Terpaksa Kawin

HARI PATAH HATI (PART 3)



HARI PATAH HATI (PART 3)

3Hari yang paling ditunggu-tunggu bagi sebagian karyawan Deandra Group. Bagaimana tidak, sudah beberapa bulan sejak pengumuman pernikahan pewaris Deandra Group, Reyhan Deandra, dan sampai saat ini hebatnya mereka semua sama sekali tidak mengetahui siapakah istri dari boss tampan idaman para kaum hawa itu. Benar-benar rapi cara satu keluarga Deandra beserta staff rumahnya menyembunyikan identitas gadis paling beruntung itu.     

Dan hari ini, Reyhan akhirnya secara resmi akan mengenalkan ke publik siapakah sosok gadis yang telah berhasil dipersuntingnya. Konferensi pers ini akan berlangsung di ruangan aula kantor, agar sekalian seluruh staff bisa melihat dari mata kepala sendiri sosok sang istri. Acara akan dimulai sebentar lagi, dan saat ini mereka telah berada diparkiran, bersiap hendak turun dari mobil.     

"Kok gue deg-degan ya?!" Lenny memegangi dadanya. Semakin mendekati jam konferensi, irama jantungnya makin berdebar tak karuan. Reyhan yang sudah memegang handle pintu hendak turun, sontak batal.     

"Tenang aja Istri, everything will be alright!" Cowok itu mengelus punggung tangan Lenny, mencoba menenangkan.     

"Betul, Nyomud. Pokoknya mah Ai wil elweis behain yuu! Nyomud kudu pede!" Suara Encum yang duduk di jok belakang memberi semangat.     

"Bukan beha-in Encum... yang bener tuh behind!" Lenny buru-buru meralat omongan assistennya barusan, "Lo pikir gue gak pake beha apa jadi kudu dibehain?!"     

"Eh iya, salah ya?!" Encum terkikik geli. Kok jadi jauh sekali ya perbedaan maknanya. "Itulah pokoknya Nyomud. Cus ah kita turun Nyomud, Encum ga sabar mo liat abang-abang ganteng di dalam!"     

"Abang ganteng aja yang lo pikirin, Ncum." Cibir Reyhan. Hafal betul dia dengan kelakuan assisten itu     

"Yahh, namanya juga Encum kan singel Tuan. Yaa, sekalian cuci cuci mata dong sambilan nemenin Nyomud!" Encum membela diri. Tidak lupa sebelum turun dia memakai lipstik warna merah gonjreng menyala setebal tebalnya. Biar semakin seksi tuh bibir, pikir Encum.     

Mobil disebelah mereka yang merupakan mobil Mama Lita, sudah terparkir dengan rapi. Buru-buru Mama Lita dengan gaya super modisnya melangkah turun dari mobil. Disebelahnya, ada Papa Danu yang sudah dengan rapi memakai jas kerja seperti biasa, siap melangkah dan menggandeng tangan mama Lita.     

"Mari turun, boss!" Ajak Bambang yang duduk disebelah driver. Reyhan mengangguk. Segera mereka semua turun dari mobil. Tak lupa Reyhan membukakan pintu untuk sang istri, biar kelihatan romantis.     

Dengan langkah yang agak cepat, mereka berdua berjalan beriringan masuk ke dalam gedung. Namun ternyata di pintu masuk, sudah ada beberapa wartawan yang dengan sigap memotret-motret mereka semua. Mama Lita dan Papa Danu yang berada didepan Reyhan-Lenny, tersenyum ramah kepada Wartawan. Mama Lita malah melambai-lambaikan tangan sambil sesekali berpose-pose ala model. Kapan lagi coba ada wartawan banyak begini yang memotret dirinya.     

