Tetua Cakar-Elang
Tetua Cakar-Elang
Raut wajah pria tua itu agak kelam. Ketegasan memenuhi titik di antara alisnya. Meskipun ukuran tubuhnya cukup kecil, sepasang tangan yang ditunjukkan di luar lengan bajunya sangatlah besar. Jari-jarinya juga sangat panjang. Jari-jari itu memancarkan kilauan dingin layaknya bilah di bawah sinar matahari.
Wajah kedua belah pihak berubah setelah kemunculan pria tua berbaju hijau ini. Dua Dou Wang ahli dari Lembah Api Iblis dengan cepat mundur. Setelah itu, mereka berlutut dengan satu kaki dan berteriak dengan sikap yang luar biasa menghormati, "Selamat datang Tetua Keempat!"
Raut wajah Wu Hao serius saat ia menatap pria tua berbaju hijau di langit. Namun, hatinya perlahan merasa putus asa. Ia juga cukup familiar dengan pria tua berbaju hijau ini.
Tetua Keempat dari Lembah Api Iblis. Namanya adalah Xie Zhen dan orang-orang di 'Daerah Pelosok Hitam' memanggilnya Tetua Cakar-Elang. Kekuatannya berada di sekitar Dou Huang bintang enam. Kemampuan pertarungan jarak dekatnya yang tajam adalah sesuatu yang terkenal. Ini terutama bagi teknik cakarnya yang terkenal, yang menyebabkan banyak orang merasa takut hanya dengan mendengar namanya saja. Cukup banyak ahli dari 'Gerbang Xiao' gugur di tangan orang ini selama perselisihan di antara 'Gerbang Xiao' dan 'Lembah Api Iblis' beberapa tahun belakangan ini.
Jelas bahwa Xiao Yu dan lainnya juga telah mendengar orang ini. Jadi, wajah mereka telah menjadi jauh lebih buruk.
Pria tua berbaju hijau di langit mengepakkan sayap Dou Qi di punggungnya saat ia perlahan turun. Akhirnya, ia mendarat di atas sebuah batu gunung di dinding curam saat ia memandang turun ke arah regu keras kepala Wu Hao dari ketinggian di atas. Ia seketika menoleh ke dua Dou Wang ahli dan samar-samar mencemooh, "Dua Dou Wang ternyata tidak bisa menghabisi seorang anak muda."
Tubuh dua Dou Wang ahli itu gemetar ketika mereka mendengar kata-kata dari pria tua berbaju hijau itu. Mereka bergegas menjawab, "Tetua Keempat, meskipun kekuatan Wu Hao ini mirip dengan kami, tentu saja tidak sulit bagi kami untuk mengalahkannya. Namun, kami telah mengundang Tetua Keempat kemari untuk jaga-jaga. Tetua, tolong maafkan kami karena mengganggumu."
"Chi, apa maksudmu tidak sulit. Metode Qi dan Keterampilan Dou yang dipraktekkan Wu Hao ini lebih kuat daripada kalian berdua. Menambah hal ini pada serangan-serangan gilanya yang membahayakan nyawa, kalian berdua akan kesulitan mengalahkannya kecuali kalian membayar harga tertentu. Kemungkinan besar, kalian berdua telah memintaku datang karena kalian takut bahwa kalian akan benar-benar kesulitan untuk menghabisinya, bukan?" Xie Zhen hanya tertawa setelah mendengar kata-kata mereka.
Rasa malu muncul di wajah dua Dou Wang ahli itu, setelah pemikiran mereka dipaparkan oleh Xie Zhen. Mereka tidak berani menjawab.
Xie Zhen dengan dingin mendengus ketika ia melihat tampang malu di wajah kedua orang ini. Ia terlalu malas untuk mengurus dua orang yang takut mati ini. Tatapan matanya berpaling menuju regu Wu Hao saat ia berbicara dengan suara yang samar, "Sungguh tak mudah untuk bisa mencapai tahap ini di umur semuda itu. Bakat dari para murid Akademi Jia Nan memang membuat orang merasa iri hati. Karena sebagian besar murid yang lulus pergi, kemungkinan besar, sebuah faksi yang mereka buat akan menyebabkan setiap orang di 'Daerah Pelosok Hitam' merasa gelisah."
