CRAZY RICH
CRAZY RICH
Handphone Reyhan dari atas meja berbunyi. Dengan kedua mata yang masih terkatup rapat, cowok itu mulai menggerayangi meja di samping kananya. Rasa mengantuk dicampur malas, Reyhan menjawab telpon pagi buta itu.
"Hmm.." desis Reyhan, pikiran cowok itu masih di awang-awang jadi tidak bisa berfikir dengan jelas siapa yang menelponnya.
"Kakak nyusul aja deh nanti siang.. Iya kalian balik aja duluan ke Jakarta. Masih ngantuk banget nih.. Iyalah jelas lembur.. banyak kerjaan semalem. Aelah mau tau aja sih kerjaan apa, udahan ya bye!"
Klik. Telpon dimatikan.
Cowok itu pelan-pelan mulai bisa menebak suara siapa diseberang sana yang sungguh tidak sopan menelpon dirinya yang tengah asik tidur. Sepertinya Sarah, adik satu-satunya itu dipaksa mama untuk menelponnya pagi ini. Ah menyebalkan.
Cowok itu mulai mengusap matanya. Tidurnya hanya sebentar mengingat semalaman dia harus rela bolak-balik ke toilet. Reaksi jamu joss sinting itu benar-benar bikin sakit kepala. Padahal badannya sudah lelah dengan serangkaian acara pernikahan seharian full, sudah gitu malam harinya masih harus dikerjai pula dengan kekuatan jamu gila itu. Hhhhh, benar-benar menyiksa karena tidak mungkin Reyhan melampiaskan semua rasa itu ke istrinya. Reyhan gak mau disebut penghianat. Karena menurutnya, yang dipegang dari seorang lelaki adalah omongannya.
Namun setelah dipikir-pikir, sepertinya yang lebih cocok disebut penghianat itu istrinya sendiri karena ketika mata cowok itu resmi terbuka lebar, dia baru sadar bahwa tidak ada lagi bantal guling yang menjadi pemisah diantara mereka berdua. Entah kemana tumpukan bantal guling itu dienyahkan, sepertinya semuanya berjatuhan dilantai. Cewek disebelahnya itu tidur seperti ngajak ribut, dia tendang semua yang menghalangi ke-PW-an tidurnya. Dan sekarang dengan sangat pulas dan tidak sopan dia dalam posisi tidur nyempil di ketek Reyhan, dengan satu tangan dan satu kaki yang erat memeluk plus menimpa badan cowok itu.
Sejujurnya, ini adalah hamparan pemandangan pagi yang sangat menyegarkan saraf-saraf mata. Kaki indah itu terpampang nyata full putih mulus dari paha sampai jari kaki. Ditambah lagi ada bagian tubuh cewek itu yang menempel ke bagian samping dadanya. Pose tidur cewek ini benar-benar sukses bikin hal lain dari bagian diri Reyhan ikut terbangun. Ah, dirinya benci sekali ini. Susah payah ditidurkan, pagi ini bangun lagi. Benar-benar reaksi alamiah yang susah ditolak oleh kaum lelaki normal sepertinya.
Reyhan mulai mengusap-usap rambut yang berantakan itu. Ya, dia menikmati semua pemandangan ini. Pemandangan pagi yang tentu menyenangkan bagi seorang lelaki sejati. Meskipun di akui sekarang dia bukan suami seutuhnya. Masih ada beberapa hal yang menjadi penghalang diantara mereka berdua. Biarlah, jalani saja dulu sebagaimana mestinya. Dia tidak pernah tahu sampai dimana titik ujung dari hubungan ini.
"Mmmmhhh..." Lenny mulai gelisah, sepertinya sebentar lagi gadis itu akan terbangun dari tidurnya. Reyhan panik. Buru-buru dia kembali pura-pura tertidur. Cowok itu menutup kedua matanya sambil sesekali mengintip.
