Perjuangan Menembus Surga

Membunuh Fan Lao



Membunuh Fan Lao

3Bala bantuan yang mendadak telah muncul menyebabkan wajah Fan Lao berubah menjadi semakin pucat. Hal ini lebih tampak ketika ia melihat wajah ganas kelam dan dingin Xiao Yan. Raut wajahnya telah menjadi pucat pasi, seperti telah diselimuti oleh lapisan embun beku.     

Ketika Xiao Yan menunjukkan dua jenis 'Api Surgawi', Fan Lao paham bahwa kemungkinan meskipun mereka berempat menyerang bersamaan dalam pertempuran langsung, akan sangat sulit bagi mereka untuk mengalahkannya. Bahkan, pertempuran itu baru saja dimulai ketika Xiao Yan telah mengalahkan satu dari Dou Wang ahli itu. Seiring kekuatan bertarung mereka berkurang, kemungkinan mereka untuk menang pun dengan cepat menurun.     

Karena itu, ia tadi berniat untuk menangkap Xiao Li hidup - hidup dan menggunakannya untuk mengendalikan Xiao Yan. Namun, Lin Yan dan Zi Yan muncul di saat genting, benar - benar memusnahkan seluruh rencananya. Berikutnya… ia harus menghadapi amarah Xiao Yan yang penuh dengan niat membunuh, sendirian!     

"Bunuh semua orang di dalam benteng!" Fan Lao tiba - tiba mengingat sesuatu ketika wajahnya menjadi pucat. Ia berteriak lantang secara mendadak. Dilihat dari situasinya, ia sungguh harus bertarung sampai mati.     

Beberapa ratus orang dari 'Aliansi Hitam' yang sedari tadi menunggu perintah di luar benteng tiba - tiba memberikan jawaban serentak yang mengguncang bumi. Seketika, banyak sekali sosok manusia melesat keluar dari segala arah dan mulai melepaskan serangan pada benteng itu.     

Xiao Yan sedikit mengerutkan dahinya saat ia melihat orang yang tak henti - hentinya menyerbu dari hutan. Orang - orang yang berada di dalam benteng ini jelas merupakan anak buah kakak keduanya, Xiao Li. Akan gawat jika mereka menderita terlalu banyak cedera dan kematian.     

"Saudara ketiga, kau harus habisi anjing tua ini. Aku akan memimpin orang - orangku untuk menghentikan serangan dari luar itu!"     

Xiao Li mendadak melesat turun dari panggung tingi saat pemikiran tadi sedang dipikirkan Xiao Yan. Dengan raungan yang tegas, sosok - sosok hitam muncul dari bayangan gelap benteng itu. Akhirnya, lebih dari seratus orang bergegas keluar dengan teratur. Hanya dalam sekejap, jalan yang semula sepi kini benar - benar penuh dengan orang.     

"Semuanya, ikuti aku!"     

Xiao Li berteriak dalam dan seketika memimpin untuk bergegas menuju pintu masuk benteng itu. Kelompok besar sosok - sosok hitam di belakangnya mengikuti dengan ketat, tanpa sedikitpun keraguan. Meskipun mereka dihadapkan dengan situasi putus asa semacam itu, langkah kaki sosok - sosok hitam ini tak tampak sedikitpun kacau saat mereka dengan teratur mematuhi perintah Xiao Li. Mereka menyebar menuju berbagai bagian benteng.     

Kerterkejutan melintas di mata Xiao Yan saat tatapannya mengamati sosok - sosok hitam itu yang telah bergegas keluar dari bayangan. Seketika, ia tak lagi terlalu khawatir. Meskipun Xiao Li saat ini cedera, selain Fan Lao dan beberapa lainnya, pasukan besar yang menyerang tidak memiliki satupun Dou Wang. Walaupun Xiao Li terluka, ia seharusnya dengan mudah mampu menghadapi Dou Ling biasa manapun.     

Xiao Yan memalingkan tatapannya dan mengarahkannya menuju Fan Lao yang tak berada jauh. Ia tersenyum dan gigi putih cerahnya menjadi semakin pekat yang membuat hati seseorang terasa dingin.     

"Fan, anjing tua. Kau bisa dengan beruntung melarikan diri dua tahun lalu. Aku bertanya - tanya apakah kau akan seberuntung itu hari ini?" Tawa Xiao Yan sedingin cahaya yang dingin, menyebabkan hawa dingin merembes menembus tulang - tulang.     

Wajah Fan Lao pucat setelah ia dipanggil anjing tua berulang kali oleh Xiao Yan. Namun, ia tahu bahwa Xiao Yan bukan lagi anak bandel dari dua tahun lalu. Xiao Yan yang sekarang memiliki kekuatan yang cukup untuk mempermainkannya di dalam telapak tangannya.     

"Xiao Yan, dendam di antara kita semua dimulai karenamu. Jika kau tidak membunuh putraku, aku tidak akan mendendam kepadamu!" Mata Fan Lao berkelip. Matanya melayang ke segala arah tanpa meninggalkan jejak, saat ia menggertakkan giginya dan berbicara.     

