TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Masa Lalu {5}



Masa Lalu {5}

3"Hamba benar-benar tidak menyangka jika Yang Mulia akan sebaik ini kepada hamba. Padahal hamba telah berlaku sangat jahat dan tidak tahu diri sama sekali. hamba benar-benar tidak menyangka jika Yang Mulia Raja memberi hamba kesempatan sebesar ini kepada hamba atas apa yang telah hamba lakukan. hamba telah berlaku jahat dan kejam kepada Dayang Liu, atas dendam dan amarah hamba sendiri dan kepada Dayang Liu. Rasa iri, dan semua rasa yang berkecamuk kepada hamba berkumpul menjadi satu membuat hamba tidak tahu harus berbuat apa. Dan yang kedua, hamba melakukan kejahatan juga atas nama Selir Cheng. Hamba akan menuruti apa pun perintahnya asalkan hamba terlihat baik di mata Selir Cheng karena hamba begitu ingin mendapat kedudukan baik di matanya. Namun setelah semuanya, setelah apa yang terjadi sekarang, hamba menjadi sadar sekali jika jalan yang telah hamba lalui adalah keliru. Hamba telah membuat banyak kekurangan atas apa yang terjadi selama ini. hamba salah memilih pegangan di alam iblis ini. pertama hamba memilih Pangeran Wu, yang nyatanya dia ternyata adalah sosok yang sangat tidak bertanggung jawab sama sekali. hamba diubah menjadi sosok iblis dalam raga manusia. Dan yang kedua hamba berlabuh kepada Selir Cheng, hanya karena hamba tidak suka dan iri kepada Dayang Liu. Karena kami sama-sama dari bangsa manusia. Namun kenapa dia mendapatkan banyak sekali keistimewaan dari Yang Mulia. Dia cantik, dan berbakat, dan dia disukai banyak orang. Sementara Selir lainnya memiliki kedudukan lemah, dan hanya Selir Cheng lah yang membenci Dayang Liu. Itulah sebabnya hamba memilih Selir Cheng, sebab kami memiliki misi yang sama yaitu, sama-sama membenci Dayang Liu. Dan jika Dayang Liu hancur, maka bukan hanya Selir Cheng, tetapi hamba juga akan sangat bahagia. Kehadiran Dayang Liu di istana iblis ini benar-benar telah membutakan hamba, Yang Mulia. Rasa iri, kesal, dengki, dan ingin bersaing membuat hamba lupa tentang tujuan awal hamba datang kesini. Awalnya hamba hanya ingin lari dari kenyataan, hamba hanya ingin menjadi sosok yang dianggap. Bukan seperti wanita itu, yang bahkan semenjak hamba dilahirkan, hamba dijadikan seperti sosok yang tidak pantas untuk disebut manusia. Hamba disiksa, hamba diperbudak, hamba dianiaya dan diperlakukan persis seperti binatang. Hamba benar-benar tidak menyangka jika hidup hamba akan menjadi seperti itu. hingga akhirnya, wanita itu… wanita itu hamba bunuh dengan kedua tangan hamba sendiri karena waktu itu hamba ingin lari dari rumah, tapi dia… tapi dia malah menyiksa hamba bertubi-tubi, Yang Mulia!"     

Suara tangis Lim Jingmi tampak terdengar dengan begitu keras, membuat Chen Liao Xuan harus menyibakkan tangannya sehingga suara itu tidak terdengar dari luar. Ya, Chen Liao Xuan tahu. dia melihat dengan sangat jelas bagaimana hal itu bisa terjadi, sebuah hal yang tidak bisa untuk dikatakan sangat pantas bagi manusia untuk melakukannya. Namun siapa yang salah? Wanita yang merupakan Ibu dari Lim Jingmi pun tak bisa sepenuhnya disalahkan, karena saat itu dia mengalami apa yang dinamakan dengan trauma berat. Dia sendirian, sebatang kara, tidak punya kerabat juga tetangga. Tidak ada yang menguatkannya sama sekali, dan dia ditinggal suaminya sebatang kara sendirian. Dan di saat dia telah diperkosa dengan banyak iblis, dia yang sudah sangat hancur dan trauma dengan itu semua malah mendapatkan kenyataan pahit kalau suaminya meninggal. Entah nestapa atau memang takdir kehidupan Lim Jingmi dan ibunya adalah takdir paling buruk di dunia, rupanya Chen Liao Xuan bisa mengetahui satu hal jika takdirnya tak serumit takdir milik Lim Jingmi. Atau bahkan di luaran sana banyak sekali takdir yang lebih mengerikan dari pada yang dia rasakan ini, tapi dia menyangka jika takdir cintanya adalah yang paling buruk yang pernah ada di dunia ini. Chen Liao Xuan pun menghela napas panjang, kemudian dia memandang Lim Jingmi dengan mimik wajah prihatinnya yang luar biasa itu.     

