PERTEMUAN YANG TAK DISENGAJA
PERTEMUAN YANG TAK DISENGAJA
Kehamilan ini sungguh menambah beban dihidupnya yang seperti tak akan berujung. Untuk beberapa waktu lalu dia mulai bernafas lega karena Junet membantunya untuk kembali melanjutkan hidup. Sebagai teman yang baik, Junet memberikan kehidupan baru untuknya sebagai Chef Jihan. Lalu apa lagi ini? Kenapa dia malah hamil? Lantas bagaimana dengan nasibnya sekarang?
Rasanya tidak mungkin dia akan memberitahu Junet tentang kehamilan ini. Bisa-bisa nanti, Junet akan di cap sebagai lelaki tidak benar oleh para staffnya. Junet sendiri yang memperkenalkan dirinya sebagai Jihan, seorang chef muda yang single, muda, bertalenta. Dan status yang dikenal sebagai seorang "single" itulah, bagaimana caranya perannya sebagai chef Jihan bisa berubah jadi wanita hamil?
Kehamilan ini juga tidak mungkin bisa ditutupi terlalu lama. Semakin hari pasti perutnya akan semakin membesar. Amora tidak akan bisa membutakan mata semua orang yang melihatnya. Disisi lain, dia juga tidak ingin kembali pada mantan suaminya di Jepang. Meskipun dalam kondisi hamil begini, dia sangat membutuhkan sosok lelaki untuk tempatnya bersandar. Namun rasanya tak mungkin bagi Amora untuk bersandar pada lelaki kasar dan pembohong seperti suaminya.
Perasaan gadis itu sungguh campur aduk sekarang. Dia coba mengingat-ingat kapan terakhir kali dia berhubungan dengan suaminya sebelum akhirnya gadis itu memutuskan kabur ke sini. Ah, sial. Sepertinya saat terakhir mereka melakukan itu, memang bertepatan dengan masa-masa suburnya. Amora sama sekali tidak memperhitungkan tanggal karena saat itu dia masih ragu untuk kabur. Dan sekarang dia benar-benar hamil, sial sekali.
Dan untuk meyakinkan diri sendiri tentang kehamilannya, sekali lagi, gadis itu mencoba untuk membeli alat tes kehamilan sendiri. Baru saja beberapa saat lalu dia berhenti disalah satu apotek ternama di Jakarta. Namun sepertinya setelah diamati ulang, gadis itu salah menyebutkan merk alat tes kehamilan yang direkomendasikan di Youtube pada sang apoteker tadi. Mumpung masih berada di parkiran, Amora berinisiatif mengkonfirmasi sekali lagi dengan sang apoteker apakah memang merk ini yang paling bagus untuk mendeteksi kehamilan sejak dini atau mungkin ada merk lain?
Gadis itu buru-buru berjalan kembali ke arah apotek, namun karena pandangannya sibuk menatap ponsel, dia sampai menabrak seseorang dan menjatuhkan beberapa alat tes kehamilan yang sudah dibelinya. Bak adegan dalam sebuah FTV, dengan cepat Amora dan orang yang ditabraknya memungut alat tes kehamilan dan obat-obatan milik orang itu yang ikut terjatuh.
"Maaf mbak, maaf!" Suara lelaki itu sambil membantu Amora memungut alat tes kehamilannya. Amora ikut memunguti obat-obatan lelaki itu, dan langsung memberikannya kepada si lelaki. Betapa terkejutnya Amora menyadari siapa lelaki yang ditabrak.
"Ini punya mbak, sekali lagi saya minta maaf!"
Lelaki itu menyerahkan alat tes kehamilan milik Amora dengan tampang agak menyesal. Namun gadis itu tak bergeming. Dibalik kacamata hitam ini, dia menatap lelaki itu tanpa berkedip sekalipun.
"Mbak?!" Cowok itu menjentikkan jarinya. Namun suara apoteker yang berlari keluar memecah kecanggungan diantara mereka
"Pak Reyhan, ada apa pak?!"
DEGGG!!!!
Bergetar tubuh Amora rasanya. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama tidak berjumpa, akhirnya dia kembali melihat lelaki ini. Lelaki yang paling dicintai selama sembilan tahun terakhir, sebelum akhirnya gadis itu jualah yang berhenti memperjuangkan cintanya. Reyhan, yang terlihat semakin mempesona saat tidak lagi dimilikinya, entah kenapa dia akhirnya bertabrakan dengan sang mantan disaat yang tidak tepat begini. Rasanya, Amora ingin memeluk lelaki itu saat ini juga, sekencang kencangnya!
