SEBUAH NAMA SEBUAH CERITA
SEBUAH NAMA SEBUAH CERITA
"Tidur kalik ya?!" Gumam Lenny. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk membuka sendiri pintunya dan langsung masuk ke dalam kamar. Sebodo amat deh nanti kalau dibilang gak sopan, kan apa yang dimiliki suami dimiliki dia juga. Jadi kamar Reyhan adalah kamar Lenny juga!
Berbekal prinsip dari Maminya itulah, Lenny memutuskan masuk. Ternyata pintunya memang tidak dikunci. Gadis itu membuka dengan pelan, dan langsung ditutup lagi pintunya dengan pelan pula. Udah kayak lagi maling aja gayanya.
Begitu balik badan, terkejut Lenny terheran-heran dengan kamar Reyhan yang luasnya udah kayak lapangan bola di kampung. Guede banget, begitu. Mana semuanya tersusun dengan rapi. Bener-bener perfectionis lah dia. Cocok jadi boss yang garang karena memang kamarnya dia rapi. Pasti kepribadiannya juga seneng yang rapi-rapi. Jauh dari prediksi Lenny yang mengira kalau cowok itu identik dengan kamar yang berantakan dan jorok.
Lenny berjalan mendekati ranjang. Posisi ranjang itu dipaling ujung dekat dengan jendela yang full kaca. Kalau mau keluar ke balkon tentu sangat dekat dari tempat tidur. Sepertinya semua sengaja disusun demikian agar udara pagi cepat masuk ke kamar dan yang terkena duluan tentu bagian peranjangan.
Sebelum sampai ke ranjang, gadis itu mengamati sekeliling. Ada beberapa sofa cantik di depan televisi full dengan karpet dibawahnya yang berwarna senada dengan sofa. Disebelah televisi ada satu ruangan yang diduga sepertinya kamar mandi, sedangkan di sebelah kamar mandi ada ruangan lain lagi. Ini seperti ruangan di dalam ruangan, Lenny jadi pusing sendiri dengan kamar ini.
Di bagian kamar sebelah kanan ada beberapa lemari putih besar berjejer. Ada sekitar 6 pintu lemari. Dan menghadap ke ranjang, berdiri sebuah meja rias besar lengkap dengan kaca dan kursinya. Lenny tertegun karena merasa meja rias ini terlalu berlebihan untuk seorang laki-laki. Apakah Reyhan selama ini hobi dandan? pikir Lenny dalam hati. Jangan-jangan Reyhan sebenernya... cucok?
Ahh! Mikir apa sih gue! Lenny jadi geli sendiri. Gak kebayang kalau cowok bertubuh besar dan atletis begitu ternyata bertulang lunak. Gimana jadinya ya?
"Itu meja rias punya lo baru dateng, jangan mikir yang macem-macem!" suara menggelegar yang baru keluar dari kamar mandi itu memecahkan pikiran Lenny yang sedang menggila. Cewek itu kaget, lalu sedetik kemudian berlagak seolah-olah biasa saja.
"Gue bingung mau letak dimana, yaudah sementara disitu aja. Kalau lo mau pindahin, nanti bilang aja!" Lanjutnya.
Reyhan yang sepertinya baru selesai mandi dengan cuek berjalan mendekati istrinya. Ya, tentu saja karena lemari pakaiannya ada di sebelah Lenny. Dan dia mau mengambil bajunya yang berada didalam sana.
Refleks, Lenny langsung mundur beberapa langkah. Rambut yang basah itu bener-bener bikin Reyhan terlihat makin sexy.. Sangat sexy! Udah kayak cover majalah susu untuk pria dewasa dia. Mana cowok itu cuma pakai sebuah handuk putih yang dililit dipinggang. Astaga, Lenny jadi malu sendiri ngeliatnya. Mungkin karena dia belum terbiasa harus berbagi kamar sama lawan jenis. Dan masih enggan membuka diri melihat penampakan-penampakan cowok tanpa busana.
"Kaos baru gue dimana ya..." Reyhan ngomong sendiri sambil mengamati isi lemarinya. Cowok itu melihat satu demi satu dengan teliti tanpa menyentuhnya. Takut susunan si baju akan bergeser nanti soalnya dia gak suka kalo si baju gak berbaris lurus.
"Pake baju yang ada aja deh. Gue takut kelamaan nyari ntar melorot tuh handuk!" Lenny berbicara sambil menutupi wajahnya dengan satu telapak tangan. Reyhan yang masih mengamati isi lemari kontan melirik sinis. Namun dia teringat sesuatu yang belum sempat dikatakan.
