Perjuangan Menembus Surga

Memanggil Teman dan Sekutu



Memanggil Teman dan Sekutu

0Terdapat sebuah kota bernama Kota Feng yang berdiri di luar pegunungan panjang di sekitar Akademi Dalam. Kota itu tidak terlalu besar. Akan tetapi, kota itu memiliki posisi yang sangat penting di 'Daerah Pelosok Hitam'. Hal ini karena, tempat ini adalah tempat di mana raja obat 'Daerah Pelosok Hitam', Han Feng, tinggal.     

Sebagai ahli kimia teratas 'Daerah Pelosok Hitam', Han Feng, yang sudah lama menjadi seorang ahli kimia tingkat 6, memiliki posisi yang cukup tinggi di hati banyak faksi dan para ahli. Tentu saja, seorang ahli kimia 6 cukup langka, bahkan di seluruh benua. Bahkan, seorang Dou Huang atau Dou Zong biasa akan bersikap cukup sopan ketika bertemu dengannya. Lagipula, semua orang tahu ketenaran sejenis apa yang dimiliki seorang ahli kimia tingkat 6!     

Kota Feng. Kota ini dinamai berdasarkan nama Han Feng. Kehormatan spesial macam itu adalah sesuatu yang hanya bisa dinikmati oleh sangat sedikit orang di 'Daerah Pelosok Hitam' yang kacau ini, yang penuh dengan pembantaian. Han Feng adalah salah satu dari mereka!     

Di tengah kota itu terdapat sebuah hutan bambu yang benar - benar berbeda dari pasar yang bising di luar. Hutan bambu ini memiliki pertahanan yang sangat ketat. Untuk orang biasa, mereka bisa langsung melupakan saja jika ingin masuk. Bahkan, jika mereka mendekati sebuah area tertentu di sekitarnya, mereka akan menghadapi serangan yang ganas dan tidak pandang bulu. Tiap tahun, ada cukup banyak orang yang dibunuh oleh penjaga dari hutan bambu karena hal ini. Meskipun tempat ini tenang, hal itu telah menjadi tanah terlarang di hati banyak orang di dalam Kota Feng.     

Terdapat sebuah rumah bambu di kedalaman hutan. Warna hijau subur yang seperti batu zamrud, mengeluarkan sejenis aroma bambu samar.     

Seorang pria sedang duduk bersila di dalam sebuah ruangan bambu di dalam rumah bambu tinggi di samping sebuah jendela. Ia sedang mengenakan sebuah jubah ahli kimia. Di belakang jubah itu, kata 'Feng' dapat terlihat, disematkan dengan sulaman tangan yang indah. Saat ini, pria itu sedang memusatkan perhatiannya penuh pada sebuah resep obat di tangannya. Sikapnya yang tenang tak terpecahkan itu membuatnya tampak sangat fokus.     

Pria yang menunduk ketika ia berpikir keras dalam keheningan itu tiba - tiba mendongak. Tatapan matanya yang tajam langsung melesat ke arah kejauhan kaki langit utara. Ia merasakan sebuah gelombang energi aneh namun tidak asing pada tempat itu.     

Wajah pria itu cukup tampan. Ia sedang sedikit mengerutkan dahinya, saat bibirnya yang agak tipis menekan satu sama lain dengan erat. Bibirnya itu terlihat dingin dan tegas. Meskipun seperti itu, hal itu masih membuatnya sedikit lebih mempesona.     

"Perasaan ini…" Tangan pria itu melengkung membentuk sebuah tinju yang perlahan mengetuk keningnya sembari ia bergumam pelan.     

Banyak kepingan informasi yang berulang kali melintas di benaknya. Beberapa saat kemudian, tinjunya yang mengepal yang mengetuk kepalanya mendadak mengencang. Sebuah cahaya melintas secepat kilat di dalam matanya saat ia memandang kembali ke sumber di mana riak energi tadi terpancar. Suaranya yang terkejut sedikit terdengar terkejut, "Ini… sepertinya riak dari sebuah 'Api Surgawi'?"     

