Terpaksa Kawin

AYO MEMASAK



AYO MEMASAK

3Reyhan mungkin tidak akan pernah menyangka kisah hidupnya akan menjadi seperti ini.     

Bayangkan saja, bagaimana mungkin pada saat yang bersamaan, di waktu dan tempat yang sama pula, Lenny dan Amora terlihat sangat akrab dan saling melempar senyum?     

Dua wanita itu sangat berarti untuknya. Yang satu adalah sosok wanita yang sekarang paling dicintai, dan yang satu lagi adalah wanita yang pernah sangat dicintai.     

Tidak... tidak mungkin! Reyhan hampir gila rasanya sekarang!     

Diseberang sana, Amora tersenyum sambil melambaikan tangan kearah Reyhan dan Lenny. Lenny juga terlihat tidak keberatan sama sekali, gadis itu juga melempar sebuah senyuman sembari melambaikan tangan ke Amora. Senyuman super duper ramah, tidak terlihat sama sekali bibit-bibit kecemburuan disitu. Reyhan sekarang menggenggam erat tangan Lenny, dan gadis itu mengajak Reyhan untuk segera beranjak pergi.     

"Bye Amora.." Kata Lenny ramah. Diseberang sana Amora mengangguk sambil tersenyum, "Ayo Rey, kita pergi!" ajak Lenny.     

"Tap.. tapi.." Reyhan masih menoleh gak ngerti ke arah Amora dan istrinya.     

"Ayo!"     

"Iya sayang!"     

Cowok itu masih menggenggam erat tangan Lenny sambil berjalan, mengikuti entah kemana kakinya dan kaki istrinya itu akan melangkah. Dalam hati Reyhan tentu sesak, meninggalkan Amora sendirian disana. Ya, meskipun sudah jadi Mantan Terindah kayak judul lagu Raisa, tapi tetap saja hatinya selalu berkecamuk bila mengingat wanita itu. Namun disisi lain Reyhan sadar, ada Lenny sekarang. Gadis itu amat berarti untuknya. Lenny selalu ada untuk dirinya saat ini dan sampai kapanpun, karena memang takdir Tuhan yang menyatukan mereka berdua.     

Amora... kita berhak bahagia dijalan masing-masing! Ucap Reyhan dalam hati sambil terus melangkah beriringan bersama Lenny. Jauh, jauh dilubuk hatinya tentu semua kenangan itu akan selalu tersimpan.     

"Suamik?!" Lenny menepuk-nepuk pipi Reyhan. Cowok itu dalam angannya masih terus berjalan dan bingung. Dia tidak lagi fokus pada sang istri.     

"Suamik bangun! Hey.. nanti kamu telat ke kantor!"     

"HAHHHH??!!"     

Reyhan terhenyak dari tidurnya. Spontan cowok itu mengerjap-ngerjapkan matanya. Nafasnya tersegal-segal, udah kayak habis lari marathon kiloan meter. Begitu tersadar dia langsung melotot, menatap plafon dan memandangi seisi kamar. Cowok itu juga menepuk-nepuk pipinya sendiri. Sakit sih, tapi gak masalah. Berarti yang barusan itu hanya mimpi.     

"Kamu kenapa sih?!" Disebelahnya, Lenny menatap cowok itu dengan kening berkerut. Ini pertama kalinya selama mereka seranjang berdua, Reyhan bangun tidur dengan ekspresi yang aneh. Mana pakai acara nepuk-nepuk pipi sendiri pula. Mungkin Reyhan ini abis mimpi basah kalik ya? Atau mimpi kering? Lenny mulai menerka-nerka dengan full pikiran negatif.     

"Eng.. enggak kok! Gak papa!" Jawab Reyhan cepat. Diam-diam dalam hatinya cowok itu sangat lega. Syukurlah, yang barusan terjadi cuma mimpi belaka. Dia tidak ingin Lenny dan Amora berada pada satu frame bagaimanapun juga. Masa lalu biarlah masa lalu, sekarang mereka sudah punya kehidupan masing-masing.     

"Kamu... pasti abis mimpi basah ya?" tanya Lenny to the point. Cewek itu menatap Reyhan dengan tatapan menyelidik, seolah-olah Reyhan telah berbuat dosa besar.     

Mimpi basah? Enak kali! Lah ini.. mimpi mantan! Ngapain coba si mantan pake mampir segala di mimpi gue? Pikir Reyhan.     

"Nggak kok, ngapain cuma mimpi kalau bisa diwujudkan dalam dunia nyata?!" Cowok itu mulai melancarkan aksinya dengan meraih pinggang Lenny. Spontan saja gadis itu menelan ludah. Wah, ini sih kayaknya dia salah ngomong nih!     

"Rey, udah siang tauk! Ayo bangun deh, nanti kamu terlambat loh.."     

