilet sebentar ya." Buru-buru Cinta berjalan sambil memegangi perut dan menutup mulutnya. Waduh, sepertinya ada yang tidak beres dengan wanita itu, pikir Lenny.
***
Lenny mengajak Cinta untuk nongkrong di kedai dan minum Turkish Coffe, sekaligus istirahat. Dengan cemas Lenny memperhatikan Cinta yang sepertinya tengah pusing.
"Are you ok?" tanya Lenny hati-hati.
Cinta mengangkat wajahnya yang tertunduk lesu diatas meja.
"Maaf ya Bu Dara, saya sepertinya mabuk."
"Mabuk?" Lenny tercekat. Wah wah, perasaan Lenny gak mencium aroma alkohol dari tadi. "Kamu habis minum?"
Cint menepok jidat. Astaga, salah sebut pula.
"Bukan Bu, maksudnya.. saya.. lagi hamil muda.. jadi suka mabuk mendadak. Mual muntah begitu."
"Ohh...." Lenny mengangguk-angguk sok paham. "Kenapa kamu gak bilang kalau lagi hamil? Harusnya tadi kita gak perlu muter-muter. Saya minta maaf ya.."
"Oh, gak papa Bu. Justru saya yang minta maaf.."
Cinta lalu menceritakan soal pernikahannya yang selama bertahun-tahun, akhirnya dikaruniai momongan juga. Makanya wanita itu gak mau sesumbar, sampai si jabang bayi lahir. Dulu, awal pernikahan dia menunda punya momongan. Kemudian dua tahun berikutnya, dia akhirnya sempat hamil namun keguguran. Setelah itu sulit lagi mendapatkan kehamilan. Berbagai metode sudah dia dan Rangga lakukan, termasuk berobat ke luar negeri. Namun, hasilnya tetap nihil. Akhirnya mereka berdua berpasrah saja pada Tuhan.
Kini, buah kesabaran itu muncul. Cinta akhirnya positif hamil sudah dua bulan. Tapi Cinta tidak mau membatasi aktivitasnya seperti kehamilan pertama dulu. Pokoknya dia mau enjoy dan rileks saja, tidak mau diperlakukan istimewa.
Mendengar cerita Cinta, Lenny hanya manggut-manggut. Dalam hati dia merasa bersalah banget sudah membuat bumil muda jadi kelelahan begini. Apalagi ternyata Cinta susah payah untuk mendapatkan bayi.
"Saran saya, bu Dara jangan menunda punya momongan ya. Soalnya kebanyakan yang menunda, itu malah jadi susah Bu." ucap Cinta menasehati. Lenny tersenyum saja.
"Memang rasanya hamil itu gimana?"
"Rasanya bahagia sekali Bu.. sulit saya jelaskan dengan kata-kata! Pokoknya, anak ini bukti cinta nyata saya ke suami saya.. Setiap laki-laki pasti ingin memiliki keturunan dari wanita yang dinikahinya..dan puji Tuhan kalau diizinkan saya akan berikan itu ke Rangga. Saya minta doanya ya Bu.."
Sesaat Lenny terdiam. Apa yang diucapkan Cinta itu sungguh menamparnya. Berbanding terbalik dengan kehidupan rumah tangga Lenny dan Reyhan yang masih sangat baru, bahkan belum seumur jagung.
"Yang penting kita harus terus berusaha dan jangan menyerah. Tuhan pasti memberi yang terbaik untuk kita..." lanjut Cinta dengan sok bijak, "Kalau Bu Dara sama Pak Boss Reyhan, rencananya mau punya anak berapa?"
"Hukkk!"
Lenny terbatuk-batuk. Padahal gadis itu baru saja mengangkat cangkir Turkish Coffe pesanannya. Rasanya yang enak mendadak jadi hambar ditanyain begitu.
Momongan? Bahkan dia belum pernah terpikir akan memiliki momongan. Dari Reyhan pula. Pernikahan mereka saja bagaikan serial kartun Tom and Jerry yang tak berkesudahan. Bagaimana mungkin keduanya akan bereproduksi?
"Aku.. aku belum kepikiran mau punya anak berapa.." Lenny meletakkan kembali cangkir coffenya. Pandangan gadis itu dingin, sedingin perasannya sekarang, "Soalnya kami baru menikah.. Jadi masih pengen pacaran dulu. Ya, santai sajalah. Tapi gak menunda juga kok." lanjut Lenny. Bohong banget dia. Ya memang dia gak menunda, cuma gak mau wik wik aja.
"Saya doakan semoga Bu Dara dan Pak Boss Reyhan segera punya momongan. Pasti nanti anaknya ganteng- ganteng dan cantik-cantik, karena Papa dan Mamanya saja sangat tampan dan cantik.."
"Iya, terimakasih."
Lenny rasanya ingin pulang saja sekarang. Walaupun rumah kakek horror, tapi sepertinya lebih baik ketimbang ditanya-tanya soal momongan. Ini lebih horror dari kejadian semalam!
****