Wajah Wu Hao tegang. Tangannya dengan erat mencengkeram pedang berat berwarna darah saat ia berkata dengan suara yang dalam, "Xie Zhen, bagaimanapun juga, kau adalah seorang ahli terkenal di dalam 'Daerah Pelosok Hitam'. Hari ini, kau benar-benar mengabaikan statusmu dan menyerang sekelompok orang dari generasi muda. Kemungkinan besar hal ini akan menarik banyak cemoohan jika hal ini menyebar."
"Hee hee, bocah, ini adalah 'Daerah Pelosok Hitam', bukan tempat yang normal. Hanya pemenang yang memiliki suara terbesar di tempat ini… entah itu generasi muda atau generasi tua. Tidak ada hal tabu semacam itu di tempat ini." Xie Zhen menggelengkan kepalanya dan menjawab sambil menghina.
"Baiklah. Diriku yang tua ini tidak akan beromong kosong denganmu. Apakah kau akan menyerah hari ini atau melanjutkan perlawanan ini?" Xie Zhen melambaikan tangannya dengan agak tidak sabar dan berbicara dengan suara yang samar.
"Akademi Jia Nan tidak memiliki seorangpun yang akan menyerah!" Wu Hao menjawab dengan suara yang dalam. Kulitnya mengencang saat merasakan niat membunuh yang berangsur-angsur merembes keluar dari kata-kata Xie Zhen. Para murid dari Akademi Jia Nan di belakangnya menggertakkan gigi mereka sembari berdiri di belakang Wu Hao. Mereka bukanlah orang bodoh. Oleh karena itu, mereka tahu bahkan jika mereka menyerah, nasib mereka tidak akan bagus. Jika begitu, mereka lebih baik mengerahkan segalanya dan bertaruh.
"Hei, orang-orang dari Akademi Jia Nan memang sekumpulan orang yang berani, namun… ini hanyalah mencari penderitaan!" Mata Xie Zhen berangsur-angsur berubah dingin saat ia tertawa kelam. Kakinya mendadak menghentak ke tanah dan tubuhnya bergegas turun, muncul di sebuah titik tidak jauh dari tempat regu Wu Hao.
"Dikatakan bahwa Wu Hao si Pedang Darah bahkan bisa mengabaikan nyawanya di dalam pertarungan. Hari ini, diriku yang tua akan mencoba dan melihat sebenarnya seberapa lama kau bisa berjuang." Suara Xie Zhen sedingin es saat ia berbicara, sembari perlahan berjalan menuju Wu Hao, "Kalian semua sebaiknya menyegel pintu keluarnya dengan erat. Kalian akan menggunakan nyawa kalian untuk membayarnya jika kalian membiarkan siapapun kabur!"
Orang-orang berbaju hitam di sekitar dari Lembah Api Iblis bergegas menjawab teriakan dingin Xie Zhen. Setelah itu, mereka perlahan mundur dan membentuk sebuah bentuk seperti kipas, benar-benar menyegel pintu keluar lembah.
Hati Wu Hao benar-benar terasa putus asa saat melihat sikap pihak lawan yang jelas berniat menghabisi mereka semua. Matanya semerah darah saat ia mengamati Xie Zhen yang perlahan berjalan mendekat. Kedua tangannya dengan erat menggenggam pedang berat berwarna darah. Sesaat kemudian, ia mendadak meraung marah saat kakinya menghentak tanah. Tubuhnya melesat maju dan pedang darah di tangannya melesat menuju hati Xie Zhan.
Sudut mulut Xie Zhen mengeluarkan penghinaan ketika ia melihat Wu Hao ternyata memilih untuk melepaskan sebuah serangan. Ia diam berdiri dan menunggu pedang darah itu muncul dalam jarak setengah meter di depannya. Baru setelah itu tangan besarnya melengkung sedikit secara mendadak. Tangan itu seketika meniru cakar elang yang menjulur dengan aneh. Akhirnya, kelima jarinya terkunci ke depan. Jari-jari itu menyebabkan daya gerak maju pedang darah, yang mengandung aura kuat, benar-benar menjadi kaku.
Wajah Wu Hao sedikit berubah saat pedang darah itu berhenti bergerak. Ia menggertakkan giginya dan dengan keras menarik pedang darah itu. Namun, kelima jari keriput lawannya itu seperti sebuah penjepit besar yang mencengkeram pedang darah itu hingga benar-benar tidak bergerak.
