Masa Lalu {5}
Masa Lalu {5}
Suara tangis Lim Jingmi tampak terdengar dengan begitu keras, membuat Chen Liao Xuan harus menyibakkan tangannya sehingga suara itu tidak terdengar dari luar. Ya, Chen Liao Xuan tahu. dia melihat dengan sangat jelas bagaimana hal itu bisa terjadi, sebuah hal yang tidak bisa untuk dikatakan sangat pantas bagi manusia untuk melakukannya. Namun siapa yang salah? Wanita yang merupakan Ibu dari Lim Jingmi pun tak bisa sepenuhnya disalahkan, karena saat itu dia mengalami apa yang dinamakan dengan trauma berat. Dia sendirian, sebatang kara, tidak punya kerabat juga tetangga. Tidak ada yang menguatkannya sama sekali, dan dia ditinggal suaminya sebatang kara sendirian. Dan di saat dia telah diperkosa dengan banyak iblis, dia yang sudah sangat hancur dan trauma dengan itu semua malah mendapatkan kenyataan pahit kalau suaminya meninggal. Entah nestapa atau memang takdir kehidupan Lim Jingmi dan ibunya adalah takdir paling buruk di dunia, rupanya Chen Liao Xuan bisa mengetahui satu hal jika takdirnya tak serumit takdir milik Lim Jingmi. Atau bahkan di luaran sana banyak sekali takdir yang lebih mengerikan dari pada yang dia rasakan ini, tapi dia menyangka jika takdir cintanya adalah yang paling buruk yang pernah ada di dunia ini. Chen Liao Xuan pun menghela napas panjang, kemudian dia memandang Lim Jingmi dengan mimik wajah prihatinnya yang luar biasa itu.
"Dayang Lim, datanglah ke Selir Cheng. Kali ini kau benar-benar sangat lama untuk sekadar datang kesana. Lekas datang maka aku akan mengurus yang lainnya,"
"Perintah Yang Mulia akan hamba laksanakan!"
Dengan tubuh laki-lakinya, Lim Jingmi pun akhirnya kembali masuk ke dalam kamar Chen Liao Xuan kemudian dia bertemu dengan Cheng Wan Nian. Sementara Chen Liao Xuan memilih diam, sambil mengikat kedua tangannya di belakang punggung dia hendak melangkah pergi, namun langkahnya dihentikan oleh datangnya Li Zheng Xi.
Li Zheng Xi dan Chen Liao Xuan tampak saling diam, kuduanya tampak saling pandang dengan penuh tanda tanya pada masing-masing. Setelah itu, Chen Liao Xuan memutuskan untuk melangkah, dan diikuti oleh Li Zheng Xi. Keduanya pun akhirnya berhenti di sebuah pavilion yang ada di ujung danau. Berdiri berdua dengan mimik wajah yang tampak tegang dan sulit diartikan.
"Maafkan hamba, Yang Mulia Raja. Hamba tidak tahu kalau Yang Mulia Raja telah kembali. Hamba terlalu sibuk dengan beberapa perubahan catatan yang ada di sini…," kata Li Zheng Xi mencoba untuk menceritakan apa yang telah dia lakukan. untuk kemudian dia segera menaruh beberapa buku itu di atas meja. "Ini adalah beberapa aturan baru, Yang Mulia. Hamba berdoa supaya semuanya akan baik-baik saja. Yang Mulia silakan lihat dan teliti. Barangkali ada beberapa hal yang perlu aku ubah atau pun tambahi. Sebab apa yang hamba tulis hanyalah berdasarkan atas dari apa yang hamba lihat saja. Tidak lebih dari itu," kata Li Zheng Xi lagi.
Mendengar hal itu, Chen Liao Xuan pun mengangguk, kemudian dia duduk. Membuka buku itu dan mulia membaca lembar demi lembar buku yang ada di sana.
"Kau tahu, Penasihat Li. Setiap kali aku melihat tulisanmu, aku selalu terperangah. Aku sangat kagum dengan semua tulisanmu yang sangat sempurna ini. benar-benar tampak indah dan rapi, seperti tulisan seorang penyair yang memiliki banyak hal yang harus dituangkan. Tulisanmu benar-benar luar biasa," puji Chen Liao Xuan.
Mendengar pujian itu, Li Zheng Xi tampak mengulum senyum. Dia sama sekali tak menyangka jika akan dipuji setinggi itu oleh Chen Liao Xuan. Untuk kemudian dia menghela napas panjang memandang Chen Liao Xuan dengan mimik wajah sendunya itu.
"Hamba sangat tersanjung dengan pujian yang Yang Mulia berikan kepada hamba. Hamba tidak tahu harus mengatakan apa atas apa yang telah Yang Mulia katakan ini. Namun, yang hamba pertanyakan. Adakah hal yang perlu hamba ubah untuk beberapa poin penting yang ada di sini, Yang Mulia? Agar hamba bisa untuk membuat beberapa perubahan sebelum semuanya benar-benar selesai. Hamba akan melakukan banyak hal untuk itu."