Yao Lao Terbangun!
Yao Lao Terbangun!
Sebuah batu raksasa menjulur keluar pada sebuah tembok curam, di suatu tempat di dalam pegunungan. Seorang pemuda berjubah hitam duduk bersila di atasnya dengan mata yang tertutup rapat. Sebuah kuali obat merah tua raksasa terletak di depannya. Api hijau tua dengan ganas bangkit dan surut di dalam kuali obat tersebut. Jika dilihat dengan cermat, samar - samar dapat dilihat bahwa ternyata terdapat sebuah gumpalan cairan warna - warni yang perlahan bergoyang - goyang di dalam api.
Permukaan dari cairan warna - warni itu berulang kali memancarkan gelembung - gelembung kecil, sembari dipanggang di dalam api. Setiap kali sebuah gelembung pecah, ukuran dari gumpalan cairan itu akan sedikit menyusut.
Tentu saja, penyusutan itu sangatlah sedikit, hingga orang akan kesulitan mengetahui bahwa cairan itu berangsur - angsur menyusut, kecuali ia mengamatinya dengan cermat. Akan tetapi, seiring penyusutan sedikit demi sedikit ini berlangsung untuk satu periode waktu tertentu, penyusutan itu tidak lagi berjumlah kecil.
Bersamaan dengan cairan obat penuh warna itu menjadi semakin tipis, hal itu samar - samar menunjukkan sebuah benda kecil berwarna hitam yang dibungkusnya. Jika dilihat sekilas dengan saksama, ternyata terdapat sebuah cincin hitam gelap yang terlihat kuno di dalam cairan obat itu!
Dibandingkan dengan sebelumnya, cincin hitam gelap ini tak dapat dipungkiri menunjukkan cahaya yang lebih terang, yang tersembunyi di dalamnya pada saat ini. Warna di permukaan telah menjadi lebih tua dan gelap. Ketika cahaya di permukaan cincin ini terkadang berkerlip, dapat dilihat bahwa ukuran cairan itu sedikit menyusut. Jelas, kekuatan obat murni di dalam cairan obat berangsur - angsur diserap oleh roh yang sedang terlelap di dalam cincin.
Membangunkan roh Yao Lao yang tertidur merupakan sebuah tugas yang sangat merepotkan dan lambat. Xiao Yan telah bersiap untuk ini. Karena itu, Xiao Yan tidak terlalu cemas ataupun gelisah jika cincin itu masih tidak menunjukan reaksi setelah satu bulan berlalu. Ia terkadang akan membuka matanya dan menatap cincin di dalam cairan obat itu. Beberapa saat yang agak lama kemudian, ia akan menghela nafas lembut, sebelum menenangkan dirinya dan melanjutkan pemurnian.
Pegunungan yang tenang itu tidak memiliki keramaian seperti dunia luar. Beberapa Binatang Magic yang terkadang melewati tempat ini akan kabur dengan menyedihkan, karena tekanan mengerikan yang dengan samar dipancarkan dari puncak gunung. Jadi, sekitaran puncak gunung ini luar biasa sunyi.
Waktu diam - diam mengalir dalam keheningan. Tanpa disadari, dua bulan telah berlalu sejak Xiao Yan masuk ke pedalaman pegunungan. Kebanyakan waktunya dihabiskan untuk menjaga kuali obat di sampingnya, selama dua bulan ini. Ia hanya terkadang akan pergi untuk waktu yang singkat.
Dengan aliran waktu dan pembakaran Api Hati Teratai Berlapis yang tiada henti, gumpalan cairan obat seukuran telapak tangan yang berwarna - warni itu kini hanya seukuran sebuah ibu jari. Hal itu sekarang hanya bisa benar - benar membungkus cincin hitam gelap di dalamnya. Terlebih lagi, perbedaan kilauannya seperti Langit dan Bumi, ketika dibandingkan dengan sebelumnya. Jelas, sebagian besar dari kekuatan obat di dalam cairan obat telah dipaksa masuk ke dalam cincin di dalam pembakaran api…
Medusa duduk bersila di atas batu di puncak gunung. Mata indahnya yang tertutup rapat perlahan terbuka, saat ia melirik tak acuh kepada Xiao Yan yang berada di tembok curam gunung itu. Bibir merahnya yang mulus sedikit bergerak, saat suara dingin terdengar lirih, "Sudah dua bulan. Kau seharusnya telah mencapai batasmu. Jika kau terus melakukannya, kemungkinan besar, orang lain akan harus datang untuk menyelamatkanmu."
Meskipun Xiao Yan berada agak jauh, tawa dingin Medusa masih bisa dengan jelas terdengar oleh pemuda di bawah yang agak berwajah pucat itu.
Xiao Yan pun perlahan membuka matanya ketika ia mendengar suara yang mengambang di samping telinganya. Dou Qi di dalam tubuhnya menggelora saat ia kembali menggerakkan sebuah gumpalan api hijau tua yang melesat keluar dari jarinya. Api itu akhirnya dituang ke dalam kuali obat. Baru setelah melakukan semua ini, ia mendongak dan bertanya dengan sebuah senyuman menuju puncak gunung, "Kenapa? Kau mengkhawatirkanku?"