"Jangankan telat, bahkan aku bisa libur sekalian kalau aku mau..." jelas Reyhan tandas. Mata cokelat cowok itu benar-benar mempesona. Membuat Lenny terbius setiap kali tatapan sayunya melihat ke dirinya. Badan cowok itu yang kekar dan kotak-kotak kayak teh, lengannya yang sebesar batang pohon mangga milik tetangga, serta rambut bangun tidurnya yang acak-acakan, benar-benar membuat rasa ini... semakin tidak karuan!     

Jantung Lenny mulai berdegup kencang. Saking kencangnya, udah mau ngalah-ngalahin suara speaker orang hajatan yang hiburannya pakai organ tunggal. Dag dig dug duar. Gadis itu tanpa sadar mengusap pipi Reyhan dengan lembut, sambil matanya yang tidak lepas menatap dua bola mata cokelat Reyhan.     

Sampai sekarang dia masih suka tidak percaya, bagaimana mungkin alur kehidupan bisa membawanya hingga sampai dititik ini. Titik dimana dirinya yang hanya seorang gadis kampung, pada akhirnya menjelma menjadi seorang selebgram, lalu tiba tiba berubah menjadi istri dari Reyhan Deandra, mantan boss yang paling dihindari sepanjang dulu dia bekerja. Boss yang kaku, nyeleneh, suka seenak jidat dan workaholic... sekarang telah menjelma menjadi seorang suami yang baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. Mana setelah diperhatikan dengan saksama, ternyata Reyhan ini cakep banget pula. Lenny sampai gak habis pikir, kemana saja dirinya selama beberapa tahun terakhir hingga tidak menyadari ketampanan paripurna Reyhan. Duh, dia jadi gemes sendiri sekarang melihat tatapan Reyhan yang semakin aduhay mempesona.     

Kenapa... dia bisa ganteng banget sih?! Tanya Lenny dalam hati.     

Pelan tapi pasti, Reyhan mulai menyingkirkan selimut tebal yang menutupi badan toplessnya. Cowok itu semakin mendekat merapat ke tubuh Lenny yang berbaring menghadapnya. Cowok itu juga mulai membelai mesra rambut Lenny yang menutupi wajah bantal gadis itu. Perlahan-lahan wajah keduanya semakin mendekat.. mendekat.. dan mendekat.     

Lenny mulai menutup kelopak matanya. Gadis itu sudah tahu betul apa yang akan dilakukan Reyhan setelah ini. Sebuah morning kiss di pipi mungkin? Atau ciuman hot dibibir? Atau ada hal yang lebih seru lagi? Entahlah, gadis itu pelan-pelan mulai pasrah dengan keadaan ini. Di manyun-manyunkannya bibirnya ketika dia merasakan hembusan nafas Reyhan membelai wajahnya. Dia sangat yakin cowok itu akan mendaratkan sebuah ciuman dibibir mungilnya. Namun tiba-tiba...     

Plak!     

"ADAOWWWW!!!"     

Lenny kaget bukan main. Matanya kontan terbuka lebar, tangannya refleks mengelus-elus dahinya.     

"Nah, ini pelakunya nih! Nyamuk nih, gede bangett!!"     

Reyhan mencimit seekor nyamuk berdosa yang sedari tadi dia pantau mengisap darah di dahi Lenny. Cowok itu tersenyum puas karena si pelaku sudah tewas seketika hanya dengan satu tepukan, gak pake terbang lagi!     

"Ihh.. sakit tauk!" protes Lenny dengan mata mendelik.     

"Heehehehe maap deh! Soalnya kesel banget liat si nyamuknya nemplok dari tadi! Gak tahan pengen nepok!" Reyhan ikut mengusap-usap dahi Lenny. Cowok itu serta merta menenggelamkan gadis itu dalam pelukannya.     

"Aku cium aja deh ya biar sakitnya hilang?"     

"Ihh, gak usah ah! Udah gak mood!"     

"Dih, ngambekan..." Reyhan mulai menoel-noel pipi istrinya. Lenny yang sudah ambyar mood untuk berciuman langsung menyudahi kegiatan pagi yang menurutnya tak berfaedah itu. Gadis itu buru-buru mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.     

*****     

Lenny hampir lupa bahwa hari ini adalah pertemuan pertamanya dengan Chef Junet. Ya, kelas memasak itu akan segera dimulai hari sabtu besok. Dan sebelum memulai kelas memasak, Chef Junet mengajak seluruh peserta untuk perkenalan dulu nih secara singkat, sekaligus demo singkat memasak. Soalnya nih, kan ada pepatah yang mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak cinta. Nah kalo udah gak cinta? Deuh, ribet deh jadinya!     