Dan memang benar, beberapa detik kemudian Lenny terbangun dari tidurnya. Gadis itu ngulet panjang, sedikit akrobatik kesana kemari, setengah tersadar. Lalu dia kaget sendiri karena ada orang lain diranjangnya.
"HAAAAAA???!!!" Lenny seketika terngaga. Bagaimana mungkin dirinya bisa satu ranjang dalam keadaan semi bugil begini dengan seorang laki-laki? Dan bagaimana bisa laki-laki itu adalah mantan boss nya sendiri? Astaga ternoda sudah harga dirinya!
Jantung Lenny berdegup kencang. Dia buru-buru melepaskan pelukannya dan membenahi baju tidur setipis kain saringan yang masih melekat ditubuhnya. Lenny meraih segelas air putih disamping ranjang dan menenggak air itu tanpa ampun hingga habis. Dengan segera, cewek itu mengatur nafas agar dia tidak pingsan mendadak.
Sedetik.. dua detik...
Dirinya mencoba mengingat-ingat kejadian apa yang sudah menimpanya hingga bisa satu ranjang dengan lawan jenis.
"Lah iya! Gue kan udah nikah sama siamang ini! Huft..."
Lenny menarik nafas panjang, lega. Ternyata dia sungguhan lupa sudah jadi istri orang. Ya, inilah jika sejak kecil bukannya minum air susu malah minum air kobokan, jadi mudah lupa kan...
Nyaris saja tawa Reyhan meledak mendengar reaksi cewek itu. Namun Reyhan tetap harus stay cool, tenang dan tetap pura-pura tidur. Dia mau tau apa yang akan dilakukan gadis itu selanjutnya.
Lenny masih tidak bergerak. Dipandanginya wajah tampan Reyhan yang sedang tertidur. Meskipun bukan pertama kali melihat Reyhan tidur, tapi entah kenapa hatinya kembali mengagumi paras tampan itu. Apalagi dalam kondisi topless cowok itu benar-benar seksi. Perut yang kotak-kotak itu tentu ditempa dengan latihan fisik yang tidak mudah. Lenny jadi gemas sendiri melihatnya. Apa sih yang membuat perut itu jadi kotak? Kenapa bukan segitiga, atau jajar genjang misalnya?
Dengan sangat pelan dan hati-hati, tangan kanannya mulai berjalan menuju ke arah perut itu. Dia kepo, kalau seandainya dipencet, apakah akan kempes juga ya?
Toel Toel
Gadis itu mulai menekan dengan pelan bagian perut Reyhan yang kotak-kotak. Dia ingin tertawa sendiri melihat aksinya itu.
"Kok bisa begini ya?" Lenny terkikik geli.
Karena masih kepo, dia memutuskan untuk sekali lagi menoel perut Reyhan. Mumpung yang punya perut belum bangun, pikirnya. Tapi baru saja tangannya akan 'memencet' salah satu kotak diperut itu, sebuah genggaman sudah lebih dulu mencengkeramnya dengan kuat.
"Ngapain lo?!"
"Eh.. eng.. dah bangun ya?!" Lenny tergagap, bingung mau jawab apa. Ketangkep basah begini pula. "Ini tadi tuh.. ada semut diperut lo! Iya bener, gue lagi mitesin semutnya!"
Reyhan menatap dengan sorot mata tidak percaya. Yaiyalah, jelas-jelas dia tau apa yang sudah diperbuat mahluk itu tadi.
"Beneran Rey.." Lenny setengah ngegas. "Yaudah kalo gak percaya, gue mo mandi aja deh! Daripada dituduh berbuat aneh-aneh!" Cewek itu berusaha melepaskan genggaman tangan kanannya dari tangan kiri Reyhan. Namun tenaga cowok itu sangatlah kuat seperti banteng, hingga walaupun baru bangun tidur tetap sulit Lenny kalahkan.
"Lepasin tauk! Ini namanya KDRT!"
