Terpaksa Kawin

COME BACK



COME BACK

3Junet membereskan seluruh perlengkapan memasaknya. Chef tampan itu juga melepaskan apron dan mencuci tangan, berisap untuk meeting sore dengan para staff bakery miliknya. Sore ini juga seluruh staffnya itu harus tahu, bahwa akan ada sedikit perubahan di tubuh bakery ini. Semua ini dia lakukan tentu demi kebaikan dan ketenangan hatinya.     

Dengan langkah-langkah besar, Junet segera masuk ke ruangan meeting dilantai dua. Disana seluruh staffnya telah duduk pada posisi masing-masing. Setelah seluruh staff menyampaikan laporan bulanan mereka, barulah cowok kekar itu membuka suara.     

"All is good. Saya sangat mengapresiasi kerja keras kalian semua. Terima kasih!"     

Junet membungkukkan badan. Cowok itu memang pimpinan yang sangat rendah hati. Sampai disitu seluruh staff bakery Junet memberikan tepuk tangan yang meriah. Segera cowok itu kembali diposisi tegap. Dia berdehem sebentar, mulai menyusun kata-kata untuk membuka kalimat pamungkasnya.     

"Pada sore ini juga, ada satu pengumuman yang cukup penting yang akan saya sampaikan ke kalian semua..."     

"Ada apa, Chef?" tanya salah seroang staffnya yang duduk disudut ruangan.     

"Iya, ada masalah apa Chef?" staff Junet yang lain ikut berkomentar. Mereka mulai bertanya-tanya satu sama lain.     

"Tenang, tenang!" Junet tersenyum menenangkan, "Setelah berfikir cukup panjang, akhirnya saya memutuskan untuk memiliki seorang assiten Chef. Dan assisten chef yang telah saya pilih adalah seorang wanita cantik, muda, single, yang juga handal dalam hal masak memasak. Beliau pernah ikut kelas memasak di America selama beberapa tahun, dan juga beliau adalah mantan assisten Chef Rogando. Kalian tahukan? Chef yang super terkenal itu..."     

Seisi ruangan menatap Junet dengan terkagum-kagum. Wah, Chef Rogando? Siapa sih yang gak kenal? Itu kan Chef papan atas dunia! Beruntungnya Chef Junet dapat assisten Chef yang model begitu. Pasti jago banget nih mantan assiten chef Rogando.     

"Oke langsung aja ya kita sambut Chef.... Jihan!"     

Suara langkah high heels seorang wanita terdengar beraturan membentur lantai ruangan meeting. Seluruh mata memandang ke gadis itu, semua terpana tanpa berkedip sedikitpun!     

Gadis tinggi semampai, kulit putih mulus, rambut sebahu dan ombre! Dibagian pangkal rambut berwarna dark brown sedangkan diujungnya berwarna pink. Gadis itu memakai atasan kaos hitam berlengan panjang dan rok selutut plus stocking hitam. Heelsnya juga sangat runcing! Sudah pasti gadis ini mantan model profesional, cakep bukan main!     

"Halo Chef!" Junet bercipika-cipiki dengan gadis itu, seperti sahabat lama yang sudah berabad-abad tidak bertemu.     

"Hello, Junet! Nice to meet you!"     

"Nice to meet you!" balas Junet ramah. "So, ya... Please introduce your self!"     

"Oh, oke!" Gadis itu mengangguk yakin, membuat dagu runcingnya terlihat semakin runcing. "Hi, semuanya! Kenalin, aku Jihan Alana! Kalian bisa panggil aku Jihan, atau Chef Jihan... whatever terserah kalian! And I hope, kita semua bisa bekerja sama disini! Nice to meet you guys!"     

Tepuk tangan para staff memenuhi ruangan meeting. Mereka sungguh terpesona dengan kesan pertama Chef Jihan. Bener-bener tipe wanita idaman. Sudah cantik, jago masak pula! Komplet sekali.     

