Perjuangan Menembus Surga

Gulungan Surat



Gulungan Surat

0Bulan nampak seperti sebuah piring perak, saat cahaya rembulan samar menyebar turun dari langit, menyelimuti seluruh Akademi Dalam di dalam lapisan selimut perak samar yang seperti benang.     

Xiao Yan duduk bersila di atas tempat tidur di dalam ruangan pelatihannya secara terus - menerus. Benang - benang energi muncul dari alam sekitarnya, sebelum akhirnya tumpah tanpa henti ke dalam tubuhnya.     

"Xiao Yan ge - ge, apakah kau tertidur?" Ketukan pintu pelan tiba - tiba muncul, setelah pelatihannya berlangsung hampir satu jam. Suara lembut Xun Er seketika terpancar ke dalam ruangan itu.     

Xiao Yan perlahan membuka matanya dan melirik dengan tidak pasti ke arah pintu itu, sebelum berbicara dengan sebuah senyuman, "Masuklah."     

Pintu itu mengeluarkan suara saat didorong terbuka dan seorang wanita muda berbaju hijau perlahan berjalan masuk. Di dalam pantulan cahaya bulan yang samar dari jendela di sisinya, wajahnya yang menawan dan cantik membuat orang lain secara refleks merasa gembira.     

Tubuh tinggi wanita muda itu berdiri dengan anggun di depan Xiao Yan. Aroma lembut yang samar, yang datang berhamburan mendekat membuat Xiao Yan merasakan denyutan di dalam jantungnya. Tanpa sadar, pengikut kecil yang telah berjalan di belakangnya dahulu itu, kini menjadi anggun dan menawan.     

Xiao Yan turun dari tempat tidurnya. Matanya melirik biji mata mata air sempurna wanita itu yang seperti air. Tatapannya diam - diam telah menjadi sedikit bergairah, ketika ia bertanya lembut, "Apa ada sesuatu?"     

Warna memerah dangkal muncul di wajah lembut putih Xun Er, saat ia tampaknya telah merasakan tatapan bergairah berapi - api yang sedang dipancarkan dari mata Xiao Yan. Penampilan gadis kecil ini benar - benar berbeda dari sikap tak acuh yang biasa ia tunjukkan. Tidak bisa dipungkiri bahwa Xun Er memiliki pesona yang luar biasa pada saat ini.     

Gairah membara di mata Xiao Yan berangsur - angsur menjadi semakin hebat. Seorang pria dan wanita di dalam ruangan sendirian di gelapnya malam, tampak dengan mudah memprovokasi seseorang untuk memikirkan hal yang tidak benar.     

Ketika mata Xiao Yan menjadi semakin bergairah, warna kemerahan malu - malu pada wajah Xun Er juga menjadi semakin hebat. Sesaat kemudian, ia tiba - tiba mengeluarkan sebuah surat gulungan hitam dari cincin penyimpanannya dan menyodorkannya ke dalam tangan Xiao Yan. Setelah itu, ia berbalik dan kabur. Akan tetapi, tangan dan mata Xiao Yan cepat saat ia menggenggam pergelangan putih bersih wanita itu yang seperti batu giok dan menariknya sedikit. Di hadapan seruan wanita muda tersebut, Xiao Yan menariknya ke dalam pelukannya.     

Tubuh menawan itu jatuh ke dalam pelukan Xiao Yan. Saat ia merasakan kehangatan yang terpancar dari luar bajunya, warna merah malu - malu pada wajah Xun Er bisa membuat orang terpesona. Setelah dengan diam sesaat ia ingin melepaskan diri, ia hanya bisa menyerah dalam perlawanannya yang tak berarti itu, saat suaranya menjadi sekecil seekor nyamuk, 'Jangan."     

Tangan Xiao Yan diam - diam memeluk pinggangnya yang langsing, yang bahkan kelebihan saat dipeluk. Perasaan nyaman sentuhan itu membuat hati Xiao Yan penuh dengan kegembiraan. Ia menunduk dan memandang Xun Er, yang memerah malu - malu. Ia dengan menggoda berkata, "Aku bilang… kekasihku, kau telah datang ke kamarku di tengah malam. Beritahu aku sejujurnya. Apa tujuanmu?"     

