Perjuangan Menembus Surga

Gerbang Xiao, Xiao Yan



Gerbang Xiao, Xiao Yan

1Teriakan bergembira Wu Hao menggema tanpa henti di dalam lembah itu, menyebabkan cukup banyak orang tertegun.     

Orang pertama yang pulih dari keterkejutannya adalah Xiao Yu yang sangat peka terhadap nama ini. Perasaan tidak percaya yang menggembirakan dalam sekejap menjalar ke wajah putih pucatnya yang cantik itu.     

"Bolehkah aku tahu siapa kawan ini yang telah turut campur tangan? Masalah ini menyangkut dendam Lembah Api Iblis-ku dan Akademi Jia Nan. Ini tidak ada hubungannya dengan orang asing!" Tubuh Xie Zhen pun bergegas mundur saat ia seketika berteriak dengan suara yang dalam. Saat teriakan itu terpancar dari mulutnya, tatapan matanya dengan cepat menyapu ke langit.      

"He he, Wu Hao, sudah lama semenjak kita bertemu terakhir kalinya. Tak terduga aku akhirnya melihatmu di dalam keadaan yang menyedihkan seperti ini ketika aku bertemu lagi denganmu!" Sebuah tawa jernih terdengar entah dari mana tidak lama setelah teriakan Xie Zhen terdengar. Tawa itu berdiam di udara, sebelum akhirnya menggema di atas lembah.     

Semua orang di lembah itu mendadak mendongakkan kepala ketika mereka mendengar tawa ini. Mereka melihat seorang pemuda berjubah hitam yang sedang mengepakkan sayap api hijau-giok di punggungnya saat ia berdiri di langit.     

"Xiao Yan… ini benar-benar dirinya. Kita benar-benar diselamatkan kali ini…" Xiao Yu menghela nafas lega ketika ia melihat wajah yang tak asing itu. Wajah pucatnya juga menunjukkan sebuah senyuman layaknya ia telah melepaskan beban berat.     

"Instruktur Xiao Yu, siapa dia?" Beberapa instruktur muda di samping Xiao Yu bertanya dengan suara yang agak tidak yakin. Mereka semua adalah instruktur junior dari Akademi Jia Nan. Mereka baru saja dipilih. Dengan begitu, mereka tidak benar-benar mengenali nama Xiao Yan. Terlebih lagi, dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Oleh karena itu, mereka untuk sementara waktu tidak bisa mengingat dengan jelas arti yang diwakili oleh nama itu.     

Beberapa murid muda di samping juga menunjukkan tatapan mata yang tak yakin. Sebelum mereka bisa menyuarakan pertanyaan mereka, seorang wanita muda yang tampak telah mengingat sesuatu mendadak berseru, "Xiao Yan? Senior Xiao Yan itu dari Akademi Dalam? Pendiri 'Gerbang Pan'?"     

Seruan wanita muda ini seketika meledak di antara regu ini layaknya sebuah bom. Semua orang mendongak terkejut. Mereka menatap pemuda berjubah hitam di langit. Sebagian besar dari mereka dengan lancar menceritakan kembali berbagai kejadian Xiao Yan di Akademi Dalam ke belakang. Sebagian besar orang mengagumi senior ini, yang bisa bertarung dengan para Dou Huang ahli dengan umurnya dulu. Ditambah keberadaan 'Gerbang Pan' dan 'Gerbang Xiao', hal ini meninggalkan hawa legendaris bagi reputasi pendiri mereka, Xiao Yan.     

Xiao Yan hanya mengangkat bahunya saat ia mengamati banyak tatapan mata takjub di bawah. Setelah itu, sayap api di punggungnya perlahan menghilang. Tubuhnya bergerak dan dengan lembut melayang turun, sebelum akhirnya muncul di depan Wu Hao. Ia menekan tangannya pada Pedang Penguasa Xuan Berat dan tersenyum kepada Wu Hao. "Tidak buruk, kau sudah mencapai kelas Dou Wang."     