Sungguh, dia sangat rindu pada Reyhan. Dia ingin menangis dipelukan cowok itu, seperti halnya dulu ketika Amora banyak masalah. Dulu, Reyhan adalah pahlawannya. Cowok itu mampu membuat apa yang tidak mungkin menjadi mungkin bagi Amora.
"Oh, gak papa. Cuma insiden kecil.. saya gak sengaja nabrak mbak ini!" jelas Reyhan. Cowok itu lantas menjejalkan beberapa alat tes kehamilan milik Amora yang terjatuh tadi, ketangan cewek itu yang masih mematung menatapnya. Reyhan lantas menyunggingkan sebuah senyuman dan pamit pada sang apoteker.
"Saya duluan ya!"
"Baik pak, hati-hati dijalan!"
Reyhan segera berlalu. Amora balik badan dan masih menatap cowok itu yang berjalan cepat kearah parkiran. Dia mengamati gerak-gerik cowok itu sampai masuk ke dalam mobil dan berlalu dari pandangannya.
Reyhan.. kenapa? Kenapa lo gak ngenalin gue?
******
"Aw.. aw... ADAAAWWWW!!!" Mama Lita menjerit-jerit menahan sakitnya. Encum yang bak tukang urut profesional memijit-mijit jempol kaki nyonya besar itu dengan sekuat tenaga. Katanya sih ini ala-ala pijat refleksi.
"Kip kalem Nyonya, don wori bi hepi!!" ucap Encum meyakinkan. Mama Lita marah-marah,
"Keep calm kumaha atuh? Kamu nih Encum, nteu ngarti apa kaki saya ini loh... NYERIII INII!! Bukannya makin sembuh malah makin sakit ini migrain saya!!!" mama Lita memijit-mijit sendiri pelipisnya. Emang dasar unfaedah ini pijetan si Encum.
"Yeee.. Nyonya, menurut nenek dari neneknya neneknya dari si nenek neneknya si Encum, segala sumber penyakit itu asalnya dari kaki! Nah, makanya ai ini pijet memijet from kaki Nyonya! Ini pasti sumbernya disini..." Encum dengan sok tahunya mulai menekan bagian tengah telapak kaki mama Lita, membuat sang Nyonya makin menjerit-jerit kesakitan.
"ADAAAOWWWW!! HEHH ENCUM SAKET INIIII!!!"
Bersamaan dengan jeritan mama Lita, Reyhan segera masuk ke kamar itu. Buru-buru Reyhan menghentikan adegan pijet abal-abal ala Encum ini, daripada mama Lita makin teriak-teriak, bisa geger nanti tetangga satu komplek. Bukannya apa, suara mama Lita itu kan sebelas dua belas sama si Sarah, kalo teriak kencengnya udah kayak petasan sekardus yang dinyalakan bersama-sama.
"Stop stop, Ncum!" perintah Reyhan. Buru-buru Encum menghentikan praktek pijet gadungannya, kaget dengan suara sang Tuan muda. "Nih obat pesenan Mama. Mama udah makan?" Cowok itu segera memberikan bungkusan plastik warna putih ke sang mama. Mama Lita mengangguk.
"Udah Rey.. eh papa kamu kemana? kok belom pulang juga sih?!"
"Papa lagi ada acara sama client dari luar, mungkin agak malam pulangnya." jawab Reyhan singkat. Mama Lita ber-oh ria. Wanita paruh baya itu segera mengecek plastik berisi obat yang dibelikan oleh Reyhan barusan. Takut-takut ada yang salah beli.
Setelah membolak-balik isi plastik dan memperhatikan secara saksama, betapa terkejutnya mama Lita menemukan satu benda yang tidak dia pesan.
"Tunggu.. tunggu..." mama Lita segera mengeluarkan benda tersebut dari kantong plastik, "Kayaknya mama gak pesan ini deh?!"
Mama Lita mengacung-acungkan benda itu sambil bersiul. Reyhan tergagap. Wah, celaka. Ini kan punya mbak-mbak yang dia tabrak tadi. Kenapa bisa masuk ke plastik dia?
"Waduhhhh.. TOP MARKOTOP! My Tuan muda got e bebi!" Encum mulai memperkisruh suasana. Asisten Rumah Tangga itu terkikik-kikik kencang, mirip suara mbak kunti yang gentayangan. Heboh banget dia langsung nimbrung duduk di sebelah sang nyonya.
"Iya kan, Ncum? Emang gak sia-sia jamu kuat joss gandos yang kamu kasih waktu itu!" mama Lita ikut tertawa, "Eh, bolehlah Ncum kamu kasih lagi ke Reyhan.. biar makin joss itu bibitnya!"
