Terpaksa Kawin

HASRAT



HASRAT

1"Aku punya kejutan buat kamu!" ucap Reyhan penuh antusias. Lenny yang sedang sibuk membantu ART menyiapkan sarapan pagi, bertanya tanpa minat.     

"Apaan?"     

"Tapi aku main sulap dulu ya!" Reyhan mengambil ancang-ancang untuk aksinya. Cowok itu mengambil dua buah mangkuk putih dan meletakkannya dengan posisi terbalik diatas meja makan. Di jam segini, entah tumben sekali Papa Danu dan Mama Lita belum turun ke bawah. Biasanya mereka berdua sangat rajin untuk ikut sarapan pagi. Sementara si Sarah, sepertinya tidak ikut sarapan karena masih asik tidur.     

"Nih aku ketok ya! Bim salabim jadi apa, prok prok prok! Nah hayo pilih mana?" Reyhan mengetuk-ngetuk dua mangkuk tersebut. Lenny mengerutkan dahi.     

"Kamu mau ngasih surprise atau mau jadi pak Tarno sih Rey?!"     

"Yaelah Istrik, pilih aja dulu! Ayo, yang mana?!" tanya Reyhan gak sabaran.     

Sebetulnya Lenny malas sekali ngikuti kemauan Reyhan buat main begini. Tapi akhirnya dipilih juga salah satu mangkok putih tersebut. Reyhan terkekeh.     

"Udah siap liat hasilnya?!" tanyanya lagi. Lenny tidak menjawab. Apa-apaan sih Reyhan ini.     

"Satu.. dua.. ti..ga! Ta daaaa!" Reyhan segera membuka mangkok putih yang tunjuk istrinya itu. Ternyata di dalamnya terdapat sebuah kertas putih beramplop. Wah ini, Lenny baru bersemangat nih! Apakah amplop itu berisi uang segepok? Apakah dia akan mendapatkan cuan fresh dipagi hari?     

"Wahh, duit nih?!" Lenny langsung merebut amplop itu dari tangan Reyhan. Kontan saja Reyhan mencibirnya.     

"Kalo urusan duit aja cepet lu!"     

Lenny tidak peduli dengan cibiran itu. Langsung saja dengan semangat tinggi, dirinya membuka amplop putih itu dan menemukan secarik kertas didalamnya. Buru-buru Lenny membaca tulisan dalam kertas putih itu.     

"SELAMAT, ANDA MENDAPATKAN PAKET LIBURAN KE BALI BERSAMA KAKANG MAS REYHAN DEANDRA! LELAKI YANG PALING GANTENG DI KOMPLEK RUMAHNYA!" Lenny menaikkan satu alisnya, nyaris emosi dengan kalimat-kalimat itu, "Hah? Paling ganteng di komplek rumahnya? Gak salah nih?!"     

"Ya nggak dong!" cowok itu bersiul keras. Seketika ART yang sedang membantu menyiapkan sarapan pagi, ikut tersenyum-senyum melihat tingkah dua sejoli itu.     

"Kata siapa lo paling ganteng di komplek ini?!"     

"Kata nyokap gue lah!"     

"Dih, emang mama Lita pernah bilang gitu?!"     

"Ya sering bangetlah! Emangnya elo, gak pernah muji gue sedikitpun?" protes Reyhan. Lenny terkikik geli. Iya juga sih, kalau dipikir-pikir memang Lenny nyaris gak pernah muji suaminya. Tapi nih, dalam hati kan sebenernya dia sering muji, cuma gak diungkapkan aja dengan kata-kata.     

"Oke deh, suamiku yang paling ganteng sekomplek katanya... ini beneran aku dapat tiket liburan ke Bali?!" Lenny berlagak seolah-olah ini adalah sesuatu yang menakjubkan, "Wow, fantastis.. luar biasa! Terima kasih banyak ya, kakang mas Reyhan Deandra!! Anda sungguh mantap!" gadis itu mengacungkan dua jempolnya. Reyhan jadi geli mendengar kalimat yang dipaksakan itu.     