"Kalau melorot memangnya kenapa?" Cowok itu menutup pintu lemari dengan satu bantingan. Kini dia berjalan mendekati istrinya, bersiap melakukan serangan-serangan yang disinyalir mampu membuat nyali cewek itu ciut.
"Ya kalo lo gak tahu malu sih, gakpapa..."
"Gue sama sekali gak malu tuh. Malahan gue kepengen banget menunjukkan semuanya sama elo!"
"Idih gue gak sudi ngeliatnya!" Lenny merespon dengan cepat. "Reyhan apaan sih lo! Mundur sana! Mundur!" Lenny mengusir badan besar itu yang sekarang sudah berdiri tepat didepan mukanya. Tapi bukan Reyhan namanya kalo gak suka mengintimidasi cewek ini dengan cara-cara yang dia sukai.
"Gimana kalo misalkan... kita berdua..."
"Jangan sinting ya! Gue tendang otong lo baru tau rasa!"
Diancam begitu Reyhan terkekeh geli. Teringat kejadian malam pertama, dan juga kejadian suatu malam ketika mereka di Jambi. Horor banget cewek ini, hobi menendang masa depannya. Belum tahu apa kalau di dalam sana tersimpan banyak bibit-bibit unggul.
Sedang asik-asiknya menjahili, mendadak mama Lita masuk tanpa pamit tanpa permisi plus tanpa basa basi. Sontak saja mama Lita menjerit lalu melotot melihat kejadian ini. Pikirannya sudah kemana-mana.
"ASTAGA REYHAANNN!!! ADDARA! INI MASIH SORE LOH YAA.. YA AMPUNNNNN!!!"
Reyhan dan Lenny jadi salah tingkah, seperti pasangan dimabuk asmara yang lagi tergrebek satpol PP.
"Eh, mama jangan salah paham! Ini gak seperti apa yang mama pikirin..." Lenny bangkit dari duduknya ditepi ranjang dan menghampiri mama Lita.
"Tauk nih, lagian ngapain mama masuk tanpa ketok pintu? Ini gak sopan namanya!" Reyhan buru-buru menarik sebuah kaos dan mengambil celana, lalu pergi ke suatu ruangan di sebelah kamar mandi yang dari tadi Lenny masih penasaran itu ruangan apa. Mama Lita jadi tersipu.
"Ya maaf deh, kan mama lupa kalo penganten baru tuh bawaannya pengen berduaaaaa.. terus! Pokoknya serasa dunia milik berdua, yang lain cuma ngontrak deh!"
Mama Lita terkikik sendiri kemudian duduk di sofa, refleks Lenny mengikutinya dengan wajah gak enak. Malu banget dia di gap mama mertua. Aduhhhh...
"Udah gak apa-apa, lain kali kalo mau mulai dikunci dulu makanya! Untung mama yang masuk, kalo orang lain? Bisa berbahaya!"
Seolah tahu apa yang dipikirkan Lenny, mama Lita mencoba menenangkan. Namun kalimat mama Lita barusan bukan ngademin malah membuat dirinya semakin ngerasa gak enak.
"By the way, mama kesini mau ngasih tau kamu soal perubahan nama. Reyhan udah kasih tahu belum?" mama Lita mengganti topik pembicaraan. Lenny mengangkat wajahnya dengan tatapan bingung.
"Belum tuh, memang nama siapa yang berubah?"
"Ya nama kamu lah sayang! Masa nama Bona Boni.." Mama Lita menepok jidat. "Karena kamu sudah secara resmi jadi anggota keluarga Deandra, tentu nama kamu harus pake nama Deandra juga. Tapi masalahnya, Mama bingung nih..."
"Bingung gimana ma?!"
"Ya karena semua nama di sini ini cuma dua pemenggalan, misal Li-ta, Sa-rah, Rey-han, Da-nu.. Lah kalo nama kamu kan Addara sayang, itu jadi tiga loh.. Ad-da-ra.. ga bagus ah..."
Lenny mengerutkan dahi. Gile sih sampe sebegitunya. Tapi kan nama panggilan dia sebetulnya Lenny, bukan Addara. Ya, walau nama lengkapnya memang Lenny Addara. Namun sejatinya Addara itu kan nama akun instagramnya doang yang membawa hoki, terus jadi terkenal deh.
"Tapi nama depan aku kan Lenny ma, dua juga itu.. Len-ny.. pake nama itu aja!"