Chef Junet selalu berpegang teguh pada prinsip "Mendekati secara personal" pada semua peserta kelas memasaknya. Soalnya masih saling berkaitan nih sama pepatah tadi. Kalo udah kenal, kan jadi akrab tuh. Nah kalo udah akrab, jadi enak kegiatan belajar-mengajar memasaknya. Ilmu yang disampaikan Chef pasti bisa terserap dengan baik oleh peserta dan gak jadi kegiatan yang mubazir. Selain itu, peserta juga bisa lebih happy dan rileks saat belajar memasak. Pokoknya, Chef Junet udah tahu betulah seluk beluk dunia perkokian dan bagaimana cara mengajar yang baik dan benar.     

Dan karena Lenny tadi hampir lupa sama pertemuan awalnya dengan Chef Junet, otomatis gadis itu jadi terlambat datang. Mana pakai kena macet dijalanan pula. Maklum, ini kan ibukota coy! Jalanan suka padat merayap di jam genting. Alhasil, gadis itu jadi tergesa-gesa dan langsung menjadi pusat perhatian begitu tiba di ruang pertemuan.     

Chef Junet yang ternyata sedang mempraktekkan demo memasak di depan ruangan sambil perkenalan dengan peserta lain, kontan berhenti begitu Lenny masuk. Gadis itu membuka pintu dengan keras lalu berdiri ditengah-tengah, seperti orang kebingungan. Maklum, di kesempatan ini pula sohibnya si Eriska, gak bisa hadir. Eriska terpaksa abstain karena masih bekerja.     

"Maaf Chef..." ucap Lenny lirih sembari menunduk. Asli, dia malu banget. Di hari pertama belajar, sudah menunjukkan sikap tidak disiplin. Lenny sebetulnya anti banget sama orang yang suka terlambat, tapi sekarang malah dia sendiri yang melakukannya.     

Ruangan mendadak sunyi sepi. Orang-orang dikanan kiri Lenny sibuk mengamati gadis itu dengan tatapan yang mengerikan. Sepertinya mereka cukup silau dengan outfit Lenny yang kenakan. Padahal modelnya sih terlihat sederhana saja dan sopan, tapi memang harganya diatas rata-rata bagi orang yang paham.     

"No problem, silahkan maju kedepan! Saya ingin berkenalan dengan kamu!" Ucap Chef Junet dengan lembut.     

Lenny mengangguk. Dalam hati dia bernafas lega. Syukurlah, Chef Junet ini ternyata tidak segalak saat sedang menjadi juri salah satu acara memasak di tivi. Ternyata aslinya lemah lembut, mana lebih cakep aslinya pula!     

"Siapa namanya? Miss or Mrs?" tanya chef Junet lagi dengan nada ramah. Lenny tersenyum kikuk.     

"Mrs.. Lenny, Chef!" Gadis itu mengulurkan tangannya dengan sopan. Chef Junet juga menyambut uluran tangan itu dengan bersahabat.     

"Saya Junet, senang berkenalan dengan kamu!"     

"Saya juga, Chef! Senang bisa bergabung di kelas memasak anda! Kebetulan suami saya adalah salah satu fans berat anda!" cerita Lenny dengan antusias. Chef Junet kembali tersenyum dan sedikit terkejut dengan apa yang barusan diucapkan Lenny.     

"Oh ya?! Kalau gitu, boleh dong kapan-kapan ajak suaminya kesini. Biar bisa ketemu langsung dengan saya!"     

"Pasti itu, Chef. Nanti kalau suami saya libur, saya bakakan ajak kesini!" ucap Lenny dengan mantap.     

"Oke saya tunggu. Ngomong-ngomong kalau saya perhatikan, wajah kamu itu kok.. mirip banget sama selebgram ya?!" Chef Junet memicingkan matanya, mencoba mengingat-ingat siapakah selebgram yang dimaksud. Soalnya chef Junet ini juga salah satu followers setia sang selebgram sejak belom terkenal dulu.     

Lenny tergagap. Duh, selalu saja masalah kayak gini muncul!     

"Ah, gak mungkinlah itu Chef. Saya ini cuma Ibu rumah tangga biasa kok!" jawab Lenny ngeles kayak bajai.     

Gadis itu sebenernya bukan bermaksud bohong juga sih, dia hanya tidak ingin saja identitas aslinya sebagai seorang selebgram terbongkar. Lenny gak mau kalau nanti ketahuan sebagai selebgram, dirinya bakalan diperlakukan berbeda atau dipandang aneh oleh peserta memasak lain. Pokoknya, niat Lenny kesini emang murni untuk belajar memasak dan bisa menyenangkan suami. Bukan untuk mencari perhatian, apalagi buat konten dan menarik viewers.     

"Are you sure? Tapi kenapa mirip banget ya sama..."     