Hati tenang pria itu mulai penuh dengan perasaan yang campur aduk karena riak energi yang tiba - tiba terpancar. Matanya menyipit sebelum tiba - tiba perlahan tertutup sesaat kemudian. Dengan satu jentikan lembut jarinya, sebuah gelombang api jernih biru gelap seperti cairan, dengan misterius menjulur keluar dari dalam tubuh pria tersebut. Akhirnya, api itu membungkus dengan kuat sekujur tubuhnya.     

Api biru gelap itu cukup aneh. Sekilas, hal itu tampak seperti sebuah gumpalan air danau jernih yang mengalir. Akan tetapi, orang yang melihatnya dengan saksama dapat mengatakan kepada semua orang bahwa hal ini bukanlah sebuah genangan air, melainkan sejenis api…     

Kekuatan Spiritual pria itu telah mulai melonjak pesat saat ini, ketika api biru gelap itu bangkit. Api yang terasa agak samar tadi tampaknya telah berubah menjadi api yang menggelora di sisinya pada saat ini dan terlihat sangatlah jelas…     

"Ini memang sebuah 'Api Surgawi'!" Api biru gelap di sekitar tubuh pria itu tiba - tiba ditarik saat ia mendadak berdiri. Tatapannya panas membara saat ia menatap pegunungan di kejauhan. Sesaat kemudian, ia tampak telah mengenali sesuatu saat alisnya kembali mengernyit sembari ia bergumam, "Arah riak energi ini tampaknya terpancar dari Akademi Jia Nan? Jangan bilang ini mereka?"     

Meskipun ia memiliki ketenaran sangat hebat di dalam 'Daerah Pelosok Hitam', Akademi Jia Nan juga merupakan sesuatu yang besar. Biasanya, bahkan dirinya tidak akan berani dengan mudah memprovokasinya. Tentu saja, keengganan untuk menyinggung ini pasti akan menghilang secara otomatis ketika manfaat yang ada telah mencapai suatu titik tertentu. Contohnya… daya tarik dari sebuah 'Api Surgawi'!     

"Han Beng!" Pria itu mendadak berbalik dan berteriak dengan suara yang dalam.     

Saat suaranya berbunyi, sesosok manusia seperti hantu datang melesat. Akhirnya, ia muncul di dalam rumah bambu itu dengan satu kaki berlutut di tanah. Suaranya mungkin parau, tetapi masih menghormati, "Perintah apa yang tuan berikan?"     

"Ambil koin ini dan beritahu Sekte Api Tanah, Delapan Gerbang, Sekte Darah dan… minta pemimpin sekte mereka bergegas ke 'Kota Feng' dalam dua jam. Aku membutuhkan bantuan mereka untuk sesuatu. Dan juga, kau akan secara pribadi mengirimkan dua koin ini ke tempat itu dan mengundang dua tuan itu untuk bepergian kemari." Pria itu melambaikan dua koin aneh dan melemparkannya kepada sosok manusia yang berlutut di atas tanah. Orang itu menangkapnya secepat kilat dan baru saja menyimpannya ke dalam cincin penyimpanan miliknya ketika satu koin emas dan satu perak melesat ke arahnya.     

Sosok manusia itu menerima koin emas dan perak yang spesial ini. Wajahnya, yang tetap tak menunjukkan ekspresi, agak berubah pada saat ini. Dengan suara yang pelan, ia bertanya, "Tuan bahkan ingin mengundang mereka? Mereka biasanya bahkan tidak ingin menemui orang biasa. Kemungkinan, bahkan orang tua harus menyerahkan sesuatu yang dapat menarik mereka untuk bisa mengundang mereka kali ini."     

"Lakukan saja yang kuperintahkan. Jika aku bisa mencapai tujuanku, benda yang mereka inginkan tentu saja bukanlah sebuah masalah." Pria itu melambaikan tangannya dengan cuek saat ia berbicara.     