"Oke, thank you Chef!" Junet tersenyum dan sedikit menganggukkan kepala ke Jihan. "Dan saya harap, kalian semua nanti bisa berkoordinasi dengan Chef Jihan untuk bisa membuat bakery ini lebih baik lagi. Oke, I think it's enough... kita akhiri meeting sore ini dan kalian boleh meninggalkan kantor. Bagi yang shift, silahkan lanjutkan bekerja!"     

Seluruh staff membubarkan diri dan meninggalkan ruangan. Setelah memastikan tidak ada satu orangpun staff lain diruangan ini, Junet berjalan mendekati assiten barunya itu.     

"You look so preety!" Pujinya. Gadis yang mendapat pujian itu tersenyum malu-malu.     

"Thanks Junet, lo udah memberi kesempatan baru di kehidupan gue! Akan gue pergunakan sebaik mungkin."     

Gadis itu berjalan mendekati jendela diujung ruangan dengan langkah pasti. Pandangannya jauh menatap gedung-gedung tinggi yang menghiasi Jakarta.     

"Amora sekarang udah gak ada... sekarang, gue Jihan! Amora udah mati bersama masa lalunya!"     

Junet bertepuk tangan, salut dengan semangat dan penampilan baru Amora yang dirombak habis. Jangan sampai ada satu makhlukpun di bumi ini yang mengenali kalau Jihan adalah Amora. Pun sebaliknya, tidak ada boleh yang curiga kalau Jihan adalah Amora.     

Amora dan Jihan.     

Keduanya memang satu raga, namun tentu dengan peran dan tampilan yang berbeda. Hasil merenung Junet tempo hari setelah tahu kisah pilu Amora dan sadar bahwa gadis itu dalam bahaya, akhirnya mereka berdua sepakat bahwa sosok Amora harus 'dilenyapkan'.     

Tentu saja bukan dengan membuat Amora meninggal, itu sangat sadis. Namun gadis itu harus berubah, menjalani peran lain, menghapus cerita sedih dimasa lalu, dan membuka lembaran baru hingga ke masa depan. Junet yakin, jika masih dengan sosok Amora yang sama, pasti nanti suami gadis tersebut akan dengan mudah menemukannya. Dan apalah Junet yang tidak memiliki kekuasaan yang besar, pasti akan dengan mudah disingkirkan suami Amora. Tapi jika gadis itu berubah penampilan dan profil, pasti akan lebih sulit bagi suami Amora untuk melacak keberadaan gadis itu.     

Dan Amora, gadis itu langsung setuju begitu Junet memberikan idenya. Biar bagaimanapun, alasan-alasan Junet adalah benar. Lagipula, dia tidak punya siapa-siapa lagi di negeri ini. Untung saja dia terlahir dari keluarga kaya raya, sehingga semuanya bisa dengan mudah didapatkan, termasuk merombak total penampilannya. Amora tidak munafik, meskipun tajir, dia juga ingin hidup tenang tanpa diganggu oleh suami yang seperti psikopat dan maniak itu. Apalagi, dia punya niat terselubung ingin kembali kepada Reyhan tanpa Junet ketahui. Pasti akan sulit mendapatkan Reyhan jika Amora diganggu bayang-bayang Suaminya.     

"Selamat datang di kehidupan lo yang baru, Moy!" Junet sekarang berjalan mendekati gadis itu ke sudut ruangan, "Meskipun gue sedikit membohongi staff gue, tapi gue harap lo tetep kerja secara profesional disini. Kita saling bantu, oke?"     

Amora menangguk. Apa yang dipaparkan Junet barusan dihadapan para staff bakerynya memang tidak seratus persen mengada-ada. Gadis itu memang pernah ikut kelas memasak bertahun-tahun di America sana, sembari kuliah dulu. Dan jangan ditanya, Amora ini memang jago masak dari masih kecil. Kalo umumnya anak kecil hobi main kelereng, petak umpet, main boneka ataupun main masak-masakan, Amora kecil akan lebih senang memasak sungguhan! Yah, namanya juga tajir, pasti di rumahnya buanyak banget koki handal yang akan dengan sabar mengajarkannya memasak. Dan dasarnya juga berbakat plus ditunjang duit yang cukup, jadilah dia sekarang chef abal-abal.     