"Ah, pasti terpaksa nih mujinya!" Cibir dia lagi, "Btw, kamu gak mau liat nih isi mangkuk yang satu lagi?" tanya Reyhan. Lenny melipat tangannya didepan dada.     

"Coba dibuka apaan isinya!"     

Langsung saja cowok itu membuka isi mangkuk putih satu lagi yang ternyata adalah dua buah tiket pesawat yang sudah dipesan Reyhan. Wah, bener-bener udah prepare banget nih suamik!     

"Kita naik pesawat komersil?" tanya Lenny surprise. Reyhan mengangguk yakin.     

"Lagi bosen naik jet pribadi, biar rame-rame sama yang lain juga. Pasti lebih seru kan?"     

"Wah boleh juga sih ini! Jadi kapan kita berangkat ke Bali nya?!"     

"Besok.."     

"Waw.. siapose yang mau ke Bali Rey?     

Suara mama Lita memecahkan diskusi diantara Lenny dan Reyhan. Wanita sosyelitaa itu menuruni anak tangga terakhir dengan sukses. Dirinya datang sarapan dengan masih memakai baju tidur, namun anehnya, wajahnya sudah penuh makeup.     

"Reyhan ma, tapi sekalian ngajak Dara. Lumayan kan, kerja sekaligus liburan bareng istri!"     

Mama Lita mengangguk-angguk setuju, "Nah bagus itu! Kalian berdua memang harus sering-sering quality time bareng. Biar mama cepet punya cucu..."     

Seketika Reyhan dan Lenny saling pandang, keduanya langsung terdiam. Mama Lita yang gak tahu bibit permasalahan rumah tangga mereka, semakin mengompori keduanya.     

"Kalian tahu gak, itu loh Bu Wati Astutik yang temen arisan berlian mama.. Duh, anaknya itu yang perempuan udah hamil lagi! Jadi sekarang cucu Bu wati udah mau tiga, Rey! Wah, padahal kan yang kemaren baru lahir ya? Belom ada setahun mama liat bayinya.." Mama Lita mulai bercerita ala ibu-ibu rumpi komplek, "Masa anak mama kalah sih sama anaknya Bu Wati. Mama kan juga jadi iri hati dan dengki Rey!!"     

Mendengar itu ekspresi wajah Lenny yang awalnya ceria berubah menjadi sedih. Ini semua gara-gara dirinya, mama Lita jadi belum bisa menimang cucu. Boro-boro nimang cucu, unboxing sama anaknya juga belum!     

"Mana katanya yang ini anak kembar lagi! Duh gemes kan? Kalo mama nih ya yang punya cucu kembar... Pasti bakalan sibuk banget ya! Tapi satu juga gakpapa kok, yang penting ada.. Betul?!"     

Mama Lita semakin mengipas bara. Reyhan yang gak suka dibanding-bandingin mulu sama anak tetangga, mulai buka suara. Tapi kali ini dia memilih posisi netral.     

"Iya ma, ini juga kita berdua lagi berusaha. Mama sabar dulu ya!"     

"Iya mama sabar kok, tapi kamu jangan lama-lama dong Rey! Mama makin hari makin tua nih..."     

"Pasti ma, mama bantu doain ya!" pinta Reyhan, mama Lita mengangguk.     

*****     

Amora mengerjap-ngerjapkan matanya. Gadis itu terganggu oleh sinar mentari pagi yang masuk ke kamar melalui celah-celah fentilasi. Udara pagi yang segar membuat tubuhnya ikut lebih fit. Begitu benar-benar tersadar, gadis itu bingung dimana dirinya sekarang berada.     

Yang pasti, ini bukan apartemen pribadinya. Karena dari arsitektur dan gaya kamarnya juga lain. Tapi dia lupa bagaimana ceritanya dia bisa berada ditempat ini. Seingatnya, semalam dia mabuk berat di club malam, lalu tidak sengaja memecahkan botol minuman beralkohol kelantai karena tangannya dicekal oleh David.     