"Apanya yang aneh mengenai puteramu yang terbunuh saat ia berada di 'Daerah Pelosok Hitam' yang kisruh ini? Jumlah orang yang telah mati di tanganmu kemungkinan jauh lebih banyak daripada yang mati di tanganku." Xiao Yan tertawa dingin. Ia seketika mengangkat pedang berat di tangannya dengan perlahan dan mengarahkan pedang itu kepada Fan Lao dari jauh. Ia berkata pelan, "Percuma bagi kita untuk mengatakan apapun sekarang. Tidak ada sedikitpun ruang untuk mendamaikan dendam di antara kita. Hari ini, kau harus mati!"     

"Bajingan angkuh! Aku, Fan Lao, tidaklah takut kepadamu!"     

Wajah Fan Lao berkedut. Akhirnya, ia tak bisa menahan berteriak lantang. Matanya jelas terlihat ganas saat Dou Qi berwarna darah mengalir keluar dari tubuhnya ke segala arah. Akhirnya, Dou Qi itu bangkit dan berubah menjadi sebuah lautan berdarah raksasa selebar sekitar sembilan hingga dua belas meter. Sosoknya benar - benar tersembunyi di dalamnya.     

"Sudah dua tahun penuh, namun kau masih menggunakan taktik lama yang sama. Taktik ini tak mempan terhadapku." Xiao Yan melirik lautan darah yang menyebar mendekat itu. Api hijau dan api tak kasat mata di tangannya dengan lembut ditekan menjadi satu dan keduanya dengan cepat melebur, berubah menjadi sebuah gumpalan api hijau tua.     

Telapak tangan Xiao Yan perlahan melemparkan api hijau tua tersebut. Lengan bajunya mendadak melambai dan dapat dilihat gumpalan api hijau tua yang tiba - tiba mengembang. Dalam beberapa detik yang singkat, api hijau tua itu, yang semula bahkan tidak lebih besar dari ukuran kepala, telah mengembang hingga dua meter lebarnya.     

Jari Xiao Yan menyokong api hijau tua itu, saat sudut mulutnya perlahan terangkat membentuk sebuah senyuman. Ia menjentikkan jarinya dan api hijau tua raksasa tersebut seketika menyapu ke segala arah layaknya badai.     

Lautan darah yang menyebar ke segala arah mulai bergolak saat api hijau tua menyapu. Bau amis dengan cepat lenyap dan lautan darah pekat tadi juga telah berubah menjadi semakin tipis. Lautan darah itu bahkan dengan samar memancarkan raungan murka Fan Lao.     

Fan Lao memang benar - benar tak beruntung. Serangan lautan darahnya ini adalah serangan yang ia andalkan untuk menguasai 'Daerah Pelosok Hitam' dan menjadi terkenal. Setelah jurus itu diaktifkan, hal itu dapat menyembunyikan tubuhnya. Ketika berada di dalamnya, pemulihan Dou Qi-nya dan hal - hal lainnya mendapatkan peningkatan yang besar. Kala itu, banyak ahli secara tak berdaya dikalahkan ketika berhadapan dengan lautan darah ini. Namun, lautan darah ini hanya seperti seekor tikus yang bertemu dengan kucing, ketika jurus itu bertemu dengan Xiao Yan yang mengendalikan 'Api Surgawi'. Jurusnya itu tidak sedikitpun mampu melawan. Meskipun Fan Lao juga merupakan seorang Dou Huang elit, kekuatan bertarung yang dapat ia lepaskan kepada Xiao Yan, kemungkinan hanya mirip dengan seorang Dou Wang biasa. Harus dikatakan bahwa selalu ada sesuatu yang dapat mengekang hal lainnya.     

"Siu!"     

Ketika lautan darah itu telah menjadi sangat tipis, Fan Lao yang berada di dalamnya, akhirnya tidak dapat menahannya lagi. Dengan raungan rendah, sebuah tombak darah sepanjang satu setengah meter melesat keluar dengan ganas. Udara berguncang di manapun tombak darah itu lewat dan angin tajam yang diciptakan dapat terdengar dengan jelas di seluruh benteng itu.     

Xiao Yan tersenyum dan menggelengkan kepalanya saat ia melihat tombak darah yang telah melesat secara eksplosif dari lautan darah tadi. Ia menjentikkan jarinya dan segumpal api hijau tua melesat keluar dari jarinya. Akhirnya, api itu bertumbukan dengan tombak tadi dan keduanya seketika secara bersamaan musnah di dalam sebuah suara yang keras.     

"Kau sungguh melawan dengan keras kepala…" Api hijau tua pun menggelora keluar dari tubuh Xiao Yan. Api itu seketika membungkusnya di dalamnya. Kakinya menginjak tanah dengan keras dan tubuhnya melesat ke dalam lautan darah yang semakin tipis itu.     