"Oh ya?" Reyhan pura-pura kaget. "Terus kegiatan lo yang barusan itu, yang kata lo mites-mitesin semut diperut gue, berarti termasuk tindakan pembunuhan dan pelecehan dong?"
"Loh itu kegiatan tolong menolong namanya! Lo ini gimana sih bukannya berterima kasih sama gue udah dipitesin semutnya!"
Reyhan terkekeh. Masih bisa berkelit juga cewek ini rupanya.
"Tapi gue gak ngerasa digigit semut tuh!"
"Semutnya jalan Rey, wah elo sih tidurya kayak kebo sampe gak kerasa.." Lenny lalu terpaksa mengarang cerita bohong soal semut-semut yang mengganggu perut Reyhan saat dia tidur. Biarin aja, biar dia selamet. Smentara Reyhan, dia menyimak dengan tatapan tidak fokus, sesekali manggut-manggut agar terkesan yakin.
"Baek kan gue?!" Lenny meminta pujian. Reyhan mengangguk.
"Oke kalau gitu izinkan gue mengucapkan rasa terimakasih tak terhingga ke elo atas bantuan lo yang sangat berguna bagi kelangsungan perut gue yang kotak-kotak... dengan sebuah tindakan pula!"
"Mm.. maksudnya?"
"Maksudnya gini.." Seketika Reyhan menarik cewek itu dalam pelukannya. Lenny yang sudah dalam posisi duduk, terjatuh diatas dada Reyhan yang bidang.
Gila.. dalam keadaan tubuhnya semi bugil begini, dan dengan sorot mata Reyhan yang begitu dalam, jantung Lenny mulai berdegup tidak beraturan. Apa sih maksud dia begini? Mau mulai mengintimidasi lagi?
"Rey.. gue.."
CUP!
Satu kecupan hangat mendarat dibibir mungil gadis itu. Badan Lenny rasanya menegang sekarang. Nafasnya mulai naik turun tak beraturan. Dia takut banget dalam keadaan begini terjadi hal-hal yang diinginkan. Eh, maksudnya yang tidak diinginkan.
Ciuman Reyhan semakin banyak dan bertubi-tubi. Menit berikutnya cowok itu melumat habis bibir gadis dihadapannya tanpa ada respon balik dari gadis itu. Sebetulnya Lenny ingin berontak, tapi posisi ini amat menyulitkannya. Dekapan lengan kokoh Reyhan yang melingkari pinggangnya terlalu sulit untuk dilepaskan.
Sedang hot hotnya kiss begitu, mendadak pintu kamar mereka di ketuk dari luar. Lenny bernafas lega, akhirnya dewi fortuna berpihak pada jiwa-jiwa lemahnya!
Dengan kesal, Reyhan melepaskan sang tawanan secara cuma-cuma. Tawanan itupun juga langsung melarikan diri, ngibrit masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Reyhan, bergegas mengambil piyama tidurnya sebentar baru membuka pintu.
"Selamat pagi bapak, mohon maaf sarapannya mau diantarkan ke sini atau mau makan di bawah saja?"
****
Selesai urusan ribet pernikahan, akhirnya siang ini Reyhan dan Lenny memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Rencananya lusa mereka berdua akan segera bertolak ke Turki untuk bekerja sekaligus (katanya) bulan madu. Sebenernya bulan madu itu hanya sekelumit alibi yang sengaja diciptakan Reyhan agar tidak nampak langsung mengurusi perusahaan mendiang kakek pasca menikah. Karena kalau ketahuan begitu, bisa naik nanti beritanya di berbagai pemberitaan cetak dan online. Pasti nanti netijen akan menuding Reyhan ajimumpunglah, tidak sayang istrilah, workaholic akutlah, dan lain-lain. Maka dari itu untuk meredakan issue itu, terciptalah kata honeymoon. Padahal netijen sendiri belum tau dengan siapa Reyhan akhirnya menikah. Masih menjadi suatu misteri yang belum tertangkap kamera netijen.