Tunggu dulu, David?     

Seketika dada Amora berdegup kencang. Jangan-jangan saat ini dirinya berada di rumah sahabat mantannya itu?     

Belum sempat Amora mengatur nafas, mendadak yang ditakutkan muncul membuka pintu. David masuk dengan membawa sebuah nampan berisi susu dan roti untuk sarapan. Sengaja David menyiapkannya sendiri, karena tahu betul Amora semalam tidak sempat makan. Namanya juga mabuk total, otomatis gak nafsu makan lagi.     

"Good morning Moy.." sapa David hangat. Cowok itu bersikap seolah-olah tidak ada sesuatu hal yang terjadi tadi malam, seolah-olah Amora tidak pernah 'bernyanyi' untuknya. "Gimana tidur lo semalam? Nyenyak?"     

Amora tergagap, duh bagaimana mungkin cowok ini mengenalinya?     

"Eng.. ah.. iya gue nyenyak!" gadis itu tersenyum kaku.     

"Good! Gue seneng kalau lo bisa tidur nyenyak di rumah ini!" Ucap David, "Ayo sarapan dulu, gue udh siapin buat lo!"     

Amora mengangguk. Gadis itu meminum susu hangat yang dibawakan oleh David sambil mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi malam tadi.     

Seingatnya, setelah botol minuman itu pecah, David menariknya dan membawanya ke kursi sofa club. Amora menangis karena hampir frustasi, lalu David membawanya ke mobil dan mengantarkan ke rumah ini.     

Ya, Amora mengangguk-angguk. David memang pria yang baik. Setelah diantarkan ke kamar ini, David menyuruh ART nya membuat teh jahe.. tapi setelah itu, apa lagi ya? pikir Amora. Gadis itu berusaha keras mengingat-ingat adegan yang terjadi tadi malam.     

Satu menit..     

Dua menit...     

Dan Hukk!     

Gadis itu terbatuk-batu setelah ingat apa yang telah diucapkan pada David. Sungguh suatu kecerobohan yang besar!     

"Kenapa Moy?" tanya David basa-basi. Mereka berdua sama-sama tahu, apa yang sedang mereka pikirkan tanpa perlu menyebutkan topik pembicaraannya. Amora meletakkan gelas berisi susu hangat yang sudah di minum setengahnya. Gadis itu menatap David lekat-lekat.     

"Lo udah tau semuanya!" ucap Amora dingin. Gadis itu menghela nafas panjang, "Kalau begitu sekarang gue mau tanya, apakah kita masih bersahabat seperti dulu?!" tembaknya.     

"Tentu aja kita bersahabat Moy!" jawabnya cepat. Amora tersenyum kecut.     

"Kalau gitu dengar ini baik-baik Vid, gue kesini hanya untuk Reyhan. HANYA UNTUK REYHAN!"     

David tersentak. Dia kaget dengan kalimat yang diucapkan Amora barusan. David pikir, Amora akan menjadi malu dengan masalalunya dan menghilang dari sini. Tapi, apa ini? Apa maksud gadis itu?     

"Apa maksud lo, Moy? Lo tahu kan Reyhan udah menikah?"     

"Gue tahu, sangat tahu malahan!" jawabnya cepat. "Tapi gue gak peduli, gue akan dapatkan Reyhan... bagaimanapun caranya!" Amora menatap David dengan sorot tajam. Membuat David sampai ngeri dengan ucapannya itu. Bagaimana mungkin Amora akan mendapatkan Reyhan kembali, kisah mereka sudah sangat berbeda sekarang!     

"Lo jangan macem-macem ya Moy.. jangan aneh-aneh!" David coba memperingatkan.     

"Gue gak peduli, akan gue singkirkan siapapun wanita yang jadi istri Reyhan.. bagaimanapun caranya!"     

David semakin tercekat.     

******     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.