"Maling teriak maling." Xun Er mengangkat alisnya dan dengan lembut bergumam.     

Xiao Yan memandang mulut kecilnya yang mencuat, yang mana, menunjukkan sikap sedih seorang gadis kecil. Tangannya yang memeluk pinggang lembutnya secara refleks mengencang. Sebuah tangan mengangkat dagunya yang halus, saat tatapan pria itu dipenuhi dengan gairah. Ia memandang mulut merah halus kecil yang begitu menggoda, di hadapan mata indah Xun Er yang melebar. Kepala Xiao Yan perlahan menunduk.     

"Xiao… Xiao Yan ge - ge. Kau harus simpan benda ini baik - baik." Wajah Xun Er, yang jelas tahu apa yang ingin dilakukan Xiao Yan, menunjukkan warna memerahnya yang menjadi semakin terlihat. Jantungnya berdegup kencang. Ketika napas lawan bicaranya berhembus ke wajahnya, ia mendadak mengambil surat gulungan hitam yang tadi ia sodorkan ke dalam tangan Xiao Yan dan bergegas mengangkatnya. Ia secara kebetulan menghalangi ruang di antara kedua bibir mereka, yang hendak bersentuhan satu sama lain.     

Xiao Yan hanya bisa menghentikan pergerakannya, setelah dihalangi oleh surat gulungan itu. Ia menjulurkan tangannya dan mengambil gulungan hitam tersebut.     

Xun Er baru menghela napas lega setelah merasakan tindakan Xiao Yan. Akan tetapi, selain menghela napas lega, tampaknya ada sebuah perasaan ragu di dalam hatinya.     

Ketika mata Xun Er berkedip - kedip, Xiao Yan, yang menerima gulungan itu, dengan santai menyimpannya ke dalam cincin penyimpanannya. Tangannya dengan lembut memegang wajah Xun Er di hadapan tatapan tertegunnya. Setelah itu, sebuah wajah yang membawa senyuman dengan cepat membesar di pantulan matanya.     

Dua wajah yang membawa perasaan malu - malu dan senyuman, dengan cepat mendekat satu sama lain di ruangan yang hening ini. Setelah itu… mereka bersentuhan.     

Sepasang pria dan wanita saling berpelukan erat di bawah sinar rembulan. Masing - masing mereka melepaskan gairah membara di dalam hati mereka.     

Ciuman di antara mereka berdua agak terasa asing dan canggung. Akan tetapi, bagi seorang pria dan wanita yang telah merasakan buah terlarang untuk pertama kalinya, hal itu tak dapat dipungkiri merupakan saat paling menggembirakan luar biasa bagi kehidupan mereka.     

Kedua wajah itu bersentuhan cukup lama sebelum mereka berpisah. Ketika mereka akhirnya berpisah, mereka berdua mengeluarkan suara terengah - engah yang berat.     

Xiao Yan menjilat mulutnya dan menunduk untuk memandang wanita muda di pelukannya itu. Jantungnya yang awalnya hening sejenak, seketika berdegup dengan liar.     

Saat ini, untaian rambut hitam tergantung di depan kening wanita muda di pelukannya itu. Biji matanya, yang selalu penuh senyuman kepadanya, tampak menunjukkan perasaan cinta. Biji mata itu seperti ombak mata air, yang mengandung perasaan menyihir di tengah - tengah kemurniannya. Di dalam daya tarik ini, Xiao Yan bahkan bisa merasakan panas yang berangsur - angsur membara di bagian bawah perutnya.     

Tubuh kedua orang ini pada dasarnya menempel bersamaan. Karena itu, Xiao Yan hanya menunjukkan sedikit tindakan ketika Xun Er, yang terkikik lemah di pelukannya dan tiba - tiba kabur seperti seekor rusa yang terkejut. Ia bergegas melangkah menjauh dari pelukan Xiao Yan dan berkata dengan wajah merah yang malu - malu, "Xiao Yan ge - ge, jangan nakal."     

Xiao Yan tertawa ketika ia melihat Xun Er bersikap seperti ini. Ia hanya bisa menarik gairah di dalam hatinya. Sekali lagi, ia menjilat mulutnya dan mengecap kelembutan perasaan luar biasa gembira tadi. Sebuah senyuman di sudut bibirnya secara refleks melebar.     