Setelah Xiao Yan menerjang ke dalam lautan darah secara terbuka seperti itu, gejolak lautan darah seketika menjadi liar. Suara logam berdentang yang jernih berulang kali terdengar dari dalam. Sesaat kemudian, lautan darah itu benar - benar lenyap dengan sebuah riak energi.     

Lautan darah tadi menghilang dan dua sosok manusia di dalamnya perlahan muncul. Xiao Yan baik - baik saja, hanya saja, nafasnya sedikit terengah - engah. Di sisi lain, pakaian Fan Lao robek. Telapak tangannya berulangkali meneteskan darah. Jelas, Fan Lao tidak unggul dalam serangan tadi.     

Mata Fan Lao seperti mata ular ganas yang kelam saat ia menatap Xiao Yan ketat seraya seluruh benteng itu dipenuhi dengan suara pembunuhan. Hatinya terasa putus asa. Jika Dou Qi - nya tidak dikekang oleh 'Api Surgawi', ia tak akan mengalami masalah berakhir imbang dengan Xiao Yan, meskipun ia tidak bisa mengalahkannya. Sayangnya…     

"Xiao Yan, kau tidak perlu merasa puas. Kau tidak akan berakhir baik kedepannya setelah menyinggung 'Aliansi Hitam' kami!" Dada Fan Lao kembang kempis saat ia berbicara dengan suara parau, berusaha menunjukkan perjuangan terakhirnya.     

"He he, pemimpin sekte Fan tidak perlu khawatir. Dalam dua hari, aku tentu saja akan pergi ke 'Aliansi Hitam' untuk menyelesaikan perselisihan di antara Han Feng dan diriku." Xiao Yan tersenyum saat ia menjawab, "Akan tetapi, kali ini, pemimpin sekte Fan mungkin sudah mati sebelum Han Feng."     

"Ck ck, Xiao Yan, aku akui sekarang aku bukan tandinganmu. Namun, membunuhku tak akan semudah itu!" Sebuah senyum aneh mendadak muncul di wajah Fan Lao. Segel yang dibentuk tangannya tiba - tiba berubah dan seteguk darah segar seketika dimuntahkan dari mulutnya. Ketika darah segar itu menyebar, tubuh Fan Lao dengan aneh menghilang dari titik awalnya.     

Xiao Yan tersenyum dan menggelengkan kepalanya saat ia memandang tempat di mana Fan Lao menghilang. Ia menghela nafasnya, "Ia benar - benar masih saja menggunakan taktik lama ini…"     

Suara Xiao Yan terdengar ketika cahaya perak muncul di kakinya. Suara guntur bergemuruh rendah meraung di langit, saat tubuhnya dalam sekejap lenyap.     

Ruang di sekitar seratus meter di atas benteng itu mendadak bergejolak. Sebuah sosok berdarah dan Fan Lao yang berwajah pucat muncul. Ia memandang benteng di bawahnya yang hanya sebesar tinju. Ia terbatuk dengan hebat, sebelum berbicara dengan suara yang pekat, "Bajingan kecil, tunggu aku mengumpulkan semua orang sebelum aku datang menyelesaikan masalahku denganmu. Aku pasti akan mengoyakmu hingga ribuan potong pada saat itu."     

Suara Fan Lao baru saja terdengar ketika sebuah tawa mendadak terdengar dari belakangnya, menyebabkan seluruh pori - pori di sekujur tubuhnya menegang pada saat ini, "He he, pemimpin sekte Fan. Mungkin kau tak berkesempatan kembali…"     

Tubuh Fan Lao terpaku saat ia menoleh dengan sangat kesulitan. Seorang pemuda dengan senyum hangat di wajahnya dan sebuah gumpalan api hijau tua di tangannya dicetak di dalam matanya!     

"Selesai sudah… pemimpin sekte Fan."     

Xiao Yan tersenyum. Bola api hijau tua di tangannya mendadak mulai berputar dengan pesat. Akhirnya, udara di sekitar tampak terhisap ke dalamnya. Lengan Xiao Yan berguncang selama perputaran berkecepatan tinggi itu dan bola api hijau tua yang berputar cepat membawa suhu yang luar biasa tinggi, saat api itu dengan ganas menghantam ke punggung Fan Lao.     

Tepat pada saat itu, angin yang luar biasa ganas meledak dari bola api tadi. Fan Lao tak sempat membentuk sedikitpun pertahanan terhadap serangan liar dan ganas ini. Raut wajahnya dalam sekejap berubah menjadi pucat saat seteguk darah segar disemburkan, bersamaan dengan organ - organ dalamnya yang hancur.     

Api hijau tua itu pun menggelora keluar saat badai meletus. Hal itu membungkus Fan Lao yang cedera serius. Seketika, teriakan menyedihkan tajam bergema di langit di kejauhan…     

Api hijau tua tersebut terus berlanjut selama hampir setengah menit, sebelum berangsur - angsur dipadamkan. Namun, sosok manusia di dalamnya telah berubah menjadi setumpuk abu yang berhamburan bersama angin…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.