MASIH BERUSAHA
MASIH BERUSAHA
MENGANDUNG KONTEN 21 +
YANG BELUM CUKUP UMUR MOHON SKIP!
******
"Coba lakuin!" ucap Reyhan santai. Cowok itu terlihat sangat seksi, posisi telentang sambil meletakkan kedua telapak tangannya dibelakang kepala. Menunjukkan barisan bulu keteknya yang berjejer rapi. Pede sekali memang mahluk itu pada tubuh besarnya yang banyak bulu.
Lenny menelan ludah. Gadis itu bener-bener blank mau ngapain. Reyhan sendiri tiduran dalam posisi nyaris tanpa sehelai benang alias bugil. Satu-satunya pertahanan cowok itu hanya selembar handuk yang melilit pinggang sampai lututnya. Begitu handuk itu ditarik, habislah dia.
Lenny melamun sebentar. Dia melihat ada sesuatu "tonjolan" yang daritadi meganggunya saat adegan cium mencium tadi. Terasa besar dan sangat keras. Gadis itu mulai bergidik sendiri. Entah kenapa dia jadi sangat geli dan muak. Membayangkan bentuknya saja Lenny mendadak jadi takut.
"Kenapa sayang?!" tanya Reyhan. Cowok itu sadar ekspresi Lenny sudah berubah. Gadis itu memancarkan sorot mata yang lain. "Kamu gak suka diatas?"
Lenny menggeleng. Dia tersenyum kaku, seperti menahan sesuatu.
"Ya terus gimana?!" Reyhan jadi pusing sendiri. Istrinya ini memang suka membuat frustasi. Baru kali ini sepanjang sejarah hidupnya, dia ditolak oleh cewek secara mentah-mentah. Biasanya juga Reyhan yang dengan sombong nolak-nolakin barisan cewek-cewek yang sukarela menawarkan diri padanya. Apakah ini sejenis karma?
"Rey, gue jadi takut.. sumpah!" Cewek itu turun dari atas tubuh Reyhan ke tepi ranjang. Dia memegangi jidatnya dan menghela nafas panjang, mencoba menenangkan diri. Reyhan bangun dari posisi telentangnya. Cowok itu mengusap-usap pundak Lenny, mencoba memberikan rasa tenang, aman, dan nyaman. Susah emang ngelakuin hal beginian sama cewek yang sangat polos.
"Kamu takut kenapa?" bisik cowok itu sambil memeluk Lenny dari samping. "Kamu takut hamil terus aku ninggalin kamu, begitu?!" Reyhan mulai menebak-nebak isi pikiran Lenny yang selalu buruk tentangnya. Cewek itu tidak mengiyakan namun juga tidak mengelak. Jujur saja dia juga bingung dengan dirinya sendiri.
Kalau dibilang takut hamil terus ditinggalin, ya gak gitu juga sih sebetulnya. Lagian mereka berdua kan pasangan sah menikah, bukan sekedar pacar pacaran doang. Lenny sebenernya juga pengen membahagiakan Reyhan dengan ngelakuin hal gituan. Tapi entah kenapa kok tubuhnya kayak otomatis menolak gitu.
"Sayang, kita ini kan udah nikah. Udah berapa bulan coba?" Reyhan mulai menghitung-hitung tanggal pernikahan mereka sampai dengan hari ini, "Udah banyak bulan! Masa kamu masih punya pikiran jelek ke aku?!"
"Bukan gitu.." Lenny menoleh ke cowok disebelahnya yang sedang bermanja-manja ria. "Aku juga gak ngerti gimana menjelaskannya. Aku tau, kamu gak mungkin begitu. Tapi... aku gak ngerti sama diriku sendiri."
"Kamu tegang ya?!" tanya cowok itu lagi sambil terus menyelidik. Reyhan memutar-mutar rambut Lenny dengan jari-jarinya. Tiba-tiba saja cowok itu mendapatkan sebuah ide sesat. "Oh aku tahu nih kita kudu mulai dari mana!"
"Maksud kamu?"
"Wait!"
Reyhan segera turun dari ranjang dan masuk ke ruang ganti yang juga sekaligus ruangan penyimpanan barang-barang miliknya. Tak butuh waktu lama, cowok itu kemudian kembali lagi dengan membawa beberapa buah DVD ditangannya. Langsung saja dia menunjukkan DVD itu pada Lenny.