Wajah Xun Er merah cerah ketika melihat sikap bangga Xiao yan ini. Ia dengan ganas memutar matanya kepada Xiao Yan. Akan tetapi, setelah merasakan emosi yang seintens itu, bahkan, tampang cabul itu tampak sangat menyihir.     

Xiao Yan kembali tersenyum. Ia juga merupakan seseorang yang membiarkan hal yang ada begitu saja. Ia tahu bahwa gadis ini sedikit terlalu malu mengenai sikap itu. Oleh karena itu, ia berhenti menggoda dan dengan santai duduk pada sebuah kursi lembut di suatu sudut. Ia secara acak mengeluarkan gulungan hitam yang telah diserahkan Xun Er tadi. Matanya melayang ke arah benda itu dan keterkejutan di wajahnya menjadi semakin terlihat.     

Gulungan itu benar - benar hitam, tetapi kilaunya sangat gelap dan serius. Jika dilihat dengan cermat, ia bahkan mungkin mendapati bahwa gulungan ini memancarkan sebuah cahaya hitam yang sangat samar. Bahkan, berbagai macam garis - garis tidak biasa tergambar di atas gulungan itu. Mereka membungkus di sekitar, tepat seperti 'tulisan kecebong' (Naskah Yi), yang kompleks dan tidak terduga.     

TL: Tulisan kecebong (Naskah Yi) – sebuah bentuk tulisan kompleks kuno yang agak tampak seperti kecebong.     

Gulungan hitam itu berputar di atas tangannya. Xiao Yan kembali tertegun saat menyadari bahwa zat yang diciptakan gulungan itu sedikit aneh. Tidak ada tempat di mana bisa dibuka. Seluruh badannya seperti gulungan bambu dan benar - benar berbeda dari gulungan biasa.     

"Apa ini?" Xiao Yan mendongak dengan ragu, ketika ia mengayunkan gulungan di tangannya ke arah Xun Er dan bertanya.     

Saat ini, warna memerah di wajah Xun Er menjadi jauh lebih pucat. Akan tetapi, masih terdapat perasaan malu sedikit yang terlihat. Ia melangkah berulang kali dan dengan lembut bergeser ke samping Xiao Yan sebelum tersenyum sambil berkata, "Sebuah gulungan yang berisi sebuah Teknik Dou. Akan tetapi, seseorang harus berada pada kelas Dou Wang sebelum bisa membukanya."     

Tangan Xiao Yan bergetar saat mendengar hal ini. Ia hampir menjatuhkan gulungan di tangannya ke atas tanah. Sebuah Teknik Dou yang membutuhkan kekuatan seorang Dou Wang sebelum bisa dibuka? Hal ini adalah sesuatu yang ia temui pertama kalinya…     

"Kelas apa Teknik Dou ini?" Senyum di wajah Xiao Yan berangsur - angsur menghilang saat ia bertanya dengan serius.     

"Tidakkah Xiao Yan ge - ge akan tahu ketika kau membukanya?" Xun Er menggelengkan kepalanya dan menghindari pertanyaan Xiao Yan.     

"Benda ini… terlalu bernilai…" Xiao Yan mengernyitkan alisnya. Akan tetapi, sebelum ia selesai bicara, sepasang mata yang sebal melesat dari sisi sampingnya, membuatnya menghentikan mulutnya dengan canggung.     

"Sejak kita kecil, Xiao Yan ge - ge tidak pernah menerima apapun dari Xun Er." Xun Er menghela napas lembut.     

"Baiklah, baiklah, aku akan menerimanya…" Xiao Yan tertawa kecut saat melihat sikap sebal Xun Er. Ia ragu sesaat dan mengangguk - kan kepalanya. Ia adalah seorang lelaki alpha dan sulit baginya untuk menerimanya secara mendadak ketika Xun Er tiba - tiba mengeluarkan sesuatu seluar biasa ini.     

"Ingat, kau harus menunggu hingga kau masuk kelas Dou Wang sebelum kau bisa membukanya dan menggunakannya. Jika tidak, alih - alih, hal itu akan berakhir merugikan bagimu." Xun Er mengingatkan dengan suara lembut. Wajahnya yang sebal seketika menunjukan senyum cantik, ketika ia melihat bahwa Xiao Yan telah menerima gulungan tersebut.     