"Kau ternyata berani bertindak angkuh di depan orang tua ini dengan kekuatan kecilmu itu?" Xie Zhen tertawa dingin saat ia melirik Wu Hao yang sedang menggertakkan giginya dan menarik pedang darah itu. Xie Zhen mendadak menjentikkan jarinya, dan jari itu menerjang pedang penguasa berat dengan tenaga yang dahsyat. Sebuah kekuatan besar mendadak meledak!
Klang! Klang! Klang! Klang! Klang! Klang! Klang! Klang! Klang!
Tubuh Wu Hao terbang mundur setelah terdengarnya suara logam itu. Kakinya menggesek tanah, membentuk sebuah torehan panjang. Tangannya yang menggenggam pedang berat berwarna darah berulangkali gemetar saat jejak darah merembes keluar. Akhirnya, darah itu mengikuti bilah dari pedang darah itu dan menetes turun.
"Tetua Wu!"
Para gadis dan lelaki muda di belakangnya bergegas berteriak ketika mereka melihat Wu Hao dipukul mundur sampai terluka.
"Apakah kau baik-baik saja?" Tangan Xiao Yu menyokong punggung Wu Hao dan memecahkan tenaga yang ada. Setelah itu, ia bertanya dengan gelisah. Orang terkuat yang saat ini hadir adalah Wu Hao. Jika ada kecelakaan yang terjadi padanya, mereka tidak akan lagi memiliki sedikitpun kemampuan untuk melawan.
"Aku baik-baik saja!" Wu Hao menggertakkan giginya dan kembali berdiri. Matanya terkunci pada wajah tenang Xie Zhen. Sesaat kemudian, ia menghirup nafas dalam-dalam dan wajahnya mendadak berubah semerah darah.
"Grek!"
Seteguk darah segar disemburkan keluar. Akhirnya, hal itu berubah menjadi sebuah lapisan kabut darah yang membungkus Wu Hao. Seiring pembungkusan kabut darah itu, sinar darah merah terang mendadak meletus di sekitar tubuhnya.
Sinar darah itu menggelora dan Dou Qi di dalam tubuh Wu Hao melonjak pesat. Tubuhnya sekali lagi berubah menjadi sesosok darah yang melesat maju dengan meledak-ledak!
"Hah? Kau memang memiliki beberapa trik kecil. Namun, di hadapan kekuatan sejati, semua ini benar-benar tidak berguna!" Xie Zhen agak terkejut ketika ia merasakan aura Wu Hao yang mendadak melonjak. Ia seketika tertawa dingin saat cakar tangannya melengkung. Sebuah Dou Qi putih pekat muncul di telapak tangannya sebelum berdiam di atas kuku-kuku tajamnya, sembari membawa aura dingin yang pekat!
Sosok darah itu dengan cepat melesat dan tiba. Ia mengangkat pedang berat di tangannya tinggi-tinggi. Dou Qi berwarna darah dengan liar bergejolak sebelum pedang itu dengan keras menghantam menuju kepala Xie Zhen layaknya sedang membelah sebuah gunung.
Cakar tangan Xie Zhen, yang mengandung aura berwarna putih dingin, melesat maju secara eksplosif, saat tatapan matanya dengan dingin memandang pedang berat itu yang telah ditebaskan ke bawah. Bayangan-bayangan beterbangan ke segala arah. Setiap kali cakar tangan itu menghantam pedang darah, Dou Qi kuat berwarna darah yang menutupinya akan sedikit melemah. Hal ini berlanjut hanya beberapa kedipan, sebelum Dou Qi kuat di pedang berwarna darah disebarkan oleh cakar itu.
"Aku akan membuatmu melihat apa yang disebut sebagai kekuatan seorang Dou Huang!"
Xie Zhen tertawa dingin ketika Dou Qi itu menyebar. Cakar tangannya melengkung dan ia menggenggam pedang darah dengan paksa. Ia mengayunkan lengannya dan pedang darah itu terlepas dari tangan Wu Hao sebelum dengan keras menancap di sebuah dinding gunung.
"Bum!"
Tubuh Xie Zhen mendadak condong ke depan ketika pedang darah itu terlepas dari tangan Wu Hao. Cakar tangannya memotong udara dan membentuk sebuah goresan aneh yang dengan ganas menghantam ke dada Wu Hao.
