Pembantaian (2)
Pembantaian (2)
Karena pria di hadapannya perlahan mendekat dengan darah di wajahnya, bahkan kemarahan yang begitu ganas muncul di matanya.
"Kenapa? Bukankah kamu baru saja memukulnya dengan begitu keras? Jika kamu bisa mengalahkannya, aku akan menjadi milikmu!"
Leng Xiaomo meletakkan tangannya di punggung pria itu sembari membuka mulutnya dengan penuh provokasi.
"Aku, aku, ini—"
Kening pria itu berkeringat.
Namun, sorot mata Leng Xiaomo tampak berkilat dingin saat mendapati pria itu terus melangkah mundur. Kemudian matanya beralih menatap botol bir tajam yang pecah di tangannya dan ia tiba-tiba mendorongnya.
Botol bir yang pecah itu seketika menusuk ke depan dan pria yang menguntit Leng Xiaomo buru-buru menghindarinya. Namun, pada saat yang sama, Leng Xiaomo tiba-tiba menendang dadanya, yang membuat penguntit itu tidak mampu menghindari serangan kedua. Tendangan ini langsung membuatnya menabrak deretan gelas sampanye yang berjejer di meja.
Dengan keras, semua gelas yang telah bercampur dengan cairan alkohol itu pecah menyirami tubuhnya.
Sontak pria itu tersungkur di atas lantai dengan darah mengucur sambil meratap. Meski sudah berjuang keras, tapi ia tetap tidak bisa bergerak. Sedangkan di lain sisi, Leng Xiaomo berjalan selangkah demi selangkah.
Gadis dengan dress putih anggun itu berhasil menarik perhatian ke mana pun ia melangkah, bahkan para pria di sekelilingnya selalu terpesona akan setiap gerakannya dan secara otomatis memberi jalan satu demi satu. Hingga kemudian, tangannya mulai terulur untuk memungut salah satu botol bir yang sudah pecah.
Ia pun langsung menghampiri sosok yang terkapar di lantai, lalu berdiri diam, tersenyum penuh makna, baru setelahnya botol anggur pecah yang tajam itu tiba-tiba jatuh tepat di bawahnya.
"Aaaahhhhh—-!"
Jeritan melengking seketika menggema, diiringi dengan darah yang mengalir seperti mata air.
Tentu saja orang-orang di sekitar dikejutkan oleh pemandangan ini, terutama para pria yang ada di sana. Pori-pori mereka semua sontak terbuka hingga bulu kuduknya meremang. Entahlah, di mata mereka semua, gadis bergaun putih ini benar-benar seperti iblis.
Sementara itu, Leng Xiaomo sendiri perlahan bangkit, lalu dengan lembut menyeka darah di wajahnya dengan santai. Tak lupa ia pun mengedipkan mata pada pria yang menguntitnya, sebelum akhirnya berkata, "Hei, kamu telah mengikutiku dan menyentuhku barusan. Sekarang, aku memberikan balasannya padamu."
Kemudian ia melemparkan botol itu dan beranjak pergi.
Jelas, alasan ia membunuh orang pertama adalah untuk menyelamatkan diri dari masalah dan alasan kenapa ia membunuh orang kedua adalah untuk memperingatkan orang-orang itu agar tidak memperlakukannya sebagai orang bodoh. Dari apa yang telah terjadi, ia seolah menunjukkan bahwa jangan pernah bermain-main dengannya.
Dan begitu Leng Xiaomo keluar, hari sudah mulai gelap. Ia pun sengaja memilih jalan gang yang ada di belakang bar.
Jika orang yang baru pertama kali melintasi gang ini, pasti akan sangat mudah baginya untuk tersesat. Namun berbeda dengan Leng Xiaomo, ia sudah berpengalaman sebelumnya.
Bahkan meski seseorang mengikutinya nanti, gang di sini sangat berliku dengan pencahayaan minim, jadi justru akan memudahkannya untuk menyingkirkan mereka.
Lagi pula, ketika keluar dari bar, ia sudah "mengubah wajahnya", berjalan menyusuri gang dengan celana hitam dan baju lengan pendek yang longgar. Rambut panjangnya juga tidak dibiarkan tergerai begitu saja, melainkan dibuat kuncir kuda dengan ditambah topi baseball di atasnya. Tentu penampilannya yang seperti ini membuatnya terlihat santai.
Sangat berbeda dengan penampilannya sebelumnya. Dan ketika hari sudah semakin gelap, ia benar-benar tenggelam dalam kerumunan. Tidak ada satu pun yang bisa menemukannya.
Kemudian Leng Xiaomo melihat arlojinya, yang menunjukkan sudah pukul tujuh lewat sepuluh.
Perlahan ia melihat ke arah tertentu, di mana konser telah dimulai.
Dan ketika berbalik lagi, ia langsung menuju ke suatu tujuan.
...
Tepat di saat Leng Xiaomo membuka lemari dan melihat tas sekolah yang ia simpan sebelumnya, matanya mengernyit aneh.
Jika boleh jujur, ia justru berharap jika benda di dalamnya telah benar-benar ditemukan.
Karena dengan begini, orang-orang itu pasti akan mencari keberadaannya, alih-alih——