"Dayang Lim, datanglah ke Selir Cheng. Kali ini kau benar-benar sangat lama untuk sekadar datang kesana. Lekas datang maka aku akan mengurus yang lainnya,"     

"Perintah Yang Mulia akan hamba laksanakan!"     

Dengan tubuh laki-lakinya, Lim Jingmi pun akhirnya kembali masuk ke dalam kamar Chen Liao Xuan kemudian dia bertemu dengan Cheng Wan Nian. Sementara Chen Liao Xuan memilih diam, sambil mengikat kedua tangannya di belakang punggung dia hendak melangkah pergi, namun langkahnya dihentikan oleh datangnya Li Zheng Xi.     

Li Zheng Xi dan Chen Liao Xuan tampak saling diam, kuduanya tampak saling pandang dengan penuh tanda tanya pada masing-masing. Setelah itu, Chen Liao Xuan memutuskan untuk melangkah, dan diikuti oleh Li Zheng Xi. Keduanya pun akhirnya berhenti di sebuah pavilion yang ada di ujung danau. Berdiri berdua dengan mimik wajah yang tampak tegang dan sulit diartikan.     

"Maafkan hamba, Yang Mulia Raja. Hamba tidak tahu kalau Yang Mulia Raja telah kembali. Hamba terlalu sibuk dengan beberapa perubahan catatan yang ada di sini…," kata Li Zheng Xi mencoba untuk menceritakan apa yang telah dia lakukan. untuk kemudian dia segera menaruh beberapa buku itu di atas meja. "Ini adalah beberapa aturan baru, Yang Mulia. Hamba berdoa supaya semuanya akan baik-baik saja. Yang Mulia silakan lihat dan teliti. Barangkali ada beberapa hal yang perlu aku ubah atau pun tambahi. Sebab apa yang hamba tulis hanyalah berdasarkan atas dari apa yang hamba lihat saja. Tidak lebih dari itu," kata Li Zheng Xi lagi.     

Mendengar hal itu, Chen Liao Xuan pun mengangguk, kemudian dia duduk. Membuka buku itu dan mulia membaca lembar demi lembar buku yang ada di sana.     

"Kau tahu, Penasihat Li. Setiap kali aku melihat tulisanmu, aku selalu terperangah. Aku sangat kagum dengan semua tulisanmu yang sangat sempurna ini. benar-benar tampak indah dan rapi, seperti tulisan seorang penyair yang memiliki banyak hal yang harus dituangkan. Tulisanmu benar-benar luar biasa," puji Chen Liao Xuan.     

Mendengar pujian itu, Li Zheng Xi tampak mengulum senyum. Dia sama sekali tak menyangka jika akan dipuji setinggi itu oleh Chen Liao Xuan. Untuk kemudian dia menghela napas panjang memandang Chen Liao Xuan dengan mimik wajah sendunya itu.     

"Hamba sangat tersanjung dengan pujian yang Yang Mulia berikan kepada hamba. Hamba tidak tahu harus mengatakan apa atas apa yang telah Yang Mulia katakan ini. Namun, yang hamba pertanyakan. Adakah hal yang perlu hamba ubah untuk beberapa poin penting yang ada di sini, Yang Mulia? Agar hamba bisa untuk membuat beberapa perubahan sebelum semuanya benar-benar selesai. Hamba akan melakukan banyak hal untuk itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.