Sementara dibarisan kedua, Reyhan hanya tersenyum sesekali saja kearah kamera wartawan. Seperti biasa, cowok itu akan bersikap sok cool, dan menampakkan kharismanya sebagai calon penerus Deandra Group. Pun disebelahnya, Lenny berjalan agak menunduk sambil sesekali menutupi wajahnya dengan satu tangan. Sementara satu tangan lagi dia gunakan untuk bergandengan erat-erat dengan Reyhan. Sejujurnya dia sangat nerveous. Dia masih belum siap bertemu mantan rekan-rekan kerjanya terdahulu yang sempat mencibirnya karena makan siang dengan Reyhan.     

Dibarisan ketiga, ada Bambang dan Encum dan para assisten lainnya yang sengaja dibawa untuk membantu mereka. Encum dengan gaya centilnya sibuk berdadah-dadah ria didepan kamera. Wanita itu juga sesekali memutar roknya kesana kemari, biar kayak artis-artis gitu.     

"Ncum, psttt!" Bambang berbisik pelan. Encum sih sebodo amat sama si Bambang. Pokoknya dia mau bergaya ala-ala artis di red carpet hari ini. Lupakan dulu kodratnya sebagai assisten Nyomud.     

"Heh, Ncum!" sekali lagi Bambang memberi kode, memperingatkan. Encum yang sedang sibuk bergaya jadi sebal juga akhirnya.     

"Why sih Bambangss? Yu gak liat apa ai lagi pose jebrat jebret begini? Ai lagi focus rait now yesss. Plis yu dont ganggu mi.. yu knoww?!" Encum menaikkan satu alisnya. Bambang menatap dengan wajah datar.     

"Lipstik lo tuh.. kena gigi!"     

"HAAAA?!"     

Buru-buru Encum menutup mulutnya dengan kedua tangan. Wah, sialan sekali si Bambang ini. Kenapa gak bilang dari tadi sih? Mana sejak turun dari mobil dia udah nyengir terus ke kamera! Menurunkan harga pasarannya saja.     

"Kok yu gak bilang sih BHUAMBANGGG! Yu sengaja make mi shy shy cat ya?!" Encum berbisik-bisik karena bibirnya masih ditutup dengan kedua tangan.     

"Gue udah ngasih kode kok!" jawab Bambang dengan datar. Cowok itu langsung saja mengekor majikannya masuk ke dalam. Sementara Encum buru-buru ngibrit ke kamar mandi. Mau membersihkan lipstiknya yang ternyata nyangkut digigi semua.     

*****     

"Setelah beberapa bulan terakhir saya dan istri melakukan ekspansi bisnis ke Turki, akhirnya pada hari ini saya berkesempatan memperkenalkan istri saya ke hadapan rekan-rekan semua..." Sampai disitu Reyhan menarik nafas, seluruh mata memandang serius ke boss itu, "Istri saya adalah seorang influencer tanah air. Beliau adalah sosok yang penuh semangat, positif, pekerja keras, cerdas, dan inspiratif. Sengaja saya dan istri tidak mengeskpos hubungan kami ke publik karena kami merasa kehidupan pribadi adalah privasi yang tidak perlu diketahui semua orang. Akan tetapi, karena Deandra Group berencana akan mengangkat istri saya menjadi salah satu dewan komisaris perusahaan, otomatis saya merasa perlu memperkenalkan istri saya kepada rekan-rekan semua..."     

Seluruh pegawai memberikan tepuk tangan yang meriah, terkecuali pada barisan kaum hawa yang patah hati. Sakit hati mereka semua mendengar ucapan Reyhan. Musnah sudah mimpi gadis-gadis itu untuk bersanding dengan sang boss dipelaminan. Eh, sekarang malah jadi tamu undangan! Undangan memperkenalkan istri pula!     

"Baik saya perkenalkan istri saya.. Dara Deandra!"     

Lenny yang sedari dari berada dibelakang layar, langsung berjalan dengan langkah pasti menuju hadapan para hadirin sekalian. Gadis itu terlihat sangat cantik dan mempesona, dengan gaun sangat mahal yang membalut tubuhnya.     

Betapa terkejutnya hati barisan patah hati melihat sosok Istri Reyhan. Apa-apaan ini? Bukankah gadis itu mirip dengan... Lenny?     