"Wah, op korse Nyonya.. Wait ya nanti Encum anterkan ke kamar Tuan. Tapi kalo Nyomud kayaknya no need jamu enimore deh.. kasian soalnya kalo masih hamil muda!"
"Iya iya! Jangan! Nanti malah keguguran lagi!" Mama Lita setuju. "Kamu anterkan aja rujak ke kamar Nyomud kamu itu. Biasanya kalo hamil muda kan suka rujak tuh! Eh, tapi jangan pake nanas muda ya!"
"Asyiaapp Nyonya! Abis ini juga Encum langsung beraksi! Pokoknya mah epriting is peri peri gud lah!"
"Pada ngomong apa sih?!" Reyhan yang sudah gak tahan dengan obrolan ngalor ngidul antara mamanya dan Encum mulai bersuara. "Emangnya yang hamil itu siapa? Bukan Dara kalik!"
Mama Lita dan Encum saling pandang.
"Terus ini tes kehamilan buat siapa?!" mama Lita kembali mengacungkan alat itu.
"Iya nih, Nya.." Encum ikut-ikutan, "Atau jangan-jangan Tuan muda yang hamil?! Wuahh, kok bisa kebalik sih? Ini kalo diangkat jadi judul sinetron azab, jadi begini nih kira-kira 'Aku menikahi istriku tapi ternyata diriku yang mengandung anak istriku' ya Tuhan ai kennot imagine dett!" Encum heboh sendiri. Mama Lita tertawa terbahak-bahak. Suasana kamar mama Lita udah lebih heboh dari pasar sekarang.
"Eh jangan ngadi-ngadi ya Ncum!" wanita paruh baya itu langsung menghentikan tawanya begit melihat ekspresi Reyhan yang kesal, "Anak ai ini lakik ya! Perkasa! You liat aja nanti When my boy have a baby!" Ucap mama Lita dengan yakin, "Loh ini kok kenapa Mama jadi ngomong mirip mirip si Encum sih?!"
"Tauk nih Nyonya, itu kan gaya bahasa Encum. Nanti Nyonya bisa kena pasal penjiplakan loh!"
"Loh, kok jadi saya yang kamu marahin?" Mama Lita melotot, "Rey, kamu masuk ke kamarmu aja deh! Lama-lama disini nanti kamu bisa ikutan sinting!"
Reyhan mengerutkan dahi. Makin gak ngerti dia sama arah perbincangan sang Mama dan asistennya yang agak geblek itu. Mana sekarang si Encum ini dinobatkan sebagai asisten pribadi istrinya pula. Sial sekali kan? Kayaknya Reyhan akan mulai memikirkan ulang terkait ini. Dia gak mau nanti Lenny sifatnya jadi mirip-mirip si Encum dan bertiga akan membentuk squad perghibahan dengan mama Lita.
Cowok itu tidak berkata apa-apa lagi. Buru-buru dia balik badan dan meninggalkan kamar mama Lita, menuju ke kamarnya.
*****
Reyhan segera menuruni anak tangga menuju lantai dua. Sebenarnya cowok itu mulai lelah tinggal di rumah seluas ini. Dia capek bolak-balik ke lantai tiga atau empat. Ya meskipun di rumah mereka ada lift, tapi entah kenapa cowok itu lebih senang naik turun tangga. Itung-itung memang sekalian olahraga. Tapi akhir-akhir ini Reyhan merasa dia ingin kehidupan yang lebih privasi bersama istrinya.
Sebetulnya, cowok itu sedang membangun rumah gaya minimalis dua lantai. Ya, rumah idamannya yang berada di komplek perumahan elit juga. Tapi, jelas beda komplek sama blue house ini. Agak jauh malahan dari sini. Dulu, rumah itu di desain sama-sama dengan sang mantan. Dulu niatnya sih buat tempat tinggal mereka berdua pasca nikah. Namun apalah daya mereka, seperti penggalan lirik lagu Mantan Terindah nya Raisa "Mau dikataaa kan apalagi, kita tak akan pernah satuuuu" seperti itulah pula nasib kisah cinta Reyhan dan Amora. Akhirnya, rumah itu belum juga dirampungkan Reyhan akibat patah hati yang sempat dialami.
Tapi akhir-akhir ini cowok itu jadi berpikir, mungkin mereka tidak akan selamanya tinggal di blue house ini. Biar gimanapun ini kan rumah Papa dan Mama. Reyhan merasa perlu punya tempat tinggal sendiri dan mandiri dengan istrinya. Dia tidak ingin selalu bergantung pada orang tuanya. Lagipula blue house ini terlalu ramai. Banyak sekali ART yang bekerja untuk mereka.