"Gimana kalau kita nonton dulu?"
"Nonton?!" Lenny mengerutkan dahi. "Kamu yakin gakpapa kita malah nonton?!"
"Ya gak papa lah!" Jawab Reyhan cepat, "Kamu pilih satu yang mana yang mau kamu tonton duluan!"
Lenny memicingkan matanya. Reyhan dengan cepat menjejerkan DVD-DVD itu didepan wajah sang istri. Dan seperti biasa, Lenny akan menggunakan jurus cap-cip-cup andalannya untuk memilih film yang akan mereka tonton. Soalnya casing luar tuh DVD cuma item semua, dah kayak DVD bajakan aja.
"Ini aja deh.." putus Lenny akhirnya. Reyhan mengangguk. Segera, cowok itu membawa Lenny duduk santuy di sofa yang terletak ditengah ruangan kamar mereka. Cowok itu juga tanpa basa basi langsung memutarkan DVD nya.
Di menit-menit pertama film itu berjalan layaknya film biasa. Sepasang kekasih diluar negeri sana yang berbeda profesi harus menjalani long distance relationship alias LDR dalam waktu cukup lama. Hingga akhirnya pada suatu hari, si cowok membuktikan kebucinan cintanya dan datang untuk menemui si cewek.
Lenny menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa. Dia sebenernya agak gak minat nonton drama cinta begituan. Beda sama Reyhan yang dari awal sangat bersemangat nonton DVD ini, padahal cowok itu kan bisa dipastikan anti drama alay. Tapi kok ini, beda ya?
Alkisah si cowok sang pejuang LDR tadi datang mengunjungi ceweknya yang berada di apartemen. Awalnya mereka berdua berpelukan melepas rindu pake adegan air mata buaya segala pula! Plus, si cewek juga niat sekali sudah menyiapkan makan malam untuk si cowok. Hingga pada akhirnya, mereka berdua nonton tivi sebelum tidur dan selanjutnya, alur cerita makin gak karu-karuan. Adegan kissing diantara mereka terjadi. Antara tokoh cewek dan cowok dalam film ya, bukan antara Lenny dan Reyhan. Kalau itu mah boro-boro. Reyhan duduk disofa ujung, sementara Lenny di sofa tengah.
Adegan kissing itu makin lama semakin dalam dan dalam. Membuat jantung Lenny juga ikut deg-deg ser ngeliatnya. Semakin lama durasi film, semakin si cowok lihai sekali membuka kancing baju si cewek. Pelan tapi pasti si cowok menarik si cewek untuk rebahan di sofa dan mulai melucuti pakaian si cewek. Tangan si cowok sangat lihai membelai inchi demi inchi bagian tubuh si cewek yang sudah tanpa busana, Dan.... adegan selengkapnya you knowlah apa yang dilakukan mereka! Terjadi adegan yang sangat-sangat amat ingin... Reyhan lakukan juga kayak itu film!
Nafas Lenny jadi gak karu-karuan. Sekarang tangan gadis itu memegangi dadanya yang serasa hampir copot. Mata gadis itu juga melotot. Sumpah demi apapun, ini adalah pertama kali dalam hidupnya ngeliat film laknat model begini. Dan demi apapun juga, dia sangat-sangat tidak suka!
Sontak saja Lenny berlari ke toilet ditengah-tengah adegan hot yang terjadi. Gadis itu muntah habis-habisan di westafel. Reyhan yang lagi asik-asiknya menikmati film begituan, ikut-ikut lari ke toilet untuk melihat apa yang terjadi pada istrinya. Dan terkejutlah dia melihat Lenny sudah terkulai lemas tak bertenaga akibat muntah barusan.
"Istri, kamu kenapa?!" Cowok itu berjongkok di depan Lenny. Dia segera memberikan segelas air putih yang langsung ditengguk habis oleh gadis itu hingga tetes terakhir.
"Gak tau.. eneg liat film tadi... jijik.." jelasnya dengan lemas.
"APA?!"
Kini gantian Reyhan yang melotot. Gimana bisa sih, ngeliat film laknat malah jadi eneg?! Dimana-mana kan harusnya jadi.. makin bersemangat kan? Semangat berkembang biak maksudnya. Ya, kayak yang dirasakan Reyhan sekarang ini.