"Itu istri boss mirip Lenny mantan anak divisi keuangan bukan sih?!" bisik salah seorang dari kaum barisan patah hati.     

"Bukan ah, yang ini lebih cakep dan glowing. Liat deh kulitnya shinning banget! Ckckck, btw tadi boss bilang istrinya influencer kan?!"     

"Iya, kayak selebgram Addara satu dua tiga empat bukan?"     

Buru-buru barisan patah hati lain yang hobi bergosip itu membuka sosial media masing-masing. Sayangnya akun selebgram yang dimaksud diprivasi dan mereka termasuk golongan yang cuma hobi stalking tanpa follow. Jadi gak bisa ngepoin, deh!     

"Tapi Addara satu dua tiga empat kan si Lenny anak keuangan itu!"     

"Berati jangan-jangan...."     

"Jangan-jangan diaa...."     

"Berarti dia sebenarnya...."     

Merek semua saling pandang, wajah-wajah itu mulai pucat pasi.     

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!"     

Semua personil barisan patah hati kompak menjerit, membuat seisi aula menatap kearah mereka. Termasuk para wartawan yang sedang sibuk meliput Lenny, kontan saja mereka secara serentak mengarahkan kameranya menyorot para gadis-gadis itu.     

"Eh.. itu... ada kecoa lewat tadi!" wanita yang memakai kacamata berdiri duluan. Dia memberikan pernyataan karena seisi aula menatap kearah mereka. Wajah-wajah hadirin yang lain terlihat kesal, dasar gadis-gadis yang tidak tahu tata krama.     

Eh, tunggu dulu. Ada apa tadi? Ada... KECOAA?     

.     

.     

.     

KECOAAA?     

Dan seketika     

HUAAAAAAAAAA!!!!     

Bukan saja hanya barisan kaum patah hati yang histeris, kini kaum ibu-ibu dari berbagai divisi, kaum setengah mateng, serta kaum yang memang benci mahluk bernama kecoa itu ikut menjerit kocar-kacir. Suasana konferensi pers jadi tidak kondusif. Hadirin mulai tunggang langgang keluar ruangan. Seolah-olah kecoa adalah monster yang akan membunuh mereka semua detik ini juga tanpa ampun!     

Keluarga Deandra yang memang empunya hajat, jadi bingung dengan keadaan ini. Apalagi wartawan malah menyorot kehebohan kecoa diruang aula. Wah, bisa kacau ini nanti kalau beritanya beneran naik.     

Karena menyadari akan terjadi hal negatif kedepannya jika berita ini sempat up walau cuma beberapa detik doang, Reyhan segera berbisik kepada Bambang untuk menyelesaikan urusan ini dibelakang. Bambang yang memang dipredikat sebagai seorang ajudan multifungsi, dalam isi kepalanya sudah siap dengan skenario apa yang akan dilakulan nanti. Berita Lenny hamidun alias hamil duluan saja bisa dia bungkam hanya dalam waktu satu malam. Apalagi cuma masalah berita aula berkecoa, coba?     

*****     

Selesai acara konferensi pers yang kacau, Reyhan mengajak istrinya untuk ikut masuk ke ruangannya di lantai sebelas. Satu lantai yang sudah tidak asing bahkan sejak Lenny masih jadi karyawan dulu. Jelaslah, pak Bayu kan dulu paling ogah kalau disuruh ke ruangan ini. Jadilah Lenny menjelma menjadi kurir pak Bayu yang akan selalu kena amukan dan caci maki Reyhan bila yang dikerjakan tim mereka tidak sesuai dengan yang diinginkan.     

Reyhan, setelah berbulan-bulan meninggalkan ruang kerjanya, rasanya dia sangat rindu dengan kantor ini. Akhinya sekarang dia kembali dengan sosok baru dan semangat baru. Apalagi dengan double job sebagai CEO perusahaan kakek juga, wah mantap jiwa!     