Jadilah dalam waktu yang singkat antara lantai 3 dan kamarnya, cowok itu berinisiatif malam ini akan mendiskusikan masalah pembanguman rumah dengan sang istri. Soalnya, biar gimanapun rumah itu kan calon rumahnya dengan sang mantan dulu nih. Siapa tahu si Lenny ga akan setuju tinggal disana.
Reyhan baru saja akan mengetuk pintu begitu tiba-tiba dirinya mendengar alunan musik dari petikan gitar dan suara merdu yang sedang bernyanyi.
"I keep craving, craving, you don't know it but it's true..
Can't get my mouth to say the words they want to say to you..
This is typical of love..
Can't wait anymore, I won't wait
I need to tell you how I feel when I see us together forever..."
Wah mantep bener suara nih cewek! Pikir Reyhan. Langsung saja dengan isengnya cowok itu membuka sedikit demi sekidit pintu kamarnya dengan sangat pelan, berharap si penyanyi tidak mendengarkan aksinya dan tetap fokus bernyanyi.
"In my dreams.. you're with me..
We'll be everything I want us to be..."
Pelan-pelan cowok itu mulai mengeluarkan ponselnya dan merekam aksi sang penyanyi kamaran.
"And from there... who knows... maybe this will be the night that we kiss for the first time.. Or is that just me and my...imagination!"
Dan lagu Imagination milik shawn Mendes itu berhasil dicover dengan apik. Reyhan langsung memberikan tepuk tangannya sambil merekam. Sementara Lenny, kaget bukan main saat ternyata ada orang lain disini.
"Ih, suamik!" Gadis itu segera meletakkan gitarnya. "Lo ngerekam gue diem-diem udah kayak akun gosip aja!"
"Santai.. santai!" Cowok itu terkikik sendiri. Dia segera masuk ke kamar dan mengunci pintu, "Tadi gue denger ada konser disini, ya gak enak dong kalo mau ganggu!"
"Auk deh!" Lenny segera mematikan kamera dan lighting. Cewek itu memang sedang membuat video cover musik untuk kanal Youtube nya. Maklumlah, masih ingin produktif meskipun sudah menjadi ibu ibu sosyelitee.
"Yee, gitu aja marah.." cowok itu menoel dagu Lenny. Tapi sang istri tidak menghiraukan. Gadis itu tetap fokus membereskan peralatannya. Reyhan senyum-senyum sendiri. Menjahili Lenny adalah kegiatan yang menyenangkan apalagi dilakukan sepulang bekerja.
"Yaudah kalo masih ngambek, gue tinggal mandi dulu yaaa?!" cowok itu meletakkan handphone, dompet dan segala aksesorisnya diatas meja. Setelah itu, dia segera berlalu ke kamar mandi.
Lenny bergegas menyiapkan pakaian tidur untuk Reyhan. Akhir-akhir ini cowok itu minta baju selalu seragaman untuk tidur. Maksudnya seragam dengan model atau warna yang sama dengan baju tidur atau piyama yang dikenakan Lenny. Katanya sih, biar enak aja lihatnya pas bangun tidur. Lenny sebetulnya gak keberatan sih dengan permintaan itu. Tapi, agak lucu juga lihat mereka kembar-kembaran udah kayak mau kemana aja.
Lagi fokus memilih baju begitu, mendadak handphone Reyhan diatas meja berbunyi. Awalnya, Lenny mengabaikan panggilan itu. Bukannya apa, dia takut kalau yang menelpon adalah rekan bisnis Reyhan dan jika dia yang menjawab justru jadi aneh kan? Namun setelah di diamkan, panggilan itu berulang sampai tiga kali. Lenny jadi penasaran dengan sosok yang menelpon suaminya malam-malam begini. Pasti ada hal urgent yang mendesak.
Pelan-pelan Lenny mendekat ke arah meja. Gadis itu mengintip nama yang ada dilayar handphone Reyhan.
"A.... Mora?!" gumam Lenny. Gadis itu memicingkan matanya. Amora ini siapa sih? Kok namanya seperti sudah gak asing? Pikir Lenny.
Cewek itu memberanikan diri untuk mengambil handphone Reyhan yang tergeletak. Setelah berada digenggaman, Lenny segera menggeser layarnya.
"Halo?!" sapa Lenny dengan lembut.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
Tidak ada jawaban dari orang diseberang sana. Lenny yang penasaran kembali bersuara.