"Aku khawatir aku tidak bisa mendapatkan 'Pil Pemulihan Jiwa' jika kau mati!" Sudut bibir Medusa mengerut saat ia berbicara dingin.
"He he, kau bisa yakin bahwa aku masih bisa terus menahan ini. Pil obatmu juga pasti akan sampai di tanganmu. Wajah Xiao Yan yang agak pucat pasi itu membentuk sebuah senyuman. Ia berulang kali telah menghabiskan Dou Qi - nya untuk mengaktifkan Api Hati Teratai Berlapis dan menggunakan Kekuatan Spiritual - nya untuk mengendalikan api itu dengan sempurna selama dua bulan. Xiao Yan mungkin dapat menahan kelelahan semacam itu selama satu bulan. Namun, jika waktu terus berlanjut, kelelahan berangsur - angsur akan muncul. Pemborosan setingkat itu adalah sesuatu yang bahkan seorang ahli dari kelas Dou Huang tidak bisa lakukan, apalagi Xiao Yan.
Xiao Yan tidak berlanjut membagi perhatiannya setelah berbicara. Ia terus meletakan seluruh perhatiannya ke dalam kuali obat di depannya.
"Dasar keras kepala!"
Medusa mengernyitkan alisnya saat ia memandang Xiao Yan kembali memusatkan perhatiannya dalam pengendalian api. Ia seketika bergumam lirih pada dirinya sendiri, "Apa urusanku jika ia mati? Aku sungguh mengatakan hal itu padanya?"
Medusa menggelengkan kepalanya, merasa bingung. Hal ini sungguh tidak cocok dengan wataknya. Meskipun ia mengatakan hal ini dengan mulutnya, tatapannya terkadang akan melirik ke bawah. Sikapnya itu tampak seperti ia sungguh khawatir bahwa Xiao Yan akan terjatuh dari tebing, dengan kepala menghadap ke bawah, karena kelelahan.
Waktu berlalu. Ketika cairan obat penuh warna yang membungkus cincin hitam gelap itu hanya menjadi sebuah lapisan tipis, tubuh Xiao Yan yang duduk dengan mantap di atas batu besar, mulai sedikit gemetar. Api hijau tua di dalam kuali obat itu pun mulai melesat dengan lincah. Jelas, kekuatan Xiao Yan hendak benar - benar habis setelah pemurnian selama itu.
Medusa kembali mengernyitkan alisnya dengan erat ketika ia melihat tubuh Xiao Yan yang sedikit bergoyang. Orang ini sungguh sembrono. Meskipun ia diam - diam mengomel di dalam hatinya, energi tujuh warna samar berangsur - angsur mulai menggelora di permukaan tubuhnya.
Xiao Yan menggertakan giginya erat saat ia memaksa bertahan dari gelombang - gelombang kelelahan dan perasaan pusing yang terpancar dari kepalanya. Matanya menatap dengan saksama pada cincin hitam gelap di dalam api, saat ia berusaha mati - matian untuk menguras Dou Qi yang tersembunyi di dalam setiap bagian tubuhnya. Ia memiliki firasat, bahwa waktu bagi Yao Lao untuk terbangun kembali tidaklah jauh!
Dou Qi yang tersisa di dalam tubuhnya menjalar keluar dengan kecepatan yang semakin lambat, saat ia berulang kali memerasnya keluar. Pada akhirnya, Dou Qi itu bahkan mulai menjadi berselang, sebuah tanda keletihan. Terlebih lagi, pikiran Xiao Yan pun benar - benar tergantikan oleh perasaan lelah dan kepeningan. Penglihatannya kabur saat getar tubuhnya berangsur - angsur menjadi lebih kencang.
"Kau cari mati!"
Medusa menggertakan gigi peraknya dan dengan pelan mengomel ketika ia melihat Xiao Yan yang mulai kehilangan kekuatan, yang mungkin akan terjatuh dari tebing itu kapanpun juga. Tubuhnya sedikit bergerak maju. Dilihat dari sikapnya, sepertinya ia bersiap untuk bertindak dan menyelamatkan anak muda yang keras kepala ini.
Penglihatan Xiao Yan menjadi semakin kabur. Ia jelas paham di dalam hatinya bahwa ia telah mencapai batasnya. Namun, menyerah pada saat seperti ini…
Gigi Xiao Yan menggigit lidahnya. Rasa sakit hebat itu sedikit menguatkan pikiran Xiao Yan. Ia seketika dengan gila menggerakkan Metode Qi 'Mantra Api' dan gelombang Dou Qi terakhir yang tersembunyi jauh di dalam tubuhnya benar - benar ia kuras keluar. Hal itu dengan menggila melintasi tubuhnya, sebelum dituang ke dalam kuali obat.