Tidak disangka, Fio memanglah sekertaris yang bisa diandalkan. Cewek itu sudah menata seluruh lantai sebelas plus ruangan kerja Reyhan sedemikian rupa, sesuai dengan apa yang diinginkan Reyhan. Meskipun gadis itu terkadang centil dan suka berdandan sepanjang waktu, tapi Reyhan masih akan mempertahankan Fio sebagai sekertaris andalan karena kinerjanya.     

"Mau minum coffee latte pak?" tawar Fio begitu Reyhan dan Lenny hendak masuk ruangan. Reyhan mengangguk.     

"Kamu mau juga sayang?" tawar Reyhan pada Lenny. Cewek itu menggeleng.     

"Oke, satu coffee latte. Istri saya bawakan air mineral saja!" Kata Reyhan pada Fio. Gadis itu menangguk. Namun tatapannya tajam kearah Lenny. Seolah-olah menguliti gadis itu dalam tatapan bola matanya.     

Reyhan yang kurang peka dengan itu, bergegas masuk ke dalam ruangannya. Sementara Lenny masih berada diluar. Untuk beberapa saat dirinya dan Fio saling bertatap-tatapan, tanpa ada tegur sapa atau kalimat yang keluar dari mulut keduanya.     

"Hebat!" ucap Fio akhirnya sebelum gadis itu pergi meninggalkan Lenny. Entah apa maksud perkataan sekertaris itu. Apakah itu suatu kalimat cacian, atau malah... pujian?     

Lenny tak bergeming. Gadis itu segera masuk kedalam ruangan Reyhan dan menguncinya dari dalam. Dia masih tidak mengerti maksud perkataan Fio pada dirinya. Mungkinkah Fio sudah sadar bahwa dirinya adalah Lenny, mantan staff keuangan disini dulu?     

Sedang berpikir jauh begitu, mendadak Lenny dibuat kaget saat balik badan, mendapati Reyhan sedang memeluk erat kursi kerjanya.     

"Astaga, Reyhan! Lo ngapain sih?!"     

"Eh, Istrik!" Reyhan tersipu-sipu, segera melepaskan pelukannya pada sang kursi, "Sumpah, gue kangen banget sama ruangan ini... sama kursi kejayaan gue! Kalau bisa malahan gue pengen peluk satu gedung ini sekaligus!"     

"Elo sakit ya?!" Lenny tak habis pikir dengan kelakuan suaminya. Ternyata dibalik otot yang sebesar batang mangga itu, Reyhan ini cukup konyol dan alay juga.     

"Sembarangan aja kalo ngomong.." balas Reyhan segera. Cowok itu segera duduk dikursinya sambil menyandar "Gue ini workaholic.. hampir sebagian besar waktu gue habis diruangan ini. Ruangan ini tuh kayak second home buat gue.." jelasnya. Lenny manggut-manggut. Gadis itu duduk disofa yang dulu biasa dia duduki saat menunggu Reyhan memeriksa hasil kerjanya.     

"Sekarang lo tetep akan jadi penggila kerja juga?!"     

"Nggak akan segila dulu..." Sahut Reyhan cepat, "Sekarang kan gue punya seseorang yang akan selalu menunggu gue di rumah. Jadi sebisa mungkin gue akan pulang tepat waktu!"     

Lenny tersenyum mengejek, "Dih.. emang siapa yang nunggu lo pulang? Gue sih enggak ya!"     

"Maksud gue juga bukan elo, tapi si Bona-Boni..." ekspresi Reyhan berubah jadi kesal. Lenny terkekeh. Emang paling enak mengerjai Reyhan ini.     

Sedang asik begitu, mendadak pintu mereka diketuk oleh seseorang. Sepertinya itu Fio yang akan mengantarkan minuman untuk Reyhan.     

"Biar gue yang buka!" ucap Lenny berinisiatif. Gadis itu segera memutar kunci pintu dan membuka pintunya. Tapi tiba-tiba Fio yang sedang memegang nampan berisi coffe Latte panas mendadak terpeleset dan menumpahkan si coffe di kaki Lenny.     