"Kok bisa eneg sih?!" Reyhan gak habis pikir. Karena tadi niat awalnya, dia sengaja mengajak untuk nonton film laknat berdua ya biar si Lenny ada hasrat juga buat ngelakuin yang hot hot gitu loh. Ini sejenis kayak pancingan gitulah. Lagian biar cewek itu juga ada referensi plus tutorial cara "main" secara lebih riil. Tapi ini malah apa? Dia bilang eneg? Jijik?!
"Gak tahu..." Lenny mengangkat kedua bahunya. Reyhan menghela nafas panjang. Lemas sudah sekarang juniornya yang sempat tegang dan keras itu. Ini adalah suatu kegiatan yang sia-sia. Unfaedah moment.
"Tapi waktu di Cappadocia, kamu gak jijik waktu aku cium-cium dan remes-remes..." protes Reyhan. Lenny mengangguk.
"Sebenernya geli, tapi kan kita stop gak sampe bugil terus itu masuk-masuk kayak film tadi gitu Rey. Mana pake desah-desah apaan sihh sumpah geli gue liatnya.." Lenny ngerasa panas dingin. Reyhan menghela nafas panjang. Jangan-jangan istrinya ini.. phobia?
"Oke.. gak masalah!" Cowok itu menghentikan perdebatan mereka. Segera dia membantu Lenny berdiri dan membopongnya. Dia meletakkan tubuh gadis itu dengam sangat hati-hati ke ranjang. Tidak lupa dia juga segera mematikan DVD berisi film laknat tadi karena semakin berisik suara desahan-desahan dari para pemerannya.
"Kamu istirahat ya, aku pakai baju dulu.." cowok itu mengecup kening Lenny dan hendak pergi ke ruang ganti. Namun satu tangan Lenny mencekalnya.
"Maafin aku ya.. aku jadi merusak suasana..."
"Its ok, sayang. Kita coba lagi begitu kamu udah siap ya!" cowok itu tersenyum simpul sambil berlalu.
*****
"Pelan-pelan kak!" Sarah memperingatkan David yang hendak turun dari mobil. Cewek itu segera lompat dari belakang kemudi. Dia serta merta menuntun David untuk berjalan ke dalam rumahnya.
"Sarah, kakak bisa sendi..."
"Psstttt!" Cewek itu menekan bibir David dengan telunjuknya, isyarat untuk diam. David terkekeh. Lucu juga adek sohibnya ini. Mana baik hati pula.
"Oke anak manis, sekarang kita istirahat dulu!" David meluruskan kakinya diatas sofa panjang. Sementara Sarah menghempaskan tubuhnya diatas sofa yang agak jauh dari David.
Hari ini adalah hari pulangnya David dari rumah sakit. Tak disangka, hari ini pula bertepatan dengan hari perpisahan Sarah dengan teman-teman KKN nya. Langsung saja mereka berdua bergegas pulang ke Jakarta bersama-sama. Dan sekarang, mereka sudah sampai di rumah David yang ada di Jakarta.
"Aden... aden kenapa?!" suara mbok Yah terdengar serak. Wanita sepuh itu lari tergopoh-gopoh menuju David. Shock beliau ada beberapa luka lebam di sudut bibir, pelipis, dan tengkuk leher cowok itu.
"Kenapa aden sudah beberapa hari gak pulang? Mbok khawatir sama aden..."
"It's ok Mbok..." David tersenyum ke arah wanita sepuh itu. Dia tahu mbok Yah sangat menyayanginya, bahkan melebihi ibunya sendiri. "Namanya juga anak cowok, yang begini biasalah!"
"Tapi ini parah Den! Kita ke rumah sakit sekarang ya?!"
"No.. gak perlu lagi!" Tolak David mentah-mentah, "Boring banget ke rumah sakit terus, barusan pulang juga!"
"Jadi maksudnya... aden?!"
"Kak David udah diopname beberapa hari, Mbok. Sekarang keadaannya udah membaik makanya udah boleh pulang sama dokternya." Sarah yang menjawab pertanyaan tersirat itu. Makin tercenganglah mbok Yah dengan ucapan Sarah barusan. Ternyata beberapa hari menghilang, David ini sakit. Mana dia gak tahu pula keadaannya. Kalau sampai ortu David tahu ini, bisa dipecat dia karna dianggap lalai mengurusi anak sematawayang itu.