Kenapa abal-abal? Ya, karena dia emang bukan chef sungguhan, tapi kalau mau diadu masak, dia jago banget. Pernah jadi assiten chef Rogando? Yup, itu benar. Tapi gak lama, karena Amora gak akan diizinkan fokus di dunia masak-masak sama orang tuanya. Gadis itu kan disiapkan untuk jadi pebisnis. Apalagi dulu dia digadang-gadang bakalan jadi nyonya Reyhan Deandra. Cocok bangetlah mereka berdua pada zaman itu. Zaman dimana sebelum negara api menyerang.     

"Tentu gue gak akan mengecewakan lo, Jun. Gue sebagai Jihan, akan bantu lo untuk membangun bisnis bakery ini. Sekali lagi, terima kasih banyak!"     

******     

"Semoga di lain waktu, saya dan Cinta bisa bertemu pak Reyhan dan bu Dara lagi!" Ucap Rangga. Reyhan mengangguk-angguk yakin.     

"Tentu, tiap bulan nanti saya akan kontrol kesini. Saya harap kamu bisa memegang amanah ini dengan baik Ga!"     

"Pasti, Pak! Terima kasih banyak bapak sudah merelakan banyak hal sehingga Prillin Company bisa bangkit seperti sekarang. Mendiang kakek pasti sangat bangga dengan kerja keras dan dedikasi bapak!"     

Cowok itu tersenyum. Reyhan menyeruput coffeenya yang masih hangat. Masih ada waktu sebelum pergi ke bandara. Hari ini adalah hari kepulangan mereka ke Jakarta. Bersiap untuk memulai rutinitas yang super padat, tapi dengan suasana yang berbeda pula. Tidak dipungkiri, hubungan Reyhan yang semakin membaik dengan Lenny akhir-akhir ini membuat mood Reyhan ikut baik pula. Cowok itu bahkan bisa senyum sendiri sepanjang hari, mengingat aksi gilanya di Cappadoccia. Gila, gimana mungkin dirinya bisa senekat itu? Untung saja cintanya tidak bertepuk sebelah jidat. Ya, meskipun Lenny belom menyatakan perasaan cintanya, baru perasaan sayang doang. Tidak apalah, itu juga sudah cukup bagus kok. Kedepan, akan dia buat cewek itu jadi yang ngejar-ngejar dia. Marilah kita buktikan saja nanti!     

Sementara dari dalam, terdengar sayup-sayup suara Lenny yang berpamitan pada Uncle Joe, Aunty Gulya dan anak-anak mereka yang masih berusia SMP. Ternyata Aunty Gulya punya dua anak lelaki yang tampan-tampan. Wah, selama ini tidak pernah dikenalkan. Giliran sudah mau pulang, barulah mereka berdua muncul.     

"Thank you very much, Uncle and Aunty! Iam grateful to have you here. See you next time!" pamit Lenny dengan sangat sopan. Tak lupa pula, gadis itu mencium tangan Uncle Joe dan Aunty Gulya secara bergantian. Udah kayak pamitan sama Mami nya di kampung saja dia.     

"You're too cute, Dara. Oke let me to talk in Bahasa. Se.. moga.. ka..mu.." Aunty Gulya mengintip handphonenya "Ce..pat.. punya baby! Yes!" Wanita paruh baya itu bersorak penuh kemanangan ketika selesai berbica dalam bahasa Indonesia, meskipun terbata-bata dan ngintip mbah gugel.     