"Ehm gini Chef.. Kata Ibu saya nih, di dunia ini ada tujuh orang yang mirip banget sama kita!" Lenny langsung memotong kalimat chef Junet biar gak semakin jauh, "Yah, bisa dikatain kembaran gitu lah! Nah, siapa tahu itu selebgram yang chef maksud, sebenernya salah satu kembaran saya di dunia ini. Yah.. bisa jadi begitu! Iya betul tuh Chef!" Lenny menjentikkan jarinya. Terkesima sendiri dengan kalimat asal-asalan yang dia buat barusan. Seketika tawa peserta memasak lain meledak. Lah, dipikir ini acara stand up comedy kalik ya?!     

"Oh, bisa begitu ya?!" Chef Junet mengerutkan dahi. Bingung mau ngomong apa lagi. "Yaudah kalau begitu.. Mrs. Lenny, kamu jadi asisten memasak saya hari ini ya! Kebetulan Chef Jihan belum bisa hadir ditengah-tengah kita. Tapi, di kelas memasak perdana besok dia sudah bisa bergabung dengan kita semua!"     

"Oke, siap Chef!"     

Chef Junet memberikan sebuah apron pada Lenny. Langsung saja gadis itu memakai apron putih tersebut dan seketika dirinya langsung berasa menjadi Iron man. Eh, jadi Chef juga maksudnya!     

"Oke baik saya lanjutkan ya! Jadi, bahan untuk membuat adonan brownies itu pertama-tama..."     

*****     

"Kalau pas ditusuk udah gak lengket lagi, tandanya brownies sudah matang!"     

"Oh, gitu ya Chef!" Lenny langsung saja menusuk brownies yang sedang dipanggang dengan lidi bersih. Dan taa daa, dia terkesima sendiri dengan kue tersebut yang telah matang sempurna.     

"Chef, kalau begini udah bisa diangkat?!" tanya gadis itu yang langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh sang Chef.     

"Bisa angkatnya?!"     

"Oh, harus bisa Chef, biar belajar!" jawab Lenny cepat. Gadis itu sangat bersemangat menjadi asisten dadakan Chef Junet hari ini. Tanpa diperintah, Ia segera mengeluarkan brownies yang telah matang dari oven dan meletakkan pada sebuah piring putih. Tak lupa, dia juga melepaskan kertas roti yang tadi diletakkan untuk melapisi loyang kue. Bener-bener learning by doing.     

"Oke, ini hasil akhirnya! Saya coba potong ya!" Ucap Chef Junet. Langsung saja sang Chef memotong si brownies hingga nampak teksturnya dan semakim tercium aroma lezat dari cokelat yang tadi digunakan. Wah, Chef Junet emang jago banget nih!     

Seluruh peserta kelas memasak seketika takjub dan bertepuk tangan dengan hasil akhirnya. Memang sih, ini cuma resep brownies biasa. Tapi kalau Chef Junet yang masak, semuanya jadi luar biasa. Mungkin karena beliau memasak dengan penuh cinta, profesional, plus ditambah ada aura kegantengan juga. Jadi semakin kompelet deh membuat peserta memasak yang kebanyakan didominasi ibu-ibu dan remaja putri ikut meleleh!     

"Chef, boleh saya bawa pulang chefnya?!"     

"Maksudnya?!" chef Junet mengerutkan dahi dengan celetukan salah satu ibu-ibu.     

"Eh, maap! Browniesnya maksudnya hehehe duh jadi salah ngomong, Chef teh kasep pisan euy!" si Ibu tersipu malu. Bisa ae nih usahanya.     

"Oh, silahkan.. silahkan!" kata Chef Junet dengan pipi memerah. "Yang lain boleh cicip semua ya browniesnya! Tim kami juga bawa beberapa contoh kue di bakery. Boleh dicoba semua dan nanti dikelas memasak akan kita pelajari resep-resepnya ya!"     

"Siap Chef!" seluruh peserta kelas memasak langsung saja icip-icip aneka kue yang dibawa oleh tim Junet's Bakery. Suasana pertemuan pertama ini memang asik, udah lebih mirip ke acara arisan ibu-ibu komplek sih saking serunya.     

Ditegah keseruan cicip mencicip kue yang sedang dilakukan seluruh peserta, mendadak pintu pertemuan mereka dibuka kencang oleh seseorang. Suasana kelas yang tadinya rame mendadak kembali sepi. Semua mata mengamati siapakah gerangan yang datang.     

Diambang pintu berdiri seorang wanita cantik dengan atasan blezzer bermotif kotak-kotak dan celana pajang hitam. Wanita itu tampil kece dengan sneakers hitam dan rambut yang tergulung rapi. Tak lupa, dia juga menggunakan kacamata hitam andalannya.     

"Chef Jihan?!"     

*****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.