"Ya Tuhan.. kenapa gak ada yang kasih tahu Mbok?!" Mata mbok Yah berkaca-kaca sekarang. David segera menepuk-nepuk pundak wanita sepuh itu untuk menenangkan.
"Iam Ok, Mbok.. Please.. jangan nangis! Mendingan mbok buatkan kita berdua makan siang daripada nangis!" ucap cowok itu. Mbok Yah mengangguk sambil mengusap sudut matanya yang basah.
"Baik, kalau gitu Mbok buatkan masakan kesukaan aden dulu ya. Tapi omong-omong, non yang cantik ini siapa namanya?" mbok Yah kini gantian menatap Sarah. Gadis itu menjawab dengan sopan.
"Nama saya Sarah, Mbok."
"Nama yang cantik, secantik orangnya." puji mbok Yah. Sarah cuma tersenyum ramah. "Non Sarah adalah wanita pertama yang dibawa Aden ke rumah ini. Semoga nanti kedepannya non Sarah akan sering berkunjung ke sini ya!"
Sarah tercekat. Mbok Yah segera berlalu dari hadapan David dan Sarah tanpa memperdulikan ekspresi gadis itu yang kaget. Masa sih sekelas David Pilar gak pernah bawa cewek ke rumah? Pikir Sarah.
"Mbok Yah, pasti bercanda kan kak?" tanya Sarah begitu wanita sepuh itu masuk ke dalam. David tertawa.
"Dia betul... kenapa? Kamu kaget kalo kakak ini jomblo terus?!"
"Kalau sahabatan memang harus mirip ya kak?!" cibir Sarah, "Sebelumnya kak Reyhan juga gak pernah bawa cewek ke rumah pasca putus dari kak Amora. Tapi syukurlah sekarang ada kak Dara yang jauh lebih baik dari kak Amora.."
David yang awalnya tertawa lepas sontak berubah rautnya jadi bermuram durja. Ucapan Sarah barusan mengingatkannya pada luka dan penghianatan terselubung yang dilakukan sang sahabat tanpa Reyhan sendiri tahu dia telah melukai perasaan David. Harusnya kakak ipar Sarah itu menjadi miliknya. Seharusnya Lenny menjadi istrinya, bukan istri Reyhan. Tapi takdir berkata lain dan mereka hanya sebatas teman biasa, bukan teman hidup.
"Ehm.. bytheway Sarah, besok sabtu kamu ada acara?" David mengalihkan pembicaraan. Malas dia lama-lama membahas masalah Lenny dan Reyhan. Dengan cepat Sarah menggeleng.
"Gak ada kak. Tapi hari sabtu nanti kebetulan ada kuliah pengganti, selesai jam 4 sore."
"Good! Nanti kakak jemput kamu di kampus ya. Abis itu kita nonton bareng, gimana?" tawar David.
Sarah menaikkan satu alisnya, "Kakak gak malu pergi nonton sama dedek dedek mahasiswi kayak aku?!"
"Ck, kenapa mesti malu?!" David balik bertanya, "Kamu cantik, baik,lucu lagi! Justru kakak bangga dong kalau bisa pergi sama kamu. Lagian itung-itung sebagai ucapan terimakasih karna kamu udah nolongin kakak kemaren. Mau ya?!"
Dipuji begitu, pipi Sarah jadi berubah warna kemerah-merahan. Asli, malu banget dia jadinya. Bisaan aja nih kak David bikin cewek geer.
"Yaudah deh kalo kakak maksa."
"Nah, good girl!" Cowok itu menjentikkan jarinya. "Yaudah sekarang kita makan dulu ya, kakak laper."
"Iya oke.. oke!"
*****
Sekali lagi, Amora mencelupkan alat tes kehamilan ke urin yang telah ditampungnya. Lagi-lagi, alat itu menunjukkan dua garis merah yang berarti dirinya saat ini positif hamil. Ini entah sudah keberapa kalinya dia tes manual setelah sebelumnya dia memeriksakan diri ke dokter. Lagi-lagi, gadis itu membanting alat tes kehamilannya ke lantai, dan air matanya kembali jatuh membasahi lantai toilet, saking derasnya udah kayak kran aer.