"Aduh, gak bisa sayang. Mama tetep suka nama selebgram kamu.." Mama Lita ngotot. "Duh apa ya? Masa Adar sih? Lucu banget.. Eh kalau Dara aja gimana sayang? Gimana?"
"Ehm.. jadinya Dara Deandra gitu, Ma?" Lenny menatap dengan ragu. Ya Tuhan, kenapa juga mesti ganti nama segala. Ini kan bikin ribet aja kudu ngurus KTP lagi.
"Iya, cucmey kan? Cucok meyong!" Mama Lita bertepuk-tepuk tangan. Lenny menunduk lesu. Bahkan untuk nama saja dia harus dijajah. Apa banget sih benefitnya.
Reyhan keluar dari tempat pergantiannya dengan rambut yang berantakan, cowok itu langsung ikutan nimbrung obrolan dan duduk di sofa.
"Jadi apa namanya?"
"Dara Deandra Rey.. Gimana?" Mama memandang dengan mata berbinar, Sementara Reyhan melirik ke istrinya.
"Kamu setuju?"
Lenny tak menjawab dengan kata-kata. Gadis itu memandang Reyhan dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Sementara Reyhan yang menganggap diam itu setuju langsung menjentikkan jari. Acc saja.
"Oke lah kalau udah setuju, besok kita urus perubahan namanya!"
"Okeee! Biar mama yang urus. Kalo ada mama Lita, semua aman terkendali!" Mama Lita mengibaskan rambutnya. "Yaudah kalau Addara dah setuju, mama balik dulu ya! Silahkan dilanjutkan kegiatan kalian.." Wanita paruh baya itu mengedipkan satu matanya lalu beranjak pergi, namun sebelum menutup pintu dia mengucapkan satu kalimat yang sukses bikin pipi keduanya memerah, "Nanti kalau mendesah, jangan kenceng-kenceng ya! Takut kedengeran yang lain, kan gak enak.. Oke?!"
****
Ini adalah malam pertama Lenny tidur di rumah keluarga Deandra. Rasanya seperti mimpi. Baru saja kemarin dia menjadi karyawan di Deandra Group, melamar sebagai staff keuangan. Dia hanyalah gadis biasa, dari kalangan biasa pula. Tidak pernah sedikitpun Lenny bermimpi menikahi anak sultan seperti Reyhan. Cita-citanya hanyalah sederhana, membahagiakan orang-orang yang disayangi. Teruntuk keluarganya di Kampung halaman, ini adalah bukti cinta nyata Lenny untuk mereka semua.
Gadis itu selesai menyusun semua pakaian-pakaian barunya ke dalam lemari baru pula. Lemari ini berwarna putih, senada dengan lemari milik Reyhan. Hanya saja lemarinya baru tiga pintu, masih kalah dengan lemari cowok itu. Itu pun Lenny sudah merasa sangat cukup. Dia bukan tipikal wanita shoppaholic yang harus gonta-ganti dan beli pakaian baru terus. Pakaian dari endorse saja sudah sangat berlebihan, lebih sering dia sumbangkan kepada yang membutuhkan.
Gadis itu teringat satu hal, ya surat perjanjian pranikah itu. Lenny gak akan sembarangan menyimpannya karena kalau ketahuan orang lain bisa hancur hidupnya dan juga Reyhan. Gadis itu sudah menyimpan secarik surat perjanjian dalam sebuah botol kaca cantik yang ditaburi pasir warna-warni, seperti sebuah figura biasa. Dia memutuskan untuk menyimpannya di lacipaling bawah lemarinya, bersama dengan figura lain dari hasil endorse, agar tidak ada seorangpun yang curiga. Tak lupa pula dia kunci laci itu dan menyimpan kuncinya di dalam kantung salah satu celana yang tidak akan pernah dia pakai. Ribet banget pokoknya. Sengaja, biar gak ada yang bisa membuka pintu itu.
Selesai membereskan pakaian, Lenny berancang-ancang untuk tidur saja. Lusa dia akan ikut Reyhan untuk memulai kehidupan baru mereka di Turki. Entah untuk berapa lama urusan disana nanti, Reyhan tidak ingin memberi harapan. Lenny juga demikian, gak masalah mau berapa lama di Turki. Gadis itu justru antusias karena belum pernah kesana, plus lagi nih disana itu bebas sehingga dia gak perlu berpura-pura mesra layaknya suami istri norma di rumah ini.
