Perjuangan Menembus Surga

Pembasmian



Pembasmian

3Suara angin kencang yang dibawa oleh sosok - sosok manusia yang melesat, terdengar berulangkali di langit yang biru. Ledakan - ledakan energi yang seperti petasan kembali berbunyi berulang kali. Riak - riak energi kuat masih bisa samar - samar dirasakan, meskipun berada lebih dari lima puluh meter jauhnya.     

Sebagian besar dari Akademi Dalam saat ini dihancurkan oleh sisa - sisa gelombang yang telah menyebar keluar dari pertarungan yang ada. Hal ini menyebabkan beberapa murid Akademi Dalam tidak memiliki pilihan selain bergerak semakin jauh untuk menghindari riak - riak yang tersisa.     

Ketika mereka mundur, banyak tatapan mata terpusat dengan kuat pada pertempuran besar kisruh di langit. Kebanyakan dari tatapan mata itu membawa panas liar dan semangat, saat terhenti pada medan pertempuran tertentu. Di tempat ini, sesosok pemuda telah sedang meledak - ledak dengan ganas. Lawannya, seorang Dou Huang ahli, yang memiliki reputasi besar di dalam 'Daerah Pelosok Hitam', telah jatuh ke dalam keadaan tak diunggulkan dan tampak sangat menyedihkan.     

"Sepertinya Xiao Yan akan segera menang." Tatapan mata Liu Qing bersinar saat ia menonton dua sosok manusia samar dari atas sebuah bangungan. Keterkejutan di dalam suaranya tidak sedikitpun tersembunyi.     

Sesosok yang menawan berdiri dengan anggun di belakang Liu Qing. Melihat wajah cantik itu, ternyata adalah adik sepupu perempuan Liu Qing, Liu Fei. Pada saat ini, gadis cantik ini, yang telah menyimpan dendam besar kepada Xiao Yan, tidak lagi menunjukkan tampang benci di dalam matanya, ketika mereka menonton sosok itu di angkasa. Tangannya yang lembut menutupi bibir merahnya, saat mata cantiknya memantulkan sebuah kilatan aneh. Wajah menawan miliknya itu dipenuhi dengan raut muka yang rumit. Ia tidak pernah menduga bahwa orang yang pernah ia remehkan, saat ini menunjukkan kekuatan mengerikan yang bahkan membuat Liu Qing terkejut. Kekuatan semacam itu telah melampaui batasan seorang murid. Bahkan, beberapa Tetua di Akademi Dalam tidak dapat mencapai batasan itu.     

Bisa dikatakan bahwa Liu Fei semakin takut terhadap Xiao Yan setelah pertarungannya dengan Liu Qing berakhir imbang, di mana keduanya cedera serius, kekuatan yang saat ini sedang ditunjukkan Xiao Yan telah benar - benar membuat gadis angkuh dan manja ini menjadi seekor anak kucing kecil yang bahkan tidak sedikitpun berani melawan di depannya.     

Kekuatan sejenis ini telah mencapai titik di mana ia tidak lagi memiliki keberanian untuk bertarung ataupun menyinggung! Hal ini karena pendukung terbesarnya saat ini, Liu Qing, juga tidak mampu melawan kekuatan semacam ini.     

Oleh karena itu, ketika Xiao Yan menekan Fan Lao yang berada di kelas Dou Huang hingga ia berakhir dalam situasi yang tidak diuntungkan, dendam yang ada di hati Liu Fei secara sendirinya benar - benar menghilang. Meskipun ia kasar dan manja, ia tidak bodoh. Ia tahu siapa yang bisa ia singgung dan siapa yang tidak…     

"Hua!"     

Sebuah suara tiba - tiba berbunyi di sekitarnya, ketika pemikiran ini berdiam di hatinya. Ia bergegas mendongak dan mata cantiknya terlontar menuju medan pertempuran yang sedang diperhatikan oleh semua murid Akademi Dalam. Meskipun mereka berada jauh, ia masih bisa merasakan angin yang sangat kuat tiba - tiba muncul.     

"Ledakan Oktan!"     

Mata Xiao Yan tiba - tiba menjadi tegas saat ia kembali mendekat tubuh Fan Lao di langit. Tangan yang hendak menghantam pundak lawannya tiba - tiba mengepal. Sikutnya mencuat ke depan dengan aneh dan tubuhnya menerjang maju. Sebuah gelombang angin kencang dalam sekejap tergumpal di sikunya. Akhirnya, hal itu membawa suara angin meledak yang dalam bersamaan dengan teriakan dingin, saat dengan keras dihantamkan ke dada Fan Lao yang berwajah pucat.     

"Bum!"     

Suara teredam dari jual beli serangan terdengar di angkasa. Semua orang dapat dengan samar melihat lapisan selaput darah yang sedari tadi berdiam di tubuh Fan Lao benar - benar terpecahkan saat siku Xiao Yan mendarat dengan kuat di dadanya!     