Wu Hao berjuang untuk bangkit. Ia mengamati wajah yang tak asing itu, yang berada di dekatnya, dan hatinya yang tegang akhirnya menjadi rileks. Selama orang ini muncul, ia tahu bahwa masalah hari ini akan berakhir dengan baik. Wu Hao selalu sangat mempercayai Xiao Yan. Selama beberapa tahun mereka berteman, ia telah menyaksikan cukup banyak keajaiban yang terjadi.     

"Dasar kau. Sudah dua tahun semenjak kau menghilang…" Wu Hao mengusap bercak darah dari sudut mulutnya dan terbatuk hebat beberapa kali. Sebuah tinju seketika menghantam ke dada Xiao Yan. Wajah dingin dan tegasnya penuh dengan sebuah senyuman yang langka.     

Xiao Yan tersenyum samar. Ia menyerahkan sebuah pil obat kepada Wu Hao dan menepuk pundaknya. Ia tertawa, "Makanlah. Kau akan baik-baik saja setelah beristirahat di samping. Serahkan sisa masalah di sini kepadaku."     

Tatapan mata Xiao Yan berpaling ke belakang saat ia berbicara. Setelah itu, tatapan matanya mendarat pada sebuah sosok cantik berbaju merah. Ia tertawa lembut, "Apakah kau baik-baik saja?"     

Xiao Yu secara refleks merasakan hidungnya berubah menjadi masam saat ia merasakan tatapan mata lembut Xiao Yan. Matanya berkaca-kaca. Setelah waktu yang agak lama, ia menggertakkan giginya dan berkata, "Jangan biarkan orang-orang ini pergi. Kali ini, tiga murid sudah mati di tangan mereka."     

"Tenang, tidak ada satupun yang akan tersisa." Xiao Yan tertawa pelan dan mengangguk.     

Xiao Yu secara refleks memutar bola matanya ketika ia mendengar jawaban santai Xiao Yan itu. Ia seketika menoleh dan memang melihat sebuah kilatan yang tidak biasa di mata cukup banyak murid wanita karena jawaban orang ini.     

"Ck ck, nada yang begitu angkuh. Kau bukanlah orang yang memiliki kelayakan untuk bisa berbicara seperti itu kepada diriku yang tua ini!" Mata Xie Zhen yang tidak berada jauh berubah dingin saat ia tertawa dengan kelam.     

Xiao Yan benar-benar tak menghiraukan tawa Xie Zhen. Ia berbalik dan matanya melirik Xie Zhen. Setelah itu, ia perlahan berjalan maju. Tangannya secara acak menggenggam gagang pedang penguasa ketika ia melewati Pedang Berat Penguasa Xuan. Benda raksasa itu secara acak ia angkat saat ia berjalan perlahan menuju Xie Zhen.     

Mata Xie Zhen menjadi lebih gelap ketika ia melihat tindakan Xiao Yan. Dengan merasakan auranya, ia dapat tahu bahwa pemuda berjubah hitam di depannya juga merupakan seorang Dou Huang elit. Namun, tingkat orang itu jelas lebih rendah daripadanya.     

"Sepertinya Akademi Jia Nan memang hanya menghasilkan beberapa orang yang angkuh dan bebal." Xie Zhen secara refleks tertawa setelah dipandang rendah oleh seseorang yang tingkatnya berada di bawahnya. Dou Qi kuat mendadak menggelora keluar dari tubuhnya. Dou Qi putih itu seperti es dingin saat hal itu menyebabkan es muncul di atas tanah. Cakar tangan besarnya mengencang. Kuku-kukunya tampak luar biasa tajam saat diwarnai oleh udara dingin berwarna putih itu.     