Gadis itu mulai menyusun tumpukan bantal guling di tengah-tengah kasur. Seperti malam kemarin, dia ingin membuat batas kekuasaan antara dirinya dan Reyhan. Jangan sampai mereka bersentuhan secara langsung lagi.
"Ngapain?" Tanya Reyhan santai. Cowok itu baru datang dengan membawa secangkir kopi panas. Tak lupa pula dia mengunci pintu kamar, agar gak ada lagi yang bisa masuk secara sembarangan.
"Gue mau tidur. Inget ya, jangan coba-coba lewatin bates ini!" Jawab cewek itu dengan nada memperingatkan. Lenny segera naik keatas ranjang dan masuk ke dalam selimut.
"Wah wah wah... kamar elo ini rupanya?" Reyhan masih berdiri memperhatikan aksi cewek itu, "Perlu lo tau, kamar ini sudah ada sejak zaman gue masih jomblo, kemudian punya pacar, kemudian jomblo lagi, sampe akhirnya gue menikah! So, yang berhak mengatur kamar ini.. cuma gue! Elo pendatang baru disini, jangan coba-coba ngatur apa yang jadi milik gue!" Nadanya kesal. Cowok itu segera meletakkan kopi panasnya diatas meja dan berjalan mendekati istrinya.
"Lah bodo amat!" Sahut Lenny dari dalam selimut. Reyhan geram sekali. Buru-buru dia menarik selimut itu hingga munculah wajah menyebalkan dari dalamnya, "Idih kenapa sih?Ini kan kamar gue juga!"
"No! This is my bedroom! Singkirin tuh bantal guling ditengah!"
"Ogah!"
"Singkirin!"
"Gue gak mau, kenapa emangnya?!"
"Oke kalo emang lo gak mau seranjang sama gue, gak papa..." Reyhan menurunkan nada bicaranya, "Silahkan tidur di sofa, atau di toilet sekalian!" Cowok itu menarik paksa Lenny untuk turun dari tempat tidur. Kontan saja Lenny berontak dan habis-habisan memeprtahakan bokongnya untuk terus menempel di atas kasur. Tidak! Dia tidak akan bergeser barang sedikitpun!
"Lo aja sana tidur di sofa! Jangan ganggu gue dong!"
"Lo ini kenapa sih?" Cowok itu mengerutkan dahi, gak habis pikir. "Kalo lo gak mau tidur di sofa, gue buang nih bantal guling!"
Dengan cepat Reyhan mengangkut semua bantal guling itu dan memindahkannya ke dalam ruangan di sebelah toilet. Ruangan yang masih menjadi misteri untuk Lenny isinya apa. Sepertinya itu gudang, karena serbaguna sekali.
"Awas ya kalo nanti lo berani nyentuh-nyentuh gue!" Lenny bersungut. Gadis itu segera kembali masuk ke dalam selimut dan membuntuti Reyhan, males banget dia.
"Lah bodo amat!" Jawab Reyhan cepat. Senjata makan tuan, kalimat itu dibalikkan lagi ke Lenny. Gadis itu balik badan bentar hanya untuk memeletkan lidah ke arah Reyhan, kemudian balik membokonginya lagi.
"Oh iya, gue lupa nih.. Karena pernikahan kita ini abnormal, gue sampe belum mempersiapkan nama panggilan khusus ke elo.. Yaaa, biar terkesan romantis gitu lah. Menurut lo, lo mau gue panggil apaan? Honey? Bunny? Sweety? Sayangku? Cintaku?"
"Aelah, kenapa sih harus pake nama gituan segala? Geli gue!"
"Asal lo tau, nyokap bokap sama adek gue bisa curiga kalo kita manggilnya 'lo-gue' terus.. Mana ada orang baru nikah manggil begitu?!" Cowok itu ikutan naik ke ranjang. Menyenderkan kepalanya di bed head board. Ini masalah serius. Pasalnya mereka berdua kan sementara masih numpang di blue house. Dan penghuni blue house itu ada banyak sekali. Gak mungkin dong mereka keukeuh dengan pertengkaran dan ketidakharmonisan terus? Bisa curiga semua orang!
"Bener juga sih.." ucap Lenny pelan. Biar gimanapun di depan umum mereka harus bersikap layaknya pasutri normal. "Tapi gue gak mau ah dipanggil 'sayangku.. cintaku' begitu. Terlalu munafik untuk kita berdua! Yang laen lah.."
"Apaan coba? Baby? Liebe? Lovely?"