"Please pray for Reyhan and me, Aunty!" Lenny tersenyum. Kemudian gadis itu memeluk aunty Gulya dengan sangat erat. Dia sedih karena mereka akan berpisah dan gak tahu kapan akan ketemu lagi. Tapi disatu sisi Lenny juga senang pulang ke Jakarta. Yah begitulah, setiap pertemuan pasti ada perpisahan.     

"I will always pray for your happiness. Please send our regards for Lita, Danu, and our little Sarah."     

"Of course Aunty!"     

Lenny melepaskan pelukannya dan segera bertoast ria dengan dua jagoan Aunty Gulya. Selesai pamitan, gadis itu bergegas menyeret koper mereka hingga di ruang tamu, tempat Reyhan dan Rangga berada.     

"Udah siap, Sayang?" tanya Reyhan begitu mereka berlima muncul. Lenny mengangguk. Reyhan segera bangkit dari sofa. Pun dengan Rangga yang akan melakukan tugas terakhirnya mengantarkan Boss itu ke bandara. Kali ini Cinta terpaksa absen ikut karena sedang mengalami mual hebat akibat kehamilannya.     

Reyhan segera berpamitan pada keluarga Uncle Joe, tentu dalam bahasa Turkey yang susah untuk Lenny mengerti. Intinya cowok itu meminta maaf bila selama mereka disini banyak merepotkan keluarga Uncle Joe. Reyhan juga meminta Uncle Joe untuk selalu mejaga rumah ini karena ini adalah peninggalan mendiang kakek yang amat berharga.     

Setelah acara pamit-pamitan selesai. Keluarga Uncle Joe mengantarkan Reyhan, Lenny, dan Rangga sampai ke pintu depan. Mereka melambaikan tangan hingga mobil Rangga menghilang di tikungan rumah, yang tersisa hanya jejaknya saja.     

Sampai disini diam-diam Aunty Gulya merasa lega. Biar gimanapun, perjuangan mereka untuk Lenny dan Reyhan tampaknya agak berbuah manis.     

Wanita paruh baya itu ingat betul, bagaimana tingkah Reyhan dan Lenny saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini. Udah mirip kayak kucing dan anjing yang selalu bertengkar. Mana mereka pakai acara pisah kamar segala, lagi.     

Dari mana aunty Gulya tahu? Tentu saja karena sejak awal mereka datang Aunty Gulya sebenarnya sudah ada di rumah ini. Namun wanita paruh baya itu memberikan isyarat diam karena akan membuat surprise untuk Reyhan dan istrinya. Aunty Gulya sangat menyayangi Reyhan seperti ia sayang ke anaknya sendiri. Dulu, Aunty Gulya sangat dekat dengan mendiang ibu kandung Reyhan. Jadi wajar saja dia juga merasa dekat dengan cowok itu.     

Dan betapa terkejutnya Aunty Gulya, meskipun dia gak pandai mengucapkan kata dalam bahasa Indonesia, tapi sedikit banyak beliau tahu artinya ketika ada orang berbicara dalam bahasa Indonesia. Karena itulah, Aunty Gulya tahu hubungan Reyhan dan Lenny itu gak baik-baik aja. Pasutri macam apa yang memutuskan tidurnya terpisah? Tentu ini tidak bisa dibiarkan!     

Itulah sebabnya, saat itu juga Aunty Gulya mengumpulkan dua anak cowoknya untuk menyusun strategi menyatukan Lenny dan Reyhan dalam satu kamar. Jadilah karena tidak mungkin bertindak sendirian, Aunty Gulya turut menyeret sang suami untuk terlibat dalam misi yang mulia ini. Daripada nanti ketahuan sama suami dan Reyhan kan? Lebih baik ikut dilibatkan saja.     

Tanpa Reyhan dan Lenny tahu, dua anak Aunty Gulya itu jago banget main piano. Suara orang memainkan piano ditengah malam yang didengar Lenny saat mati lampu, tentu saja itu berkat jari jemari anak aunty Gulya yang memainkannya. Suara benda jatuh dan pecah malam itu? Itu adalah ulah Aunty Gulya sendiri. Dan bagaimana mungkin listrik di rumah kakek itu bisa konslet? siapa lagi pelakunya kalau bukan Uncle Joe.     