"Aku mengerti!" Sosok manusia itu tidak lagi ragu setelah mendengar kata - kata itu. Ia menjawab dengan hormat sebelum tubuhnya dengan cepat terlontar ke dalam kegelapan dan pada akhirnya menghilang.     

Pria itu akhirnya perlahan menghembuskan napas ketika ia melihat sosok tadi menghilang. Ia mendekat ke depan jendela dengan langkah kaki yang pelan dan matanya mengamati pegunungan di kejauhan. Sebuah api biru tua tiba - tiba menggelora di matanya.     

"Api Surgawi… he he. Aku telah mencarinya selama bertahun - tahun. Sungguh tidak terduga bahwa hal itu bersembunyi di dalam pelosok pegunungan. Selama aku bisa mendapatkan 'Api Surgawi' jenis kedua dan juga menelannya serta memurnikannya… maka…" Sebuah ambisi liar mendadak menggelora pada wajahnya yang aslinya tajam dan dingin. Tangan pria itu tiba - tiba mengencang dan hendak berkata sesuatu ketika alisnya mendadak mengernyit. Tangannya menggenggam dadanya dan bergegas batuk beberapa kali. Saat ini, napasnya juga telah menjadi agak berantakan.     

Batuk itu berlanjut untuk sesaat, sebelum perlahan reda. Menghembuskan napas dalam, pria itu menggertakkan giginya dan berkata pelan, "Orang tua sialan. Semuanya akan baik - baik saja jika ia memberikan 'Mantra Api' untukku berlatih kala itu, berkata bahwa pikiranku tidak lurus. Bakat memurnikan pil milikku jauh lebih kuat daripadamu!" Suaranya telah menjadi jauh lebih lembut di akhir. Akan tetapi, dari penampilan tinjunya yang mengepal erat, dapat dibayangkan kemarahan dan kebencian yang ada di dalam hatinya.     

…..     

"Bum!"     

Python api tak kasat mata kembali bertabrakan keras dengan jaring energi berwarna - warni itu. Hal itu seketika mengeluarkan sebuah gelombang ledakan seperti guntur. Akan tetapi, jaring energi itu terkadang erat dan terkadang kendur, membuat python api tak kasat mata itu tidak bisa kabur dalam waktu singkat.     

Namun, setelah serangan berulang oleh python api itu, warna dari jaring energi berwarna - warni tadi telah jelas menjadi jauh lebih samar. Bahkan, raut muka beberapa Tetua berangsur - angsur menjadi pucat dan napas mereka menjadi terengah - engah. Jelas, mereka telah menghabiskan tenaga yang cukup besar untuk bisa menahan serangan python tak kasat mata tersebut.     

"Bum!"     

Serangan python api tak kasat mata itu menerjang jaring energi dengan liar dan keras. Dengan badan raksasanya dan energinya yang megah, makhluk itu mendapatkan daya gerak yang sangat mengerikan setiap kali bertumbukan dengan jaring tadi. Di hadapan ledakan yang hampir menggila dari python api itu, salah satu tetua akhirnya tidak bisa menahannya lebih lama lagi setelah satu hingga dua jam.     

"Grek!"     

Di dalam pertarungan yang ganas ini, Dou Qi di dalam tubuh seorang Tetua yang pertama terkuras. Seteguk darah segar secara refleks dimuntahkan. Seketika, ia hampir tidak bisa mengumpulkan Dou Qi di dalam tubuhnya untuk mengepakkan sayapnya untuk memperlambat laju jatuh.     

Setelah kehilangan kekuatan seorang Tetua, tekanan pada Tetua yang lain seketika melonjak. Python api tak kasat mata itu pun jelas memahami bahwa kesempatannya telah tiba. Karena itu, kecepatan serangannya juga meningkat. Sepuluh menit berlalu, seorang Tetua lain memuntahkan darah dan mundur. Dua puluh menit kemudian, Tetua ketiga juga mundur dalam kekalahan…     

Raut muka Su Qian menjadi semakin memburuk saat ia memandang ekspresi pucat para Tetua yang mundur satu per satu. Meskipun telah berulang kali bertukar serangan dengan 'Api Hati Gugur' beberapa tahun ini, ia tidak pernah benar - benar menyaksikan kengerian itu ketika 'Api Hati Gugur' benar - benar meletus. Kini setelah ia melihatnya sendiri, ia juga jelas memahami bahwa makhluk alami seperti itu memang mengerikan…     

Dalam tiga jam singkat, sepuluh dari delapan belas Tetua telah mundur. Hanya delapan Tetua dan Su Qian yang masih bertahan dengan pahit.     