"Baik." Xiao Yan menganggukan kepalanya. Matanya bersinar saat ia mengamati gadis muda berbaju hijau di depannya.     

Wajah cantik Xun Er menatap Xiao Yan dengan saksama. Setelah itu, ia berkata dengan suara rendah yang sangat serius, "Dan juga, Xiao Yan ge - ge, kau harus ingat kata - kata Xun Er mengenai 'Batu Giok Dewa Kuno Tou She'. Jika tidak, kau akan berakhir dalam masalah yang luar biasa besar. Sekarang, kau masih tidak memiliki kekuatan untuk memilikinya. Karena itu, kau tidak boleh membocorkan berita tentang benda itu!"     

Xiao Yan tidak berani bergurau ketika ia memandang sikap serius Xun Er. Ia hanya mengangguk dengan pelan.     

"He he, jika begitu, Xun Er akan kembali ke kamar dahulu. Xiao Yan ge - ge, beristirahatlah dengan baik. Masih ada pertarungan hebat besok." Xun Er tersenyum manis kepada Xiao Yan setelah mengatakan hal ini, sebelum seketika berjalan keluar pintu.     

Xiao Yan sedikit mengerutkan dahinya ketika ia memandang punggung Xun Er yang telah menghilang. Untuk alasan tertentu, ia terus merasa bahwa Xun Er yang baru - baru ini sedikit aneh, berulang kali memberikan petunjuk untuk beberapa hal…     

"Mungkin, aku terlalu banyak berpikir?" Xiao Yan menggerakkan tangannya setelah menutup pintu itu. Gulungan hitam tadi kembali muncul di tangannya. Dengan suara yang dalam, ia bertanya, "Guru, bisakah kau lihat teknik jenis apa di dalam gulungan ini?"     

"Tidak bisa, terdapat sebuah segel khusus di atas gulungan itu. Harus dibuka, jika tidak, kita tidak akan tahu Teknik Dou apa yang berada di dalamnya." Suara Yao Lao terdengar tidak lama kemudian, "Akan tetapi, dengan identitas dan latar belakang pacar kecilmu itu, sebuah Teknik Dou yang membuatnya terikat dengan hal sepenting itu sudah pasti bukanlah sesuatu yang biasa."     

Xiao Yan mengangguk dengan diam. Sebuah kilatan melintas di matanya, sebelum ia akhirnya menghela napas lembut.     

…..     

"Xiao - jie, kau sudah berikan benda itu ke Tuan Muda Xiao Yan?" Ling Ying agak tertegun ketika ia memandang nyonya muda di depannya, di dalam sebuah ruangan yang berbau harum lembut. Mata berairnya itu masih menunjukkan sedikit rasa malu yang sulit untuk dirasakan.     

Xun Er hanya dengan cuek menganggukkan kepalanya di hadapan pertanyaan Ling Ying. Sikap itu seperti benda yang telah ia berikan hanyalah sebuah benda biasa.     

"Hal itu adalah sesuatu yang kepala klan mati - matian…" Ling Ying tersenyum kecut saat ia berbicara. Kemurah hatian ini…     

"Xiao Yan ge - ge jauh lebih cocok untuk hal itu daripada aku." Xun Er menjawab dengan senyum samar. Ia seketika melambaikan tangannya dan berkata, "Pak Tua Ling, jangan biarkan orang lain tahu mengenai hal ini. Bahkan ayah tidak boleh tahu."     

"Ini… baiklah." Ling Ying hanya ragu sesaat sebelum menghela napas tak berdaya. Tubuhnya seketika tersentak, berubah menjadi sebuah bayangan yang menghilang ke kegelapan.     

"Xiao Yan ge - ge, Xun Er telah melakukan yang ia bisa lakukan. Tergantung padamu untk mengarahkan jalur seorang kuat. Semoga saja, ketika kita bertemu lagi di masa depan, kau akan bisa menjadi seorang kuat sejati. Sangat kuat hingga Xun Er hanya bisa mengagumimu." Xun Er memegang secangkir teh hangat, saat kata - kata lembutnya diam - diam berbunyi di dalam hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.