Dan pria paruh baya itu sengaja banget alasan lama di telpon Reyhan, dan berbohong bahwa tukang listriknya akan lama membenari listrik yang konslet di rumah mereka. Tentu saja rekayasa ini dilakukan agar Reyhan dan Lenny tidur berdua. Plus lagi nih, biar istri Reyhan itu gak akan berani macem-macem lagi di rumah ini. Nekat tidur sendiri? Tunggu saja sampai keluarga itu membuat Lenny lebih jera.     

Tapi manisnya, gadis itu sudah langsung kapok. Padahal nih, Aunty Gulya sudah menyiapkan plan B jika plan pertama mereka mengerjai kedua sejoli itu gagal. Malahan dia punya scene yang lebih mak nyus yang kalau dieksekusi, akan ngebuat Lenny bener-bener gak bisa jauh dari Reyhan. Bener-bener satu keluarga yang terniat!     

Tapi kini, mereka semua bisa bernafas lega. Karena sejak pulang dari Cappadocia, mereka bisa melihat bibit-bibit cinta itu mulai terpupuk dan semakin subur. Malahan Aunty Gulya jadi mesem-mesem sendiri ada bekas tanda cinta yang kecil banget di leher Lenny, hingga gadis itu sibuk menutupinya dengan syal dileher. Benar-benar seorang amatir sejati. Padahal kan bisa ditutupi dengan foundation, betul gak bu ibuu?     

"I believe someday both will come back here with their babies.." ucap Aunty Gulya pelan.     

*****     

Kabar akan pulangnya Reyhan ke Indonesia juga sudah di dengar oleh perusahaan tempat Reyhan bekerja, Deandra Group. Maka pada hari ini, seluruh staff di lantai sebelas sibuk berbenah diri. Beberapa bulan pasca ditinggal boss itu, mereka tentu lebih santuy dan longgar. Gak seperti biasanya yang tegang banget dan kudu perfect. Dan mau gak mau, sekarang mereka akan kembali ke rutinitas awal mereka, satu lantai dengan boss super duper perfectionist itu.     

Fio yang paling pusing. Dia kudu pinter-pinter ngatur jadwal Reyhan yang sudah sangat padat merayap kayak jalanan ibukota. Jangan sampai dia salah, atau boss itu akan mengeyahkannya. Fio tahu betul karakter Reyhan dalam bekerja gimana. Tapi dia suka juga, karena itu memang worth it banget dalam pencapaian target perusahaan. Dan apalagi boss nya itu cakep. Kalo orang cakep sih bebas...     

Lagi sibuk-sibuknya mendekorasi ulang ruangan kerja Reyhan, mendadak gadis itu dikejutkan oleh seseorang. Seseorang yang tentu sudah sangat dia kenal. Tapi kok... agak berbeda ya?     

"Hi girl. What's up?"     

Fio memperhatikan sosok yang berdiri dihadapannya from head to shoe. Bener nih, gak salah lagi! Pikir Fio.     

"Pak David?" gadis itu menaikkan satu alisnya. Cowok itu terkekeh.     

"Oh, c'mon! Why girl?! Kenapa lo ngeliat gue sampe begitu?" David menyilangkan kedua tangan di depan dada. Fio menelan ludah. David sekarang tampak sangat kurus. Pasti cowok ini banyak pikiran pasca perceraian kedua orang tuanya. Tapi tetep ganteng kok, apalagi sudah tercium aroma-aroma uangnya. Semakin ganteng mempesona.     

"Gak kenapa-kenapa. Bapak tambah ganteng saja!" ucap Fio jujur. Ya bener ganteng, cuma agak nyusut aje.     