Penglihatan Xiao Yan akhirnya berubah dari kabur menjadi benar - benar gelap, ketika Dou Qi itu menggelora keluar dari jarinya. Kepalanya condong ke depan dan ia akhirnya tidak bisa mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Tubuhnya miring ke samping dan menjadi seperti sebuah batang kayu saat menggelinding ke bawah dari batu raksasa yang halus itu. Akhirnya, ia tersungkur menuju tepian tebing yang diselimuti oleh awan dan kabut.
"Sial!"
Medusa tidak bisa menahan umpatannya ketika ia melihat Xiao Yan akhirnya tersungkur dari tebing itu. Tubuhnya yang menawan bergerak maju dan hendak bertindak untuk menyelamatkannya. Namun, tubuhnya baru saja berdiri ketika wajahnya berubah, "Mengapa aku harus menyelamatkannya? Orang seperti ini pantas mati!"
Ketika Medusa bergumul di dalam hatinya, kecepatan jatuh Xiao Yan menjadi semakin cepat. Dari situasi yang ada, kemungkinan besar, Xiao Yan dengan tidak beruntung akan menjadi sebuah tumpukan daging cincang, jika ada bebatuan besar yang mencuat, yang tersembunyi dalam kabut itu.
Mata Medusa menatap dengan saksama Xiao Yan yang telah terjatuh ke dalam awan. Sesaat kemudian, ia akhirnya menggertakan giginya secara tiba - tiba. Tubuhnya berguncang dan ia berubah menjadi cahaya tujuh warna yang mengalir, yang bergegas turun dari puncak gunung secepat kilat, muncul di atas Xiao Yan dalam beberapa kali kilatan.
Lapisan cairan obat berwarna - warni di permukaan cincin hitam gelap di dalam kuali obat merah tua yang terletak di atas batu raksasa itu akhirnya melebur ke dalam cincin itu, tepat ketika Medusa bergerak. Cincin itu mendadak berguncang hebat dan sebuah riak tak kasat mata menyebar seperti sebuah gelombang. Hal itu menghantam tembok dalam kuali obat dan memancarkan suara jernih seperti gong.
Riak tak kasat mata itu menyebar semakin cepat dan semakin ganas. Hanya dalam beberapa kedipan mata, gelombang ledakan suara hebat terpancar dari kuali obat, sebelum akhirnya berubah menjadi guntur keras yang bergema melintasi pegunungan. Angin liar berhembus di manapun gelombang suara itu menyebar, ombak berwarna hijau terbentuk di atas lautan hijau, sebelum menyapu menuju tepian langit.
Suara jernih yang mendadak meletus tentu saja juga dirasakan oleh Medusa. Namun, ia tak punya waktu untuk memedulikannya pada saat ini. Ia menunduk dan mengamati Xiao Yan yang berada dekat dengannya. Kilatan lain muncul di dalam biji mata panjang itu yang penuh dengan keliaran. Raut wajahnya berulangkali berubah. Wanita ini sungguh mulai bergumul apakah ia harus menyelamatkan Xiao Yan di saat seperti itu.
Perasaan pertama yang dimiliki Medusa terhadap Xiao Yan adalah ia ingin membunuh orang menjijikan ini di tempat. Namun, jauh di dalam jiwanya, terdapat hal lain yang berulang kali menolak perasaan semacam ini. Bahkan, hal itu diam - diam mendorongnya untuk membantu dan menyelamatkan Xiao Yan.
Pergumulan itu berlanjut sesaat dan cahaya di dalam mata Medusa kembali stabil. Ia menggertakan giginya dan berkata, "Keparat, anggap dirimu beruntung. Aku akan mengambil nyawamu dengan tanganku sendiri setelah satu tahun nanti!"
Medusa menjulurkan lengan panjangnya saat suaranya itu terdengar. Lengan lembutnya dengan kuat menggenggam jubah Xiao Yan. Namun, raut wajahnya mendadak berubah ketika ia hendak membawanya kembali naik ke tebing tadi. Ia seketika melontarkan telapak tangannya menuju ruang di belakangnya tanpa ragu.
"Bum!"
Ruang di mana tangannya mendarat tadi, mulai bergejolak. Sebuah riak energi mengerikan seketika menyebar, sebelum mengguncang tembok tebing di samping dan membentuk banyak garis retakan.
"Siapa kau? Tunjukkan dirimu!" Kaki Medusa menekan di udara kosong. Baru setelah itu ia menyingkirkan tenaganya. Wajah cantiknya berubah dingin saat ia berteriak.
Teriakannya baru saja terdengar ketika sebuah tenaga penghisap aneh mendadak muncul. Xiao Yan yang tak sadarkan diri, seketika meninggalkan tangan Medusa, setelah suara kain yang robek terdengar. Akhirnya, Xiao Yan ditangkap oleh sebuah sosok bayangan manusia dengan secepat kilat, saat ia terjatuh, sebelum mereka berdua bergegas menuju langit.
"Ratu Medusa, kau harus bertanya apakah orang tua ini setuju, sebelum kau dapat mengambil nyawa muridku!"
Teriakan tua itu seperti guntur yang marah, yang bergema di sepanjang langit. Kekuatan Spiritual yang besar itu, bahkan menyebabkan raut wajah orang kuat seperti Medusa berubah.