"Ah, itu sama aja cuma beda bahasa doang..." Lenny menarik selimutnya hingga munculah wajah dengan rambut berantakan.
Mereka berdua mulai berpikir keras mempersiapkan nama panggilan yang dirasa pantas.
Semenit...
Dua menit..
Sepuluh menit..
Keduanya masih terdiam tanpa kata. Bingung dengan panggilan apa yang akan tercetus, takut dikata alay.
"Apa ya? Lo kan suami gue bukan pacar.. jadi gue malu kalo ngalay gitu..."
Lenny kembali terdiam, sementara Reyhan manggut-manggut.
"Suami istri..." desis cowok itu. "Iya, Suami sama Istri aja deh! Gimana?"
"Hah?!" Kening Lenny berkerut. Gak ada yang laen apa?
"Ya kan emang lo suami gue, gue istri lo.. bedanya apaan, Burhanuddin?!"
"Ya beda lah, Munaroh! Suami itu cowok, istri itu cewek!"
"Ye.. kalo itu juga ponakan gue yang masih kecil juga ngerti..." Lenny mencibir, "Yaudahlah, tapi gue manggilnya 'suamik' ya biar agak-agak kekinian! Oke?"
"Serah lu deh! Pokoknya inget, di depan orang lain jangan panggil 'lo-gue' lagi! Kudu diganti! Minimal 'aku-kamu' lah biar lebih sopan. Lebih bagus pake panggilan sayang kita berdua tadi. Deal ya?!"
"DEAL!"
****
Pagi ini Reyhan memutuskan untuk ke kantor dulu. Ada beberapa dokumen penting yang harus dipersiapkan sebelum besok pagi dia akan bertolak ke Turki. Dia juga belum memberitahu sekertarisnya bahwa selama di Turki nanti, Fio akan menjadi sekertaris kedua Papanya dan tetap tinggal di Jakarta. Karena di Turki nanti, Reyhan sudah punya tim khusus sendiri. Dan gak mungkin juga selama Reyhan di Turki sang sekertaris akan ongkang-ongkang kaki saja! Tetap harus bekerja dong!
"Morning semua..." Mama Lita baru turun untuk ikut sarapan bersama. Di meja makan sudah ada Reyhan, Sarah, dan juga Papa Danu, "Mana istri kamu Rey?!"
"Masih tidur..." jawab Reyhan asal. Cowok itu sibuk membaca email-email penting sambil terus mengunyah. Selama persiapan menikah kemarin ada banyak hal terkait pekerjaan yang terlewatkan. Dan kini, memanfaatkan waktu sebaik mungkin adalah passionnya!
"Kenapa? Kecapekan dia?!" tanya Mama Lita lagi.
"Kamu 'hajar' ya semalam Rey?!" papa Danu menyahuti. Reyhan tidak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya tersenyum simpul kemudian kembali fokus pada layar gadgetnya.
Tidak beberapa lama, Lenny turun dari tangga dan langsung ikut bergabung sarapan. Gadis itu menarik sebuah kursi di sebelah Sarah.
"Selamat pagi Papa, Mama, Sarah..." sapa Lenny dengan sopan. Gadis itu sudah rapi dan wangi sekali pagi ini. Beda sama Mama Lita yang memang beneran baru membuka mata dan masih pakai baju tidur. "Maaf agak terlambat turun, soalnya aku tadi beresin perlengkapan aku dulu.."
"Loh, kenapa kakak ga panggil assisten aja? Kakak gak usah repot-repot ngerjain semuanya sendiri!" Ucap Sarah. Anak itu mengingatkan bahwa dirumah ini ada sangat banyak asisten rumah tangga yang bisa menolong 24 jam.
"Bener itu, jadi nak Dara gak usah capek sendiri. Semua asisten disini siaga membantu kapan saja nak Dara membutuhkan mereka!" Papa Danu menimpali. Lelaki paruh baya itu sesekali membetulkan kacamatanya.
"Cuma sedikit kok Pa, Sarah.. Masih bisa aku handle sendiri!"
"Jadi menantu kita ini memang seorang wanita mandiri Papa..." Mama berusaha membela Lenny, "Tapi Dara sayang, kamu sekarang kan sudah jadi menantu kami, tentu kamu harus ikuti aturan keluarga. Kami gak pengen kamu kecapekan nantinya. Jadi kalo ada apa-apa jangan dikerjakan sendirian lagi ya? Oke?!"