MEskipun para Tetua Akademi Dalam menderita kekalahan yang buruk, situasi dari python api tak kasat mata itu juga tidak terlalu bagus. Gerakan menggila serangannya dan konsumsi energinya telah membuat api di permukaan tubuhnya menjadi jauh lebih redup. Sikap menyerangnya juga melemah.     

Seluruh Tetua yang masih bertahan dengan pahit dapat melihat seutas harapan ketika mereka merasakan serangan yang semakin melemah dari python api tak kasat mata.     

Xiao Yan, yang bersembunyi di dalam api, memandang para Tetua di langit memuntahkan darah dan mundur satu per satu. Ia secara refleks menyeka keringat dingin dari wajahnya. Meskipun setelah banyak Tetua bekerja sama, mereka masih berakhir menyedihkan karena 'Api Hati Gugur'. Tampaknya untuk bisa menundukannya, tingkat penderitaan yang harus ia alami kemungkinan bahkan lebih besar daripada ketika ia menelan 'Api Inti Teratai Hijau' kala itu.     

"Dilihat dari situasi yang ada, tampaknya bahwa para Tetua Akademi Dalam tidak akan bisa bertahan. Guru, kapan kita harus ikut campur?" Xiao Yan dengan gelisah bertanya di dalam hati. Setelah 'Api Hati Gugur' terlepas dari pertahanan yang ada, kemungkinan hal itu akan menghilang dengan cepat. Pada saat itu, mencarinya kemungkinan besar akan sangat sulit.     

"Tidak perlu gelisah…" Suara Yao Lao dengan cepat terdengar di hati Xiao Yan. "Terdapat sekelompok besar aura bergegas mendekat dari timur. Mereka kemungkinan para ahli di Akademi Luar. Biarkan mereka menghabiskan kekuatan 'Api Hati Gugur' sedikit lebih lama lagi."     

Xiao Yan terkejut ketika ia mendengar hal ini. Matanya bergegas melesat ke kaki langit. Ia memang dapat dengan samar melihat beberapa titik hitam pada suatu titik, yang mana, pandangannya hampir tidak bisa mencapainya.     

Titik - titik hitam itu dengan cepat membesar. Sesaat kemudian, mereka berubah menjadi sekelompok besar orang yang tampak di mata semua orang di dalam Akademi Dalam.     

"Ha ha, Tetua Su, menggabungkan orang - orang ini membutuhkan waktu lama. Semoga, kita tidak datang terlalu terlambat." Sebuah tawa orang tua tiba - tiba bergema di seluruh alngit. Siapa lagi pemilik suara yang tidak asing ini selain Wakil Kepala Sekolah, Hu Gan?     

Su Qian pun menghela napas lega ketika ia melihat bala bantuan yang telah muncul pada titik paling genting. Sepertinya, kejadian terburuk tidak akan muncul hari ini…     

Ketika bala bantuan dari Akademi Luar tiba, banyak ahli yang memiliki pengaruh yang cukup besar di dalam 'Daerah Pelosok Hitam' juga telah berkumpul bersama di dalam Kota Feng di luar pegunungan. Akhirnya, kelompok besar para ahli itu melonjak ke angkasa di hadapan tawa seorang pria yang memiliki sebuah daun maple yang disulam di belakang jubahnya. Akhirnya, mereka merentangkan sayap Dou Qi mereka dan bergegas ke Akademi Dalam di sisi lain pegunungan itu.     

Sebuah pertempuran yang sangat besar akan segera meledak!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.