Tidak ada penyambutan yang berlebihan ketika pengantin baru itu tiba di blue house. Ya, rumah berlantai empat super mewah milik keluarga Deandra ini sementara akan jadi tempat tinggal mereka. Reyhan sebenarnya sudah punya rumah sendiri di kawasan lain, namun rumah tersebut masih di tahap finishing. Ada beberapa bagian yang harus di rombak, dan sebagian lagi masih tahap pengecatan plus furniturenya masih belum lengkap karena ada beberapa yang belum sampai.
Begitu mereka tiba, Bambang dengan sigap membukakan pintu mobil untuk sang boss dan nyonya boss barunya. Reyhan turun dari sisi pintu sebelah kanan sedangkan Lenny dari pintu sebelah kiri. Betapa terkejutnya Lenny melihat barisan asisten rumah tangga sudah menyambut mereka berdua. Ditambah lagi si hewan berbulu Bona Boni, yang juga dengan muka garangnya berdiri menyambut. Dua hewan yang tempo hari sukses bikin dinner pertamanya di rumah Reyhan kacau balau.
"Hay Bona.." Reyhan langsung memeluk anjing kesayangannya. Sedangkan Boni yang sepertinya cemburu juga ikut mendekat dan minta dipeluk cowok itu. "Hey sobatku! Kamu gak usah cemburu sama Bona, tuh cemburu sama dia.." Reyhan melirik ke arah belakang tempat Lenny berdiri. Gadis itu bergidik ngeri. Kurang ajar nih Reyhan. Dah tau dia alergi sama hewan berbulu!
Seolah tau, Boni menggonggong keras ke arah Lenny. Sama seperti hari lalu, anjing itu menunjukkan ekspresi tidak suka.
"GUKKK! GUKKK! GUKKKKK!!!"
(Pergi sana lo dasar perebut Reyhan)
Kira-kira begitulah dugaan Lenny tentang terjemahan bahasa Boni barusan. Sok tau banget dia. Lenny membuang mukanya. Dia berjalan ke pinggir sekali, hampir menyerempet barisan asisten rumah tangga yang menyambut, jangan sampai mendekat atau terserempet barang seupritpun sama bulu Bona Boni.
"Selamat datang!" Sambut Mama Lita dan Sarah secara bersamaan. Pasangan Ibu dan anak itu sampai rela bawain sebaki bunga tabur. Kemudian dengan sigap mereka melemparkan taburan bunga-bunga itu kepada Lenny dan Reyhan.
"Apaan sih pake ginian?" Reyhan protes. Geli banget dia dari kemaren kebanyakan ditaburin kembang.
"Ini tuh ritual penyambutan namanya kak. Aduh kakak gak gahul banget sih!" Sarah tidak peduli dan tetap menaburi kembang itu pada keduanya hingga habis.
"Kakak kamu emang kurang gahul Sarah, udah biarin aja..." Mama menimpali, "Aduh nak Addara cantik manis, selamat datang di rumah ini sebagai menantu ya sayang!"
Mama Lita langsung cipika cipiki dengan Lenny, berikutnya diikuti dengan Sarah.
"Ini nanti kamu home tour dulu ya sayang, perkenalan rumah. Nanti dibantu sama asisten pilihan mama kamu kudu kelilingi seisi rumah ini biar hafal, okee?!"
"Oke tante.." Lenny menangguk pelan. Mama Lita berkacak pinggang.
"Aduh Daraaaa.. jangan panggil tante dong ah! Panggil MAMA ya sayang! M-A-M-A!! Mama ini kan udah resmi jadi mertua kamu loh!"
"Aduh.. maaf ya tante, eh mama.. Aku lupa!"
"Kurang fokus kak Dara ya?" tanya Sarah dengan pandang prihatin.
"Iya Sarah.." Mama Lita yang menjawab "Maklumlah semalam kan habis kebut.. gas pol pokoknya!"