"You're lying!" David segera duduk di sofa tamu Reyhan tanpa permisi dan basa basi, "Cara lo ngeliat gue itu kayak lagi ngeliat residivis narkoba tau! Memang gue segitu kurusnya ya?" Seolah tahu apa yang dipikirkan Fio, David meminta penjelasan. Fio jadi deg-degan. Wah, jangan-jangan David ini dukun lagi. Kok bisa ngerti sih apa yang dia pikirkan?     

"Ah, bicara apa pak David ini?!" Fio tersenyum canggung "By the way, bapak cari siapa disini?"     

"Ya cari sohib gue lah!" Ucap David cepat, "Mana dia? Lagi meeting? Atau lagi ketemu client?"     

"Loh.. memangnya pak David gak tahu ya?" Fio balik bertanya. David menaikkan satu alisnya.     

"Tahu soal apa? Gue udah lama gak di Indonesia dan gak pakai sosial media. Any something wrong with Reyhan?"     

Fio berjalan ke arah meja kerja Reyhan. Gadis itu dengan cepat membersihkan meja boss nya yang agak berdebu dan setelah bersih segera menyemprot meja itu dengan parfum kesukaan Reyhan.     

"Pak Reyhan kan di Turki, pak. Ekspansi bisnis ke perusahaan kakeknya. Sudah lama beliau di Turki."     

David tertegun. Wah, kudet sekali dia selama bersemedi mencari ketenangan. Blass gak tahu info apapun soal sahabatnya. David terlalu fokus dengan dirinya sendiri.     

"Oh really? Itu bagus banget! Kapan anak itu mau pulang kesini?"     

"Lusa beliau sudah masuk kantor lagi pak."     

"Good! Gimana kalau kita siapkan party untuk menyambut kepulangan Reyhan? Gue bakal sewa satu club bagus Jakarta, setuju?"     

Fio tersenyum kikuk. Nada bicara cewek itu mulai ragu.     

"Kayaknya jangan sekarang deh pak. Begitu masuk, Pak Reyhan mau buat konferensi pers pasca pernikahannya. Dia mau mengenalkan istrinya ke publik!"     

"HAAA?! APAAAA?!"     

Hampir saja David tersedak mendengar kabar mengagetkan itu. Bajigur! Jadi sohibnya itu udah kewong alias nikah tanpa sepengetahuannya? Benar-benar sahabat yang sangat durhaka!     

"Reyhan Nikah??!" David mengulang pernyataan Fio, seolah tak percaya. "Sama siapa? Apa Amora balik lagi ke dia?!"     

"Nah, kalo itu saya kurang tahu, Pak!" Jawab Fio cepat, "Emangnya selain sama mbak Amora, pak Reyhan tuh deket sama siapa sih, pak?"     

"Lah mana gue tahu, kan elo sekertarisnya!"     

"Tapi kan bapak sahabatnya!"     

"Ck!" David berdecak. Sialan, ternyata Reyhan ini main halus. Diem-diem tanpa banyak omong, udah nikah aja dia. Tapi sama siapa sih? Serius, David beneran bingung. Dia tahu betul Reyhan ini bukan tipikal cowok yang akan mudah jatuh cinta. Satu-satunya cewek yang telah sukses membuat sohibnya itu patah hati akut ya cuma si Amora. Wajar aja sih, sembilan tahun pacaran, men! Pake acara kandas pula!     

Apa jangan-jangan, Reyhan balikan sama Amora terus mereka langsung menikah ya? Pikir David. Wah, gak bisa dibiarin nih. Siapapun cewek yang udah dinikahi Reyhan, pasti cewek itu bukan cewek sembarangan. David yakin sama sohibnya itu. Dan biar telat sekalipun, David bertekad akan memberikan surprise untuk keduanya!     

"Oke, kasih tahu gue jam berapa Reyhan sampai dari Turki!" ucap David pada Fio.     

*****     

Finding author on instagram @bellezalen     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.