KEMARAHAN AMORA (PART 3)
KEMARAHAN AMORA (PART 3)
Dari cekalan tangannya, David bisa merasakan bahwa sekujur tubuh gadis itu sedang gemetaran hebat. Entah mungkin karena Amora sedang mabuk atau apa, yang jelas David serta merta menarik tangan gemetaran itu hingga Tubuh Amora masuk dalam pelukannya.
Kembali, mereka berdua bertatap-tatapan cukup lama, bak sebuah adegan dalam sinetron. Amora masih tetap sama dengan Amora yang dulu dia kenal. Gadis itu begitu cantik dan menawan. Sorot matanya yang indah, benar-benar David kenal cukup lama. Beberapa tahun mereka mengenyam pendidikan di luar negeri, baik Reyhan, Amora maupun David, tentu selalu menghabiskan waktu bersama-sama. Terlebih karena Amora adalah pacar Reyhan waktu itu, sahabatnya yang termasuk kategori budak cinta tentu sering melibatkan Amora dalam berbagai kegiatannya.
"Apa kabar Moy?" tanya David dengan suara yang dipaksa tenang. Mata Amora kembali berkaca-kaca. Gadis itu tak kuasa lagi menahan rasa sedih dan luka yang sedari tadi dibendung.
Sontak saja Amora menangis. Gadis itu memeluk David erat-erat dan menangis tersedu-sedu dalam pelukannya Biar gimanapun, David itu seperti sahabat bagi Amora. Jadi sudah pasti pelukannya memberikan rasa aman baginya. Gadis itu juga kembali terngiang tentang kenangan mereka pada waktu itu. Ah, andai saja semuanya bisa diulang. Lagi-lagi, Amora kembali menyesali sikap gegabahnya yang telah mencempakkan Reyhan begitu saja hingga membuat semua kisah ini hanya tinggal kenangan.
"Gimana bisa.. hiks.." gadis itu terbata-bata, "Gimana bisa lo kenal sama gue.. Vid? Hiks hiks.. Gue udah gak seperti dulu.."
David mengelus-elus rambut Amora. Cowok itu sadar ini adalah tempat umum, tidak mungkin mereka akan berbicara penuh privasi di tempat umum seperti ini. Oleh karena itu, David berinisiatif membawa Amora ke tempat lain. Cowok itu melihat ada tempat duduk disebuah sudut ruangan caffe. Langsung saja tanpa basa basi, David menggandeng Amora ke sofa dipojokan. Dia harus tahu apa yang sedang menimpa mantan kekasih sahabatnya itu hingga nekat melakukan operasi olastik dan mabuk sendirian seperti saat ini.
David memberikan sebotol air mineral kepada Amora. Namun gadis itu memang sudah setengah mabuk, hingga emosinya sulit dikontrol. Amora terlihat gelisah bukan main, dan tidak nyaman dengan posisinya sendiri
"Gue pusing banget Vid..." ucap Amora setelah tangisnya mereda. "Gue.. gue pengen mati aja! Gue.. capek sama hidup yang seperti ini!"
"Lo ngomong apa sih Moy?!" David mengerutkan dahi. Bisa-bisanya anak satu ini hopeless sama hidup sendiri. "Gue anterin li pulang aja ya? Dimana lo tinggal sekarang? Masih di tempat lama nggak?!"
Amora seketika menggeleng-gelengkan kepala. Mesikpun sedang fly, dirinya masih ingat bahwa keadaan sekarang sudah jauh berbeda. Gak bisa lagi David bebas antar jemput dia pulang pergi seperti dulu, apalagi sampai ke apartemen tempat tinggalnya.
"Gue bisa pulang sendiri!" tolak Amora dengan tegas. Gadis itu menekan-nekan pelipisnya. Rasanya pusing sekali.
"Lo lagi mabok gini, bahaya bawa mobil sendiri!"
"Gak usah peduliin gue, Vid! Gue udah hancurr.. gue bukan Amora seperti yang dulu lo kenal! Gue hanya pecundang!"
Amora kembali menangis kemudian segera bangkit dari sofanya. Belum sempat David mengintrogasi wanita itu sampai ke akar-akarnya, malah sang narasumber sudah kabur duluan meninggalkannya. Amora berjalan dengan langkah sempoyongan kesana kemari, tak jarang dirinya menabrak pengunjung club malam yang lain. Hingga membuat semua mata tertuju pada dirinya dan David yang ikut membuntuti dibelakang.
Semua mata pengunjung club seolah-olah menuduh David adalah pelakunya. Dari tatapan mereka, David yakin betul dalam hati mereka semua murka dan ngatain David sebagai lelaki tidak bertanggung jawab yang membiarkan seorang wanita mabuk berjalan sendirian, sambil menangis pula. Pasti wanita itu adalah korban dari buaya buntung macam David, begitu pikirnya.