Keduanya terkikik geli. Raut wajah Lenny memerah seketika. Malu banget, padahal kan dia dan Reyhan gak ngelakuin apa-apa.
Seperti mengerti situasi yang terjadi, Reyhan dengan sok mesra merangkul pundak sang istri. Membuat kesan seolah mereka berdua tidak ingin dipisahkan, jadi nempel terossss!
"Aduh, bisa gak sih kita ini ngobrol di dalam aja? Kami berdua capek banget nih mau rebahan.."
"Udah gak sabar aja dia ma!" Sarah terkikk. Mama Lita membalas dengan nada setengah berbisik.
"Namanya juga penganten baru, nanti kamu juga tau kalo dah nikah!"
"Ehem!" Reyhan berdehem agak kencang. Walaupun berbisik, dia bisa mendengar dengan jelas suara mama dan adiknya itu.
"Oke oke, Reyhan kamu kalo mau rebahan boleh balik ke kamar. Nah Addara, sebagai penghuni baru kamu wajib home tour dulu ya! Keliling ke semua bagian rumah ini biar gak kesasar. Nanti ditemenin sama si Encum.. ENCUUUMMMM!!! NCUMMMM!!!"
"Yesss ay em Nyonyaaaa! Ayem on may wei!"
Dengan tergopoh-gopoh Encum datang ke hadapan mereka semua. Asisten rumah tangga yang semalam terpaksa ngefly karena jamu joss itu hari ini sudah segar bugar kembali.
"Kamu temenin mantu saya ini keliling rumah ya! Sekarang juga ayo!"
"Pardon mi nyonya, maksudnya muter muterin rumah gitu? Lari atau jalan?"
"Aduh Encum!" Sarah menepok jidatnya. "Maksudnya itu hometour kayak youtubers itu loh! Norak banget sih elo!"
"Yes sori yes non Sarah ayem kan teu ngarti eta teh.." Encum tersipu. "Oke nyomud, yuk cuss ikut sama Encum yes.. kita bertamasya keliling rumah!" Asisten itu menunjukkan raut semangat empat lima.
"Nyomud?!" Mama Lita mengerutkan dahi, "Nyomud saha maksud maneh teh?"
"Nyonya muda Addara, Disingkat nyomud aja biar kece Nyonya.." Encum berlenggak-lenggok meninggalkan Mama Lita, Sarah, dan juga Reyhan yang menatap asisten itu sambil kompak geleng-geleng kepala. Dasar si Encum, asisten yang paling banyak ide.
****
"Wi starting from Lantai paling atas dulu yes Nyomud.." Encum memencet tombol lift ke lantai 4. Lenny hanya manut saja tanpa banyak protes. Tiba di lantai empat mereka disambut oleh beberapa asisten yang memang bertugas khusus dilantai tersebut. Encum dengan gaya centilnya memperkenalkan mereka semua ke Nyonya barunya. Kemudian mengajak berkeliling lagi.
Nuansa di lantai empat ini di dominasi warna-warna pastel. Suasananya tampak ceria dan muda, membuat jiwa Lenny lebih bersemangat dan kesan positif.
"Dis flor.. ai min lantai empat, punya Non Sarah ya Nyomud. Nah kamar non sarah itu tuh..." Encum menunjuk ke suatu ruangan yang tertutup pintu berwarna putih besar. "Ini desain sama warnanya pokoknya yang nentuin non Sarah semua. Dan kamar yang berpenghuni cuma kamar non Sarah aja, selebihnya ada beberapa kamar tamu..."
Mereka terus berjalan menelusuri ruang demi ruangan lantai empat.
"Yang ini ruang mini bioskop. Yah, biasanya kalau lagi pada kumpul dan ada Film bagus pada nonton disini juga. Siapa aja boleh nonton, karena nyonya Lita itu baik banget orangnya..."
Sembari Encum cuap-cuap, Lenny melongokkan kepala mengintip isi ruang bioskop mini itu. Ternyata susunan kursinya menyerupai bioskop kelas elit sungguhan. Layar televisinya juga guede! Asik banget rumah ini.