"Grek!"
Wu Hao seketika menyemburkan seteguk darah segar saat menderita pukulan sekeras itu. Tubuhnya terbang mundur. Ia terseret di tanah sejauh lebih dari sepuluh meter, sebelum akhirnya perlahan berhenti.
Regu Wu Hau secara refleks mengeluarkan seruan ketika mereka melihat Wu Hao sekali lagi terluka. Beberapa instruktur segera bergegas maju. Akan tetapi, mereka berakhir menyemburkan darah dan dipukul mundur oleh beberapa serangan angin yang tiba-tiba menggelora datang, sebelum mereka bisa mencapai sisi Wu Hao. Dalam sekejap, tidak ada orang yang berani maju.
Mata Xie Zhen dingin dan tak acuh saat mengamati Wu Hao yang sedang berjuang untuk berdiri dari tanah. Penghinaan di sudut mulutnya bahkan lebih pekat. Kakinya bergerak lembut saat ia perlahan berjalan menuju Wu Hao yang cedera serius.
Meskipun regu Xiao Yu di sekitar berniat untuk menghentikan Xie Zhen ketika mereka melihat apa yang sedang ia lakukan, terdapat perbedaan yang terlalu besar di antara kekuatan mereka untuk bisa melakukan apapun. Xie Zhen bisa membuat mereka tidak bisa mencapai bahkan radius sepuluh meter di sekitar Wu Hao, hanya dengan mengangkat tangannya.
Kaki Xie Zhen akhirnya berhenti di depan Wu Hao di hadapan banyak tatapan mata yang penuh kengerian. Matanya menunjukkan senyuman buas saat ia memandang Wu Hao di bawah dari atas. Ia berkata dengan suara yang pekat, "Bocah, jika kau dibiarkan berlatih beberapa tahun lagi, kemungkinan, kau akan bisa melampaui diriku yang tua ini. Sayangnya, para orang berbakat memang ditakdirkan untuk mati muda!"
Cakar tangan Xie Zhen menjulur setelah suara dingin itu terdengar. Sebuah tenaga penghisap seketika menggelora keluar dan sebuah sosok darah mendadak bergegas mendekat. Akhirnya, hal itu berubah menjadi sebuah pedang darah.
"Aku penasaran apakah mati dengan senjatamu sendiri dianggap sebagai penghinaan bagimu?" Pedang darah itu diayunkan secara acak, membentuk beberapa bayangan pedang, diikuti oleh tawa samar Xie Zhen. Matanya perlahan berubah dingin saat pedang darah di tangannya menusuk menuju kepala Wu Hao dengan kejam.
Wajah regu Xiao Yu berubah drastis saat memandang tindakan Xie Zhen. Beberapa gadis muda secara refleks berteriak tajam.
Pedang darah itu dengan cepat mengembang di depan mata Wu Hao. Pada saat ini, ia tidak lagi memiliki jalan lain, selain menutup matanya dan menunggu kematian…
"Chi!"
Pedang darah itu datang mendekat ke kepala WuHao di hadapan banyak sekali tatapan terkejut. Tepat ketika semua orang berpikir bahwa Wu Hao pasti akan mati, suara angin kencang mendadak bergema menembus langit!
Sebuah sosok hitam bergegas turun dari langit secepat kilat, saat suara angin kencang itu terdengar. Akhirnya, sosok itu secara akurat menghantam pedang darah itu!
Klang! Klang! Klang! Klang! Klang! Klang! Klang! Klang! Klang! Klang!
Sebuah suara jernih menggema di tempat tersebut. Seketika, sebuah benda besar raksasa ditancapkan ke dalam tanah. Pedang darah itu telah dihantam ke tanah oleh benda itu.
Debu berhamburan dari titik di mana benda hitam itu terjatuh. Perubahan tak terduga yang mendadak itu menyebabkan semua orang merasa tertegun. Wu Hao pun perlahan membuka matanya. Wajahnya terlihat terkejut saat ia memandang pedang penguasa hitam besar yang muncul di depannya.
Mata Wu Hao terkejut saat ia memandang pedang penguasa hitam raksasa yang agak terlihat tak asing itu. Dalam sekejap kemudian, ia tampak telah mengingat sesuatu. Sebuah kegembiraan liar mendadak muncul di wajahnya.
"Xiao Yan? Itu kau?!"