"Bocah, hari ini, diriku yang tua ini akan membuatmu melihat sebenarnya apa artinya 'selalu ada seseorang yang lebih baik daripadamu.' Jangan berasumsi bahwa kau bisa merendahkan semua orang di dunia, hanya karena bakatmu cukup bagus." Xie Zhen tertawa pekat. Kakinya mendadak menghentak di tanah dan tubuhnya tiba-tiba melesat maju. Kedua cakarnya menari dan menyebabkan udara robek. Suara angin kencang tajam menyebabkan cukup banyak orang yang berhati tenang kembali menjadi gelisah.     

Sebuah ekspresi aneh melintas di mata Xiao Yan ketika ia mendengar kata-kata Xie Zhen ini. Ia seketika mengambil satu langkah dan mencondongkan tubuhnya maju dengan sikap yang aneh. Dapat dilihat sebuah cakar tangan tajam yang mengandung hawa dingin bergerak di sepanjang dada Xiao Yan. Hal itu terbang lewat sembari membawa angin tajam.     

"Kecepatannya cukup bagus…" Xiao Yan secara acak menghindari serangan cepat Xie Zhen ini saat ia berbicara pelan.     

Xie Zhen untuk sejenak terkejut ketika serangannya itu meleset. Jelas, ia merasa sangat terkejut bahwa Xiao Yan mampu menghindarinya. Namun, keterkejutannya ini hanya berlangsung sekejap. Matanya mendadak menjadi galak saat cakar tangannya bergerak. Hal itu seperti sebuah bilah saat mendadak memotong maju.      

Sudut mulut Xiao Yan mengerut saat ia memandang Xie Zhen mendadak mengganti gaya serangannya dengan menunjukkan sepasang mata tanpa riak yang seperti sumur tua. Tinjunya mendadak mengencang sebelum menerjang ke depan. Akhirnya, tinju itu bertumbukan keras dengan cakar tangan Xie Zhen.     

Tinju Xiao Yan mendadak terbuka ketika tangan dan cakar itu bertumbukan. Telapak tangannya berguncang hebat dan sebuah tenaga panas tersembunyi mendadak mengelora keluar dari telapaknya itu!     

"Bum!"     

Sebuah suara teredam rendah muncul. Tubuh Xiao Yan tidak bergerak, sementara kaki Xie Zhen menggesek tanah saat ia melangkah mundur dengan cepat lebih dari sepuluh kali. Baru setelah itu ia menstabilkan tubuhnya. Ia berteriak dengan keterkejutan, "Kau telah menyembunyikan kekuatanmu?"     

Xie Zhen tidak bisa disalahkan jika merasa takjub. Ketika tinju dan cakar itu bertumbukan, Dou Qi sedingin es di dalam tubuhnya ditekan oleh Xiao Yan hingga tidak bisa dilepaskan. Terlebih lagi, tenaga panas aneh itu pada akhirnya menyerbu tubuhnya, menyebabkan bagian dalam tubuhnya menjadi benar-benar kacau.     

Melihat Xiao Yan dengan mantap unggul di dalam pertempuran dengan Xie Zhen ini, para murid dari Akademi Jia Nan menjadi sangat bergembira. Sorakan-sorakan rendah seketika terdengar. Meskipun cukup banyak rumor mengenai Xiao Yan menyebar selama dua tahun ini, tidak ada dari mereka yang secara pribadi telah menyaksikan kekuatannya. Jadi, sebagian besar orang masih merasakan kekhawatiran di dalam hati mereka, bahkan ketika Xiao Yan muncul. Namun, kekhawatiran semacam itu dalam sekejap telah lenyap setelah pertukaran serangan secepat kilat tadi.     

"Orang ini… kekuatannya bahkan lebih kuat daripada dua tahun lalu…" Wu Hao secara refleks tertawa sebelum menghela nafas pelan ketika ia melihat pertukaran serangan ini.     

Sebuah senyum memenuhi wajah Xiao Yu. Di dalam hatinya, sepertinya selama orang ini muncul, situasi tanpa harapan sejenis apapun juga akan dengan mudah diselesaikan.     