Lenny mengangguk pelan. Enggan memperpanjang urusan. Gadis itu memang bukan tipikal cewek manja, apa saja akan dia kerjakan sendiri selagi bisa. Jangankan cuma nyusun baju, sepatu, sama beresin tempat tidur. Jaman ngekost dulu, dia bahkan terbiasa angkat tabung gas sendiri, angkat galon sendiri, dan lain-lain lah. Ini sih gak ada apa-apanya. Lucu juga dengan keluarga kaya raya ini, masa mengajarkan hidup harus bergantung sama orang lain? Tidak masuk akal!
Selesai sarapan, Reyhan dan Papa Danu segera pergi ke kantor. Sarah juga akan langsung ke kampus karena anak itu ada jadwal kuliah pagi.
Sebelum berangkat ke kantor, tentu mama Lita rutin mengantarkan suaminya sampai ke depan teras rumah. Tak lupa pula Mama jaman now itu merapikan dasi dan jas suaminya agar terlihat lebih rapi. Mama Lita juga mencium punggung tangan suaminya sebelum Papa masuk ke mobil, dan dibalas dengan sebuah ciuman hangat dikening oleh papa Danu. Benar-benar pasangan suami istri yang romantis meskipun sudah tua.
Sementara di sebelah mereka, berdiri sepasang suami istri baru yang nggak tau mau ngapain. Keduanya hanya menonton adegan romantis Mama dan Papa, sebelom akhirnya meniru.
"Salim dulu woy!" Bisik Reyhan pelan. Lenny tergagap. Buru-buru gadis itu meraih punggung tangan Reyhan dan menciumnya. Cowok itupun balas mencium kening Lenny dan memeluk sebentar.
"Sabar ya istri, cuma sepuluh jam aja kita pisah! Kamu jangan lupa makan biar gak mati!" Kata cowok itu, terdengar mesra ditelinga orang, namun begitu menyebalkan ditelinga Lenny. Pencitraan banget sih!
"Iya.. suamik! Kamu juga jangan terlalu capek ya! Ingat penyakit panu kamu lho, gabisa terlalu capek nanti makin banyak dia!" jawab Lenny sambil tersenyum manis. Sialan banget cewek ini, pikir Reyhan.
Papa Danu segera masuk ke mobilnya dengan sopir pribadi. Sementara Reyhan, dari dulu tidak mau pergi satu mobil dengan papanya. Dia akan lebih memilih pergi bersama Bambang atau naik taksi online saja. Sementara Sarah, sudah daritadi di jemput temannya.
Setelah mereka semua pergi, kini yang tersisa hanya ada Lenny dan Mama Lita. Gadis itu sebenarnya ingin melangkah masuk ke dalam, namun mama Lita mencegahnya. Dia mengajak Lenny untuk berbincang-bincang santuy di teras. Ya, namanya juga ibu-ibu sosyelitaaa
"Menurut mama, sepertinya kamu harus di make over deh!" cetus mama Lita setelah beberapa saat mengamati Lenny from head to toe.
"Maksud mama?!" Lenny menatap dengan wajah tidak mengerti.
"Iya sayang.. aduh, jadi kan sekarang nama kamu Dara Deandra, bukan Lenny Addara lagi! So pasti harus berubah penampilan kamu.. Mama gak suka kamu tomboy pake celana jeans sobek-sobek begini... kamu harus berubah! Suami kamu itu orang terpandang, boss besar, jadi mama mau kamu menyesuaikan ya.."
JLEB!
Kata-kata mama Lita walaupun halus dan pelan, namun menusuk jantung Lenny. Jadi menurut mama Lita dirinya yang sekarang 'tidak layak' atau 'kurang pantas' begitu menjadi istri boss? Memang apa yang salah dengan celana jeans sobek-sobek? Ini kan gahul dan kekinian banget. Lenny merasa dia masih muda, jadi cocok sajalah. Toh dia kalau pergi bersama Reyhan juga menyesuaikan. Ini kan cuma di rumah aja kenapa banget harus pake gaun?
"Halo mbak.. iya bener ini Lita Deandra. Oke nanti saya sama menantu saya akan kesana ya! Pokoknya saya mau look seperti foto yang dikirim tadi.. Yup bener banget! Baik terimakasih, selamat pagi.."
Mama Lita menekan layar dihandphonenya, kemudian tersenyum sumringah!
"Yuk sayang kamu siap-siap dulu. Abis ini kita bakalan goes ke butik ceria ya! Kita akan make over total penampilan kamu!"
Lenny tertegun. Sepertinya dia sudah tidak berhak lagi atas kehidupannya sendiri.
****