Serangan liar dan hebat Xiao Yan tadi telah menyebabkan tanda - tanda Dou Qi mulai muncul di dalam tubuh Fan Lao. Selaput darah yang merupakan satu - satunya hal yang digunakan untuk melindungi nyawanya, dihancurkan oleh Xiao Yan. Karena itu, tenaga kuat yang datang menuju dirinya benar - benar meledak di dadanya tanpa tertahan.     

"Grek!"     

Dengan lapisan darah yang telah pecah, Fan Lao, yang telah kehilangan pertahanan terkuatnya, akhirnya mulai menunjukkan tanda - tanda kekalahan. Tenaga itu menyembur dengan liar dan warna merah lembut seketika menjalar di wajah pucat Fan Lao. Seteguk darah segar secara refleks disemburkan. Tubuhnya terjatuh cepat dari angkasa seperti sebuah bola Meriam. Akhirnya, ia mendarat dengan keras ke dalam reruntuhan, menyebabkan pecahan - pecahan batu melesat dan menyebar ke segala arah.     

Kekalahan Fan Lao membuat seluruh tempat itu hening. Kekalahan seorang Dou Huang ahli adalah kekalahan yang cukup besar bagi kubu 'Daerah Pelosok Hitam'. Bahkan, ketika Fan Lao dikalahkan, tidak ada lagi orang yang mampu menahan Xiao Yan. Jika Xiao Yan dibiarkan mengikuti pertempuran besar kisruh itu, keadaan imbang yang yang ada pasti akan seketika berubah. Akhirnya, situasi awal dimana 'Daerah Pelosok Hitam' berada di atas angin, akan dibalikkan oleh Akademi Jia Nan!     

Hal ini adalah sesuatu yang tidak hanya dipahami oleh para ahli, tetapi banyak murid dari Akademi Dalam di bawah juga jelas sadar mengenai hal itu. Karena itu, ketika Fan Lao menyemburkan darah dan terjatuh ke tanah, teriakan keras bergembira yang liar bergabung satu dengan yang lainnya sebelum bergegas melesat ke awan. Teriakan ini tidak menghilang untuk waktu yang lama!     

Sepasang sayap api hijau mengepak perlahan di angkasa. Tatapan mata Xiao Yan terpusat dengan saksama ke titik di mana Fan Lao mendarat. Ia baru menghembuskan nafas lega setelah merasakan aura lawannya yang menjadi lemah. Ia untuk sementara waktu mampu bertarung dengan seorang Dou Huang ahli dengan meminjam kekuatan Yao Lao. Meskipun tidak akan menghabiskan banyak waktu untuk mengalahkan Fan Lao jika ia menunjukkan kekuatan Yao Lao dengan sembrono; Xiao Yan jelas paham bahwa juga ada ketakutan akan terbongkarnya identitas Yao Lao. Lagipula, terdapat banyak ahli di tempat ini. Jika ia sembrono dan membiarkan seseorang melihat sesuatu, tidak akan menjadi berita bagus bagi Xiao Yan, yang kekuatannya sekarang tidak cukup untuk melindungi Yao Lao.     

Akan tetapi, meskipun Xiao Yan tidak bisa melepaskan kekuatan Yao Lao dengan penuh, tidak terlalu sulit baginya untuk bergantung pada kekuatan 'Api Inti Teratai Hijau' dan pengekangannya terhadap Fan Lao, untuk mengalahkannya.     

"Aku tidak bisa meninggalkan nyawa anjing tua ini. Jika tidak, masalahnya tak akan selesai kedepannya." Keganasan tiba - tiba melintas di mata Xiao Yan. Ia jelas paham semerepotkan apa untuk membentuk pertikaian darah dengan seorang Dou Huang tingkat tinggi. Karena itu, ia tentu saja tidak akan membuang kesempatan ini untuk benar - benar menghancurkan lawannya yang lemah.     

Pemikiran ini baru saja melintas di benaknya, ketika tubuh Xiao Yan bergerak dengan cepat. Sayapnya dapat dilihat mengepak sebelum tubuhnya berubah menjadi segumpal api hijau. Seketika, tubuhnya itu menjadi seperti sebuah meteor yang terjatuh ke tanah saat menghantam ke titik di mana Fan Lao mendarat tadi di hadapan banyak tatapan mata tertegun.     

"Anjing tua, matilah!"     

Teriakan yang penuh dengan niat membunuh yang kejam bergema di langit. Api hijau melesat dan mencapai tujuannya secepat kilat. Hal itu menghantam puing - puing dengan sebuah ledakan. Riak dengan kekuatan yang mengerikan seketika menyebar dan mengubah pecahan batu di sekitar menjadi bubuk. Banyak sekali garis retakan yang setebal lengan, mulai menyebar seperti sebuah jaring laba - laba.     

"Ah!"     

Teriakan tajam dengan cepat berbunyi saat api hijau itu datang menghantam. Sebuah cahaya berdarah seketika melesat keluar dari titik di mana api hijau itu menyebar. Cahaya berdarah tadi terasa gelap dan benar - benar berbeda dari dirinya sebelumnya yang terasa agung dan kuat.     