"Eh... Eh bukan gara-gara saya! Bukan perbuatan saya!" kata David mencoba menjelaskan. Namun sepertinya sia-sia karena orang-orang terlanjur menuduh David lewat tatapan matanya.
Terpaksa cowok itu membiarkan Amora tetap berjalan sempoyongan hingga keluar pintu club. David yang jadi gemas sendiri langsung saja mengamit lengan gadis itu dan membawa paksa ke dalam mobilnya.
"Vid.. lepasin gue!" pekik Amora. Tapi David tidak menghiraukan. Buru-buru David mengangkat wanita langsing itu ke jok sebelahnya, lalu dirinya ikut masuk ke mobil dan mengunci pintunya, bersiap tancap gas.
"Lo mau bawa gue kemana?"
"Gue anter lo pulang sekarang!"
"Enggak perlu, gue juga bawa mobil!"
"Lo lagi mabok, Amora! Gue gak mungkin biarin lo nyetir dalam keadaan mabuk, itu bahaya!"
"Persetan sama semuanya! Gue udah capek Vid..."
Amora menyenderkan kepalanya ke jok mobil, tangisnya kembali menyeruak. Batin gadis itu sungguh lelah dengan semua ini. Dirinya kembali marah, marah pada takdir. Dia marah pada keadaan, dia marah dengan dirinya sendiri. Kenapa, kenapa semua ini harus terjadi padanya?
David menghela nafas, tidak tega melihat wanita yang dulu pernah dikagumi dan disukai jadi melempem kayak kerupuk kesiram aer gini. Dulu, Amora adalah sosok wanita yang sangat ceria, elegan, pintar, penuh semangat, dan energic. Mirip-mirip gitu sama si Lenny dimata David. Tapi masih menurut David loh ya, Lenny jatuhnya lebih kece karena multitalent dan pekerja keras. Beda kasta mungkin, karena Amora berasal dari keluarga tajir mlintir jadi anak itu menurut David lebih agak manja.
Tapi hari ini, keadaan gadis itu berubah seratus delapan puluh derajat, benar-benar kondisinya sangat menyedihkan dari yang David kenal! David bahkan tidak habis pikir seorang Amora sampai berkata ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Entah setan apa yang merasukimu!
"Lo tenangin diri lo dulu, kita pergi dari sini sekarang!"
David yang tidak ingin memperpanjang masalah, langsung menginjak pedal gasnya. Meninggalkan area club malam dan membawa Amora ke tempat yang lebih aman.
*****
"Mbok, tolong buatkan teh jahe hangat untuk teman saya!" pinta David pada mbok Yah. Wanita paruh baya itu kaget bukan main di jam tengah malam begini, David pulang ke rumah membawa seorang anak gadis, dalam kondisi mabuk pula! Ini rekor terburuk yang pernah mbok Yah lihat sepanjang menjaga rumah ini.
"Ba.. baik Den!" jawabnya. Mbok Yah segera balik badan dan keluar kamar.
"Sama bawain selimut ya Mbok!" pekik cowok itu lagi. Dia bersuara lebih kencang agar mbok Yah yang telah berusia senja itu kedengaran dari luar. Dan tidak disangka, suaranya itu membangunkan Amora yang sedang tertidur.
Sepanjang perjalanan dari club malam hingga ke rumah David, tidak ada pembicaraan khusus yang terjadi diantara keduanya. Amora yang lelah menangis dan pusing berat, tiba-tiba saja tertidur di jok mobil David. Dan David, sama sekali tidak mengetahui dimana alamat gadis itu. Oleh sebab itu, David mau tak mau membawa Amora pulang ke rumahnya, daripada dia nunggu Amora sadar dulu dari kondisi mabuk, itu akan membutuhkan waktu yang lama.
Sebenernya, bisa saja David mengantarkan Amora ke penginapan dekat Club lalu pulang ke rumah. Tapi nih, sebagai cowok sejati gak mungkin juga David melakukan hal itu. Lagi pula, Amora sedang dalam kondisi terpuruk dan nyaris depresi. Pasti dia sekarang membutuhkan sosok teman untuk berbagi. Biar gimanapun, mereka dulu sangat-sangat akrab, jauh sebelum negara api menyerang. Jadi David merasa ada beban moril dan tanggung jawab untuk menemani Amora.
"Gue pusing banget Vid, gue ngefly rasanya melayang-layang ke udara..." Amora mulai berbicara ngaco. David tahu betul gaya cewek ini saat mabok. Dulu sekali nih, pas bertengkar sama Reyhan dan pas lagi galau, Amora akan minum minuman beralkohol sebagai bentuk pelarian. Dan sudah pasti, yang menyaksikan kejatuhannya saat mabuk itu adalah David. Sebetulnya, mereka semua sering minum-minuman beralkohol. Tapi ya dalam batas wajar, sedikit saja. Kalau sampai mabuk sih, David jarang banget. Hitungan jarilah. Sedangkan Reyhan, hampir gak pernah mabok karena tahu takaran kesanggupan tubuhnya mengkonsumsi minuman itu. Jadi masih dalam batar wajar.