"Nyomud mau masuk?!"
"Oh enggak!" Lenny langsung menolak. Encum tersenyum lalu kemudian menutup pintu ruang bioskop mini itu sambil mengajak berjalan lagi.
"Nah yang ini ruangan salon and spa, jadi Nyomud no nid tu go tu salon yes.. bisa nyalon disini tanpa keluar home, tinggal panggil aja mau undang kang salon mana!"
Lenny tercekat. Duile asik bener nih rumah horang kaya! Bisa betah banget dia gak perlu kemana-mana. Bioskop dah ada, salonnya ada pula!
Sekarang mereka turun ke lantai tiga. Lantai ini didominasi warna cokelat tua dan mustard. Sama halnya seperti baru tiba di lantai empat, mereka juga disambut oleh beberapa asisten yang bertugas di lantai tersebut.
"Lantai tiga ini punya nyonya Lita dan Tuan Danu.. desainnya juga mereka sendiri yang pilih loh Nyomud.." Encum kembali bercuap-cuap menjelaskan bagian demi bagian lantai tiga. Kaki Lenny sampai pegal saking luasnya rumah ini!
"Berhubung Nyonya dan Tuan suka karaoke, ini ada mini karaoke family room.." Encum membukakan pintu dan nampaklah ruangan ala tempat karaoke kelas elit didepan mata Lenny. Gadis itu berdecak kagum. Gila, bisa mirip sama tempat karaoke betulan gini yak?
"Ai hir det Nyomud is e singer.. pasti nanti Nyomud akan seneng main ke lantai tiga!"
"Ah gak juga sih.. cuma main-main aja!"
"Ish Nyomud no hoak yes.. Ai sudah dengeer Nyomud nyanyi laif pas pertama kali kerumah ini. Du yj stil rimember?"
Lenny berpikir sejenak. Emangnya dia pernah nyanyi di rumah ini ya? Dalam rangka apa?!
Astaga iya! Yang waktu itu di lantai satu pakai piano itu.. nyanyi lagu You're the Reason! Duh, malu banget kalau mengingat kejadian itu.
"Suara Nyomud teh bagerr pisan euy! Peri peri gud pokoknya!" Encum mengacungkan dua jempolnya tanda pujian. Lenny pura-pura sok cool, seolah tidak berati apa-apa penampilannya waktu itu.
"Terus ini ada satu ruangan khusus hewan.. Nah ini.." Encum membuka pintu lalu munculah berbagai kucing-kucing cantik dari dalamnya. Kucingnya agak banyak dan berbagai jenis. Udah mirip seperti perkomplekan kucing pokoknya.
"Ini ruangan kucing, disebelahnya itu kamar Bona Boni loh Nyomud. Semuanya dibersihkan setiap hari, dan per seminggu sekali mereka rutin tes kesehatan oleh dokter hewan berpengalaman."
Lenny terpana dengan ruangan kucing itu. Semuanya tersusun dengan rapi dan baik mulai dari tempat makan, tema ruangan, wahana permainan kucing, dan tempat tidurnya..
"Ada kucing yang baru melahirkan?"
"Ada, kenapa?"
"Yang mana?!" Lenny mulai kepo, karena seingat dia Reyhan pernah bilang kucingnya melahirkan dengan cara operasi caesar. Penasaran kalau kucing caesar bekas jaitannya besar atau enggak ya?
"Itu lagi tidur sama anak-anaknya di kandang oren, besok aja kita lihat lagi. Naw wi shud to go to enoder peleis!"
Lenny mengangguk. Lagipula dia kan alergi sama hewan berbulu, ngapain juga sampai harus ngecek jahitan kucing? Yasudahlah kapan-kapan saja.
Mereka kemudian turun ke lantai dua, dan lagi-lagi kembali disambut oleh para asisten rumah tangga. Sekali lagi Lenny tertergun, banyak banget assisten rumah tangga di rumah ini?