Amora cuma bisa menangis tanpa mengeluarkan suara. Biar gimanapun, dia sekarang masih di kantor bakery milik Junet. Rasa sesak kembali memenuhi dada cewek itu. Rasanya dia ingin enyah dari semua ini, pergi entah kemana. Tidak mungkin dia akan membesarkan jabang bayi ini seorang diri. Disisi lain, tiak mungkin pula untuk kembali pada suami sintingngnya itu. Amora tidak akan sudi kembali mendapat perlakuan kasar dan perselingkuhan. Belum lagi dia tidak siap kembali dimaki-maki oleh istri pertama dan istri kedua suaminya yang sepakat mendepak gadis itu dari daftar penerima warisan keluarga. Benar-benar kisah hidup yang menyedihkan.
Karena sudah terlalu lama berada di dalam toilet, staff Junet mengetok-ngetok pintunya dari luar. Khawatir itu si Amora ketiduran di dalam toilet saking lamanya.
"Chef Jihan... chef masih lama di dalam?" tanya staffnya. Cepat-cepat Amora membereskan alat tes kehamilannya dan memasukkan alat itu pada kantung kresek hitam. Dia juga buru-buru menyeka air mata dipipinya.
"Chef.. maaf saya udah gak tahan ini, mau boker.. sakit perut!"
"Iya.. iya!" sahut Amora dari dalam. Gadis itu segera membuka pintu dan membuat adegan seolah-olah lemas karna terlalu lama di dalam toilet.
"Maaf ya, saya sakit perut tadi. Kayaknya kebanyakan makan cabe!"
"Nggak papa Chef, monggo saya duluan ya! Udah gak tahan lagi!" staff nya segera lari terbirit-birit ke dalam toilet. Amora juga tanpa basa basi lagi, bergegas menuju loker dan mengambil tasnya untuk memasukkan bekas alat tes kehamilannya yang positif semua itu. Jangan sampai ada satupun mahluk Junet Bakery ini yang tahu bahwa dirinya sedang tek dung alias hamil. Karirnya nanti akan hancur pula!
Sedang gugup karna takut ketahuan begitu, mendadak pundaknya ditepuk oleh seseorang. Seketika Amora balik badan dan pucat pasi
"Lagi ngapain sih?"
"Astaga, Junet!" gadis itu berusaha mengatur wajahnya agar tidak terlihat tegang, "Ngagetin aja sih lo! Kenapa?!"
"Sori.. sori.." kata Junet dengan ekspresi gak enak, "Lagian lo sih kayak kucing lagi nemu ikan asin, diem-diem tegang gitu! Gue jadi curiga..."
"Ngomong apaan sih lo?!" Amora mendelik marah. Junet terkekeh.
"Sensi amat sih, lagi datang bulan lo ya?!"
Datang bulan? Sumpah demi apa Amora juga pengen banget datang bulan. Bukannya malah datang jabang bayi begini.
"Iya, sori!" Amora sengaja berbohong, "Ada apa Jun lo sampe nyusulin ke loker begini?" tembaknya. Junet buru-buru mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya.
"Kita ada orderan dadakan dari perusahaan. Tapi si Angga, admin kita itu.. lupa nama perusahaannya apa. Dia cuma catet alamat lengkapnya sama PC yang bisa dihubungi. Udah dibayar lunas sih..." Junet menyerahkan kertas itu pada Amora, dan langsung diterima gadis itu.
"Terus gue kudu ngapain?" tanya Amora bingung.
"Nah, gue minta tolong lo kesana, pastikan pesenan mereka sampai dengan aman! Sekalian perkenalan kita buat kerjasama gitu. Soalnya kata Angga, perusahaan itu sering order cake disini buat acara-acaranya. Tapi biasanya diambil sendiri sama mereka. Lumayan banget nih kalo bakery kita bisa bisnis sama mereka!" terang Junet panjang kali lebar. Amora mengangguk-angguk setuju.
"Oke deh kalau gitu. Gue sama siapa kesana?!"
"Sekalian aja sama bagian delivery, pesenannya banyak banget Moy! Eh, chef Jihan maksud gue...." Junet gak sengaja keceplosan, "Sekalian foto ya, buat testimoni gitu."
"Oke, aman!" Amora mengacungkan jempolnya. Gadis itu segera berlalu dari hadapan Junet untuk mengantarkan pesanan kue.
*****