"AWWWWW!!!" Pekik Lenny.     

Fio menutup mulutnya, shock.     

"Astaga Bu Dara.. maaf bu! Saya gak sengaja!"     

Coffe latte yang panas tadi sempat mengenai gaun dan akhirnya mengguyur kaki mulus Lenny. Karena air yang digunakan untuk coffee latte Reyhan adalah air yang mendidih, otomatis kaki Lenny sekarang jadi merah karena terbakar, kontras dengan warna kulitnya yang putih.     

Reyhan segera bangkit dari kursinya dan berlari kearah mereka berdua. Cowok itu dengan cekatan melepaskan high heels Lenny dan membersihkan kaki yang tersiram dengan tissue basah. Tidak lupa dia mengguyur kaki itu dengan sebotok air mineral yang juga ikut terjatuh dilantai.     

"Kamu gimana sih Fio? Kamu ini ceroboh sekali!!!" Reyhan sangat marah sekarang, tapi tangannya masih sibuk membersihkan kaki Lenny yang tersiram air panas. "Duduk dulu sayang!" Cowok itu segera mengangkat istrinya ke sofa, dan dengan sabar dilanjutkannya kegiatan bersih-bersih itu.     

"Maaf pak, saya bener-bener gak sengaja!"     

"Ck! Cepat kamu ambil krim untuk luka bakar di rak itu!" perintah Reyhan. Fio menurut. Buru-buru gadis itu membongkar rak tempat P3K milik Reyhan berada.     

"Rey, gakpapa.. Fio gak sengaja!" Ucap Lenny lirih. Padahal dia sambil menahan rasa sakit akibat air panas tumpah itu.     

"Gak sengaja gimana sih? Dia ceroboh! Liat kaki kamu sekarang.. aku gak mau sampai kamu kenapa-kenapa!"     

Cowok itu membara. Lenny mengusap-usap pundak Reyhan, mencoba menenangkan.     

"Ini krimnya pak.." Fio segera menyerahkan krim itu pada Reyhan. Lagi-lagi dengan cekatan, cowok itu segera mengoleskan krim di kaki Lenny. Setelah selesai, dia meniup krim yang telah rata dikaki sang istri tersebut agar cepat meresap.     

"Aku telpon dokter spesialis dermatologi sekarang! Jangan sampai kamu jadi lecet gara-gara ini!"     

"Suamik.. No! Gak perlu! Ini udah lebih baik!"     

"Aku gak percaya, pokoknya dokter itu bakalan sampai kesini bentar lagi!" Reyhan segera memerintahkan jam tangannya untuk menelpon si dokter. Jam tangan Reyhan yang memang terkoneksi dengan handphone pun segera melakukan panggilan. Dan dokter itu akan segera tiba dalam waktu dua puluh menit.     

Fio yang masih berdiri di situ kontan jadi merasa tidak enak. Gadis itu berkali-kali meminta maaf pada Reyhan dan Lenny, dan berjanji akan lebih berhati-hati kedepannya.     

*****     

Amora yang sedang sibuk memasak aneka kue di dapur bakery milik Junet, langsung menghentikan aktivitasnya ketika lagi-lagi perut gadis itu merasa mual hebat. Sudah benerapa hari terakhir Amora merasa tidak enak badan, mudah letih, dan mengalami mual. Gadis itu sebetulnya sudah meminum obat untuk rasa mual, namun ternyata tidak cukup untuk meredakan rasa mual yang tak henti-hentinya ini. Apalagi dia sekarang juga merasa lemas.     

"Istirahat dulu Chef.." ujar salah seorang krunya. Amora mengangguk, dia segera melepaskan apron dan duduk sendirian dipojokan. Kepalanya juga terasa sakit, mungkin karena akhir-akhir ini dia sibuk bekerja keras membantu membuat terobosan baru di dapur.     

Sedang mengistirahatkan diri begitu, mendadak Junet muncul juga di dapur. Cowok itu kaget melihat Amora yang nampak pucat.     