Kecepatan cahaya darah itu sangatlah mengerikan. Dalam sekejap, hal itu muncul di langit beberapa ratus meter dari tanah. Baru setelah itu, sosok di dalamnya perlahan muncul. Ternyata, itu adalah Fan Lao yang tubuhnya diselimuti darah. Akan tetapi, penampilannya saat ini juga sangatlah menyedihkan. Tidak hanya tubuhnya diselimuti darah segar, tetapi seluruh tubuhnya jauh lebih rapuh. Sikap itu layaknya ia adalah sebuah mayat kering yang darahnya telah benar - benar dihisap oleh seseorang…     

"Kecepatan yang hebat…" Api hijau itu melesat ke atas tanah, dan Xiao Yan kembali bergegas ke udara. Tatapannya kelam dan dingin saat ia memandang wajah pucat Fan Lao di kejauhan, yang tampak berada dalam nafas terakhirnya. Dilihat dari penampilan lawannya, Xiao Yan jelas paham bahwa orang tua ini dalam sekejap telah mengubah darah cair di dalam tubuhnya menjadi uap dan melepaskan kecepatan yang bahkan Xiao Yan tidak bisa berharap untuk tandingi. Hanya karena alasan inilah ia menghindari kematian yang tak terelakkan.     

"Xiao Yan! Kau sungguh berpikir untuk membinasakanku ketika aku terjatuh?" Fan Lao mempertahankan jarak yang jauh dari Xiao Yan, saat ia berteriak dengan suara parau yang galak.     

"Pemimpin Sekte Fan, tidakkah terlalu menggelikan bagimu, orang dari 'Daerah Pelosok Hitam', untuk mengatakan perkataan ini? Tidakkah hal semacam itu terlalu biasa bagi orang - orang sepertimu?" Xiao Yan tertawa dingin saat ia mencemooh. Tatapannya terkunci dengan kuat kepada Fan Lao saat Dou Qi di dalam tubuhnya bergolak dan menjadi siap untuk kembali melepaskan gerakan mematikan.     

Raut muka Fan Lao pucat pasi. Sesaat kemudian, ia mendadak tertawa dan berkata, "Sebenarnya, masalah ini hanyalah kesalahpahaman…"     

"He he, aku juga berpikir demikian…" Xiao Yan mengusap dagunya saat ia berpikir keras sejenak setelah mendengar kata - kata Fan Lao. Ia sungguh menganggukkan kepalanya. Akan tetapi, ketika Fan Lao untuk sementara waktu tertegun melihat reaksinya, sebuah guntur samar yang berguling tiba - tiba terdengar. Sosok Xiao Yan mendadak menghilang!     

"Chi!"     

Mata Fan Lao menyusut ketika suara guntur itu muncul. Ia menggertakkan giginya dengan keras saat tinjunya menghantam dadanya. Seteguk darah disemburkan dengan keras dan tubuhnya kembali berubah menjadi sebuah cahaya darah yang menghilang dari titik awalnya ketika ia melakukan hal tersebut.     

Tubuh Xiao Yan muncul dengan aneh ketika Fan Lao menghilang. Sebuah tinju dilontarkan dengan keras dan menyambar bayangan yang tertinggal, menghancurkannya hingga tidak tersisa.     

Xiao Yan sedikit mengerutkan dahinya. Ia mendongak dan matanya menyapu di sekitar tempat itu. Akhirnya, matanya berhenti di langit beberapa ratus meter jauhnya. Fan Lao, yang wajahnya hampir tembus pandang, kembali melesat dan muncul di tempat itu.     

"Bayangan lainnya ya… aku ingin lihat seberapa banyak darah segar yang bisa kau gunakan." Sudut mulut Xiao Yan terangkat menjadi sebuah lengkungan pekat dingin. Ia hendak mengejar Fan Lao dengan niat menghabisinya, ketika suara penghalang energi yang pecah jernih tiba - tiba bergema di angkasa.     

Suara itu mungkin tidak terlalu keras, tetapi memiliki sejenis kekuatan magis, menyebabkan medan pertempuran di angkasa berhenti sejenak. Banyak tatapan mata tiba - tiba berpaling ke bawah. Akhirnya, tatapan mata itu berhenti di 'Menara Pemurnian Qi Langit Membara', yang atapnya telah hancur. Ekspresi semua orang seketika berubah dengan drastis!     

"Ini gawat… keparat itu ternyata akan mendobrak segelnya lagi…" Raut muka Su Qian seketika berubah ketika suara itu terdengar. Matanya mendadak beralih ke menara itu, dan suaranya mengandung keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan.     

"Inikah 'Api Surgawi' dari 'Menara Pemurnian Qi Langit Membara'? Sungguh tidak terduga bahwa hal itu telah membentuk sebuah kecerdasan…" Tatapan mata Han Feng juga mengikuti suara tadi dan dilontarkan ke atas menara itu. Matanya penuh dengan panas membara saat tubuhnya begitu bersemangat hingga mulai gemetar pada saat ini.     

Selaput energi berwarna hitam di atas menara telah hancur entah kapan. Sepasang mata ular raksasa yang mengandung api perlahan muncul dari dalam kegelapan. Akhirnya, mata itu menatap ke arah tubuh setiap orang di langit, membuat mereka merasakan hawa dingin di sekujur tubuh mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.