Dokter Peri Kecil dan yang lainnya berdiri di atas lembah dan memandang ke bawah ke arah pertempuran yang sedang terjadi di lembah itu dari ketinggian. Para pembunuh dari Lembah Api Iblis di sekitar mereka sudah mati terjatuh ke atas tanah. Mai Di dan wanita muda yang bernama Mo Ling di samping itu agak tertegun saat mereka memandang bagian dalam lembah. Xiao Yan ternyata bisa mendapatkan keunggulan di dalam sebuah pertempuran dengan seorang Dou Huang ahli. Ini merupakan kejutan yang cukup dahsyat bagi mereka. Lagipula, mereka juga belum pernah melihat Xiao Yan bertarung. Keterkejutan dari mendengar cerita tentang pertarungan - pertarungan Xiao Yan itu benar-benar berbeda ketika dibandingkan dengan tingkat keterkejutan yang datang dari menyaksikan sendiri kekuatan semacam itu.     

Wajah-wajah orang-orang dari Lembah Api Iblis telah menjadi sangat buruk, saat kegembiraan terlihat di raut wajah regu Wu Hao. Tak terduga bahwa bahkan Tetua Keempat tidak bisa mendapatkan keunggulan di dalam pertarungannya dengan orang ini. Sebenarnya dari mana bocah muda ini berasal?     

Kelima jari Xiao Yan dengan lembut berputar, sebelum ia kembali mengepalkannya. Ia merasakan Dou Qi yang dikendalikan oleh lengannya dan tidak bisa menahan senyum. Lima bulan berpergian menembus hutan gunung dan membunuh banyak sekali Binatang Magic memang menyebabkan Dou Qi di dalam tubuhnya menjadi lebih murni. Ia juga jelas telah lebih familiar dengan pertarungan jarak dekat sejenis ini.     

Xiao Yan mengarahkan matanya ke atas. Sinar ungu melintas di bawah kakinya, sebelum ia seketika menghilang dengan misterius.     

Mata Xie Zhen menyusut ketika ia melihat Xiao Yan secara tiba-tiba telah menghilang. Tubuhnya bergegas kembali. Namun, tubuhnya baru saja bergerak, ketika sebuah sosok hitam muncul di belakangnya seperti hantu. Sebuah tinju yang mengandung sebuah tenaga panas dengan ganas menghantam ke punggung Xie Zhen.     

Xi Zhen, di saat yang bersamaan, dengan keras melayangkan sebuah tinju di belakangnya sebagai refleks ketika tinju Xiao Yan hendak menerjang sasarannya. Kedua tinjunya seketika bertumbukan.      

Sebuah senyum mendadak muncul di wajah Xiao Yan ketika mereka bertumbukan. Sebuah api hijau giok menggelora keluar dari tubuhnya ke segala arah.     

"Bum!"     

Dou Qi kuat yang mengandung api panas dengan kejam dituang menuju Xie Zhen dari segala arah layaknya api yang menyapu padang rumput.     

"Grek!"     

Angin mengerikan yang tiba-tiba muncul menyebabkan wajah Xie Zhen berubah drastis. Tulang-tulang di pergelangan tangannya memancarkan suara retakan tipis. Seketika, seteguk darah segar secara refleks dimuntahkan keluar. Tubuhnya terbang maju, membelah tanah sebelum bertumbukan keras dengan sebuah batu raksasa.     

"Sebenarnya siapa dirimu?"     

Xie Zhen berteriak dengan suara parau. Keterkejutan akhirnya muncul di wajahnya setelah menerima sebuah pukulan berat semacam itu.     

"Xiao Yan dari Gerbang Xiao."     

Sebuah api hijau giok dengan ganas membakar di dalam lembah. Sebuah suara tenang dan pelan melayang ke telinga Xie Zhen, dan menyebabkan matanya mendadak menyusut!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.