"Encum, berapa banyak sih asisten per lantai ini? Kok gak abis-abis?" Gadis itu tak mampu lagi menyembunyikan rasa penasarannya. Encum terkikik geli.
"Banyak sih Nyomud, but kita itu punya tanggung jawab masing-masing lantai. Jadi ada jadwal kebersihan lantai satu siapa saja, lantai dua siapa and etc. Kalau udah bersih, kerjaan lain ada juga misal hari ini jatah nyuci siapa, jadwal bersihin rumah kucing siapa, itu semua tersusun rapi. So wi gak cuma stei di atas aja... Untuk home sebesar ini not easy Nyomud, kadang aja saya masih kesasar.." jelas Encum panjang kali lebar. Lenny berdecak kagum. Manajemen rumah ini memang sangat-sangat baik. Namanya juga rumah horang terlanjur kaya dari lahir.
Perjalanan dilanjutkan dengan melihat ruang perpustakaan mini dan ruang kerja Reyhan. Ruangan kerja itu bahkan punya area rapat sendiri. Jika Papa dan Reyhan malas rapat di kantor, mereka bisa rapat dari rumah. Ya, lantai dua merupakan lantai khusus milik Reyhan yang workaholic. Warna lantai dua lebih didominasi warna putih dan deep blue sky, sama seperti warna cat luar rumah.
"Yang ini arena olahraga, Nyomud. Lihatlah, alatnya lengkap banget deh serasa di studio fitness!"
Kali ini Lenny betulan masuk ke ruangan itu gak cuma ngelirik dari luar doang. Ruangan ini luas banget, bahkan lebih luas dari rumahnya di Jambi.
"Ckckck!" Gadis itu berdecak kagum. Mana semua alat fitness nya lengkap semua. Bersih, terawat dan bagus bangetlah pokoknya. Lenny sampe speechless.
"Neks let mi tu introjus yor rum ya Nyomud..." Encum menutup pintu ruangan olahraga itu dengan cepat. Sepertinya asisten ini sudah mulai lelah berkeliling arena rumah.
Tibalah mereka di depan pintu kamar yang paling disakralkan di lantai dua. Pintu berwarna cokelat ini lain dari pintu lain. Ini pintu bukan sembarang pintu. Dibalik pintu ini, bertahta baginda maharaja lantai dua. Yup, siapa lagi kalau bukan Reyhan.
"Ini kamar tuan muda Reyhan. Jadi nanti Nyomud akan tidur dikamar ini. Semalam, asisten yang lain sudah menyiapkan satu lemari khusus just for baju-baju Nyomud. Biar nanti ga kecampur sama punya tuan..." Jelas Encum lagi panjang kali lebar. Nadanya setengah berbisik, tidak secentil yang tadi.
"Kenapa gak gabung aja?"
"Tuan muda itu ribet, Nya.." Bisik Encum lagi. "Dia gak suka barangnya kecampur sama orang lain. Gak suka bergabung sama mahluk hidup!"
"Oh jelas, dia sukanya bergaul sama dedemit.." kata Lenny asal ceplos. Encum terkikik sebentar kemudian raut wajahnya serius lagi.
"Psstt ati-ati Nya, Tuan Muda ada di kamar!"
"Alah biarin aja.." Lenny berjalan sambil lalu. "Kalo gitu gue masuk duluan ya. Mau cek sendiri. Terimakasih Encum lo udah nemenin gue keliling rumah. Salam kenal dari gue!"
"Sama-sama Nyomud. If yu won samting yu ken kol mi yess!"
"Yess!" Jawab Lenny. Yes aelah biar cepet urusannya.
Encum pun berlalu meninggalkan Lenny. Kini, gadis itu mempersiapkan diri untuk bertemu dengan suaminya sendiri di kamar yang sesungguhnya. Apakah akan bertengkar seperti kemarin?
****