"Chef Jihan kenapa? Sakit?!" tanya Junet pada Amora. Gadis itu tersenyum.     

"Gak tahu, chef. Akhir-akhir ini gue sering pusing and mual. Kayaknya gue masuk angin deh."     

"Udah berobat ke dokter?" tanya Junet lagi. Amora menggeleng.     

"Belum sempat. Mungkin nanti aja kalau kerjaan udah selesai."     

"Chef mendingan berobat dulu deh. Kesehatan itu penting loh!" kata Junet memperingatkan, "Biar gue anter sekarang, ayo!"     

"Eh, gak usah Chef!" tolak Amora dengan cepat, "Kalau kita berdua pergi, gak ada yang handle dapur. Kalau chef gak keberatan, gue berobat sendiri aja dan chef Junet handle dapur dulu. Gak papa kan?"     

"Oke, gak papa. Yakin bisa pergi sendiri?!"     

"Yakin!" Ucap Amora cepat. Junet mengangguk.     

Setelah merasa tidak begitu lemas lagi, Amora segera bangkit dari kursinya dan melangkah pelan menuju mobil. Dia gak boleh sakit, bagaimana pun dia harus tetap sehat agar bisa kembali pada tujuan utamanya.     

*****     

"Ada riwayat penyakit maag?!"     

"Nope. Gak ada, dok."     

"Akhir-akhir ini muntah berapa kali sehari?"     

"Gak tentu sih, kadang bisa enam sampai tujuh kali dok. Saya gak terlalu menghitung."     

"Kalau nafsu makan sendiri gimana?!"     

Amora mencoba mengingat-ingat nafsu makannya akhir-akhir ini. Memang gadis itu kurang nafsu makan sekarang. Mungkin karena itulah dia jadi punya maag.     

"Gak nafsu makan dok, saya jarang makan."     

Dokter mengangguk. Dari ruangan sebelah, seorang perawat memberikan hasil tes pada dokter. Buru-buru si dokter membaca hasil tersebut untuk mendiagnosis penyakit pasien.     

"Jadi saya beneran sakit maag ya dok?!" tanya Amora gak sabar. Dokter menghela nafas, panjang. Dia menatap Amora dalam-dalam.     

"Mbak Amora ini gak sakit maag..." ucap dokter. Dia membenahi kacamata dan melanjutkan kegiatan membacanya, "Berdasarkan sample urine, mbak Amora ini.. positif hamil!"     

"APAAAAAAAAA???!!!"     

Amora shock luar biasa. Tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini pada akhirnya!     

"Iya, kandungannya sudah enam minggu. Minta tolong nanti rajin check up, ya. Dan harus mau makan walau sedikit-sedikit. Soalnya calon bayi mbak ini butuh nutrisi. Jangan terlalu bekerja keras dan usahakan sebisa mungkin beristirahat ya!"     

Suara dokter itu sudah tidak terdengar jelas ditelinga Amora. Gadis itu masih tidak menyangka dirinya akan hamil. Bagaimana ini? Bagaimana bisa dia hamil tanpa ada suami disampingnya? Bagaimana bisa dia menjadi seorang single mother nanti? Membesarkan anak seorang diri tidaklah mudah, Amora tahu itu. Dan dia tidak sudi kembali pada suaminya yang akan digugat cerai.     

Amora ingin menangis saat ini juga rasanya. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Bayi ini tidaklah bersalah, tapi Amora benci harus mengandung anak dari lelaki itu. Kenapa harus sekarang? Kenapa semua ini harus menimpanya?     

"Mbak Amora nanti bisa kasih tahu suaminya untuk tidak perlu takut berhubungan badan. Sebisa mungkin mbak dan suami ajak mengobrol janinnya ya!"     

"Itu gak perlu, dokter!"     

Amora segera bangkit dari kursinya. Dengan langkah gontai, dia berjalan meninggalkan ruangan dokternya.     

******     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.