"Haaha hahahha hahaaha gila... kenapa sih gue gini, gue itu sebenernya cantik kan Vid?! Iya kan?! Gue seksi kan? Gue mempesona kann?!"
Amora duduk bersandar ditembok kamar tamu. Rambutnya sudah acak-acakan sekarang. Bener-bener gak karuan bentuknya. David tidak menanggapi ocehan itu. Dirinya fokus memandangi kejatuhan Amora. Dia pikir, setelah mereka lulus kuliah, dia tidak akan pernah lagi melihat hal seperti ini. Ternyata, dugaannya salah. Hari ini, kondisi itu kembali terpampang nyata di depan wajahnya.
"Gue cantik kok.. tapi kenapa nasib gue gak secantik muka gue ya? Kenapa sih? Hahahah ahhahaa ya Tuhannnn...." gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya. Kemudian menoleh kearah David yang duduk dikursi, "Kenapa Vid? Lo tahu gak jawabannya kenapa bisa begini?!"
"Kenapa lo operasi plastik?" tanya David tiba-tiba. Mendengar pertanyaan itu, Amora kembali terkekeh. Dirinya yang sedang mabuk benar-benar gak punya adab dan etika lagi.
"Operasi? Gue? Gue gak operasi, cuma make over sedikit kok. Sedikiiitttt doang!" Amora memicingkan matanya sambil menempelkan ibu jari dan telunjuknya, lalu menunjukkan pada David. "You know? Dikit nih segini nih..."
"Dimana lo oplas?! Jepang?!" tanya David lagi. Amora mengangguk-angguk sambil tersenyum kayak orang sebleng.
"Moy, terkahir gue denger, lo bukannya mau nikah ya sama pengusaha di Jepang?"
"Nikah? Hahhahahaha Nikah? Nikah?!" Amora menepiskan rambut yang menutupi wajahnya, "Gue udah nikah kalik! Tapi.. gue udah lama cerai! Gue gak sukaaakkk! Guee gak sukak sama lelaki itu!"
"Kenapa gak suka?!" David yang sudah dirundung rasa kepo akut tetap ingin memancing informasi dari Amora. Sekarang, saat ini juga dia ingin gadis itu 'bernyanyi' untuknya. David pengen tahu apa yang sebetulnya menimpa Amora.
"Suami gue jahat... gue dipukul.. huuuu hiks hiks hiks" Amora menangis tanpa air mata. Rasanya dia sudah kekeringan air mata karena menangis terus dari siang tadi.
"Lo dipukul? Berarti dia cowok kasar dong!" David terkejut mendengar itu. Kasihan sekali ternyata nasib Amora ini. "Jadi salah satu alasan lo oplas karena ini? Apa wajah lo babak belur karena suami lo?"
Amora mengangguk lagi. David manggut-manggut.
"Terus setelah cerai, lo memutuskan balik ke Indonesia lagi?"
Amora tidak menjawab. Gadis itu cekikikan sendiri, dan sibuk menggerutu tidak jelas. Persis kayak orang sebleng pokoknya. David jadi makin prihatin melihat kondisi wanita itu. Kasihan banget si Amora, mana masih muda lagi.
"Gue ke Indo karena kangen Reyhan..." ucapnya pelan. Suaranya terdengar memilukan bagi David. Tapi satu hal, cowok itu tahu bahwa Amora masih memikirkan Reyhan.
"Tapi pas gue kesini, ternyata Reyhan... Reyhan udah nikah Vid.. Reyhan tuh... jahat!" Amora menatap David dengan raut memelas, "Kenapa.. kenapa dia tega ninggalin gue Vid?"
Lagi-lagi David terdiam. Dia tidak punya jawaban atas pertanyaan itu karena David sendiri juga tidak tahu alasan Reyhan menikah, bahkan menikahi staffnya sendiri. Sampai hari ini, semuanya masih terasa mimpi bagi David. Lenny yang begitu dia kagumi, lagi-lagi wanita itu tidak ditakdirkan menjadi miliknya, namun milik sahabatnya.
Amora yang sudah lemas menjatuhkan badannya ke tempat tidur. Gadis itu kembali terlelap untuk kedua kalinya. Kini, David tidak akan menganggu tidur Amora lagi. Sedikit informasi yang disampaikan barusan sudah cukup untuk mendeskripsikan apa yang telah terjadi pada Amora. Maka begitu gadis itu terlelap, David segera keluar dari kamar tamu dan menutup pintunya. Amora perlu beristirahat, begitupun dengan dirinya. Begitu banyak peristiwa aneh yang menimpanya hari ini.
****