"Halooo?! Selamat malam?!" ulangnya dengan sopan. Masih juga tidak ada sahutan dari sang penelpon. Lenny segera mengecek layar handphone itu. Tapi benar dilayarnya tertulis nama AMORA besar-besar. Dan detik durasi telponnya juga masih berjalan.
"Halloo.. selamat malam? Ada yang bisa dibantuuu?!"
TUT.. TUT.. TUT...
Telpon diseberang sana dimatikan.
Lenny mengerutkan dahi. Sama sekali gak mengerti dengan maksud sang penelpon. Padahal kan dia duluan yang tadi menghubungi Reyhan. Giliran udah diangkat, malah dicueki. Ada ada saja memang mahluk jaman sekarang ini!
Gadis itu kembali meletakkab handphone Reyhan diatas meja. Tak beberapa lama, keluarlah si empunya hape dari kamar mandi. Dengan rambut yang masih basah dan handuk yang dililit sebatas pinggang dan atas lutut, cowok itu mulai menanyakan dimana celana dalamnya yang terbaru.
"Ini nih.." Lenny menunjuk pakaian malam yang telah dipilihnya. Lengkap banget beserta dalaman-dalamannya dengan warna seragam. Padahal siapa juga yang mau lihat dalaman seragam atau engga? Emang pasangan kurang kerjaan!
"Terima kasih Istrik!" Ucap Reyhan pelan. Sebelum mengambil pakaiannya diatas kasur, Reyhan menyempatkan diri memeluk Lenny dari belakang. Lenny buru-buru melepaskan pelukan itu dan balik badan.
"Pakai baju dulu kenapa sih? Masuk angin loh nanti!"
"Kalau gak usah dipakai saja, gimana?!" Cowok itu melipatkan tangan didepan dada. Lenny menelan ludah.
"Ya udah terserah, yang penting gue udah ambilin ya!" suara cewek itu mulai bergetar. Asli, dia takut sekali hal itu akan terjadi padanya.
Reyhan tersenyum nakal. Cowok itu segera membuat gerakan merenggangkan jari jemari tangannya hingga berbunyi. Sekarang wajah Lenny berubah menjadi tegang.
"Rey..."
"Ya, sayang?!"
Reyhan mulai melangkah maju, mendekati istrinya yang berdiri ketakutan didekat ranjang. Cowok itu serta merta meraih tubuh Lenny dalam pelukannya dan memberikan satu ciuman hot.
Kini bibir mereka saling berpangutan. Lenny yang awalnya kaget lama kelamaan bisa menyesuaikan ritme ciuman yang diberikan Reyhan. Ciuman itu semakin dalam dan dalam karena Reyhan mulai terbawa suasana.
Pelan-pelan, cowok itu mulai mengarahkan tubuh Lenny menuju ranjang. Dia ingin semua adegan ini dilakukan dengan kondisi rileks dan santuy, agar keduanya bisa sama-sama menikmatinya. Untuk urusan begini, Reyhan emang udah ahli. Jadi dia tahu dimana cela-cela untuk mencuri kesempatan bermesraan dengan istrinya.
"Rey..." Lenny yang sedari tadi memejamkan mata segera menarik bibirnya. Gadis itu menatap Reyhan yang berada diatas tubuhnya dengan mata sayu.
"Kenapa sayang?!" tanya Reyhan lembut.
"Kamu.. pengen itu?!"
"Pengen itu gimana maksudnya?" Reyhan pura-pura bego.
"Itu.... kita begituan?!" Lenny membuat tanda dengan menepuk-nepuk kedua telapak tangannya. Reyhan terkekeh.
"Memang kamu udah siap?!"
Lenny terdiam. Mereka juga belum melanjutkan kegiatan 'cicil mencicil' itu pasca pulang dari Turki. Kasihan sih sebetulnya Reyhan ini. Biar gimanapun, itu juga hak dan kewajibanya sebagai seorang suami dapat memberikan dan memenuhi kebutuhan biologis. Gadis itu juga sudah merasa ada benda yang 'keras' milik cowok itu diatas tubuhnya sejak adegan cium-ciuman tadi. Tapi jujur saja, dirinya juga masih takut untuk melakukannya.
"Kalau kamu bisa sabar, kita coba cicil lagi.." kata Lenny pelan. Reyhan tersenyum penuh semangat.
"Tapi kalau aku bilang stop, kamu stop dulu ya! Aku kan masih belum ngerti!"
"Oke sayang, aku gak akan maksa.." suara Reyhan meyakinkan. Cowok itu segera berguling dan membalik posisi, kini Lenny yang berada diatas tubuhnya.
"Karena kamu diatas, kontrolnya sekarang ada di kamu. Lakuin apa yang pengen kamu lakuin!"
*****