Aku Mencintaimu, Selamat Tinggal (2)
Aku Mencintaimu, Selamat Tinggal (2)
Sama sekali tidak ada kehangatan di sana.
Bahkan ia baru menjawab telepon itu setelah dua atau tiga panggilan diabaikan dan satu pesan teks penting dikirim.
Tentu hal itu membuat hati Leng Xiaomo benar-benar teriris, tetapi ia hanya bisa mencoba setenang mungkin.
Ya, inilah rasa sakit yang akan selalu dibawanya hingga kapan pun.
Tentu saja, ia bisa mengenalinya dengan jelas.
Karena rasa sakit itu, ia sendiri yang menciptakannya. Jadi tidak perlu menangis kesakitan.
Ia sendiri-lah yang patut disalahkan. Alasannya jelas, karena ia menyukai seseorang yang tidak akan pernah balik menyukainya.
Itulah kenyataannya, lebih tepatnya, itulah kejaman dari sebuah keenyataan.
"Apa yang akan aku katakan selanjutnya sangat penting. Apa kamu yakin sekarang sedang tidak dipantau?"
Suara datar Leng Xiaomo tidak lagi histeris seperti sebelumnya.
Hingga kemudian, tercipta keheningan sesaat di telepon, sebelum akhirnya dua kata terlontar dengan ringan, "Tunggu."
Kemudian panggilan diakhiri.
Leng Xiaomo yang berjalan keluar dari aula konser seketika menatap ponsel di tangannya. Seperti yang diduga, dalam satu menit berselang, sebuah panggilan dari nomor asing masuk.
"Ini aku."
Kembali Leng Yunchen melanjutkan, "Cepat katakan apa yang ingin kamu sampaikan? Waktuku terbatas."
Tampak Leng Xiaomo berkedip beberapa kali. Kini, ia mencoba mengabaikan ketidakpeduliannya dan langsung membuka mulutnya dengan nada datar, "Bukti yang ada di tanganmu palsu. Jangan percaya, jangan bertindak gegabah, dan kamu telah jatuh ke dalam konspirasi mereka."
"Apa maksudmu?" Nada suara Leng Yunchen terdengar lebih bermartabat dari sebelumnya.
Ketika Leng Xiaomo membuka suara kali ini, ia langsung memberikan instruksi sebuah alamat, "Lakukan seperti yang aku katakan. Pergilah ke supermarket bernama Tesco di jalan XX. Di atas pot bunga matahari kedua di seberangnya, ada kunci dengan nomor di sana. Pergilah ke loker supermarket dan temukan barangnya. Kamu akan tahu."
"Tunggu, bagaimana kamu—"
"Tuttt—tuttt—" sebelum Leng Yunchen berhasil menyelesaikan kalimatnya, Leng Xiaomo lebih dulu mengakhiri panggilan.
Sementara Leng Yunchen yang masih memegang ponsel di tangannya, tampak alisnya sedikit menegang.
Pertama-tama, bagaimana Leng Xiaomo tahu tentang apa yang mereka dapatkan dari Profesor Han?
Bahkan ia sama sekali tidak pernah menyebutkannya, tapi Leng Xiaomo bisa mengetahuinya dengan jelas.
Namun, yang lebih mengejutkan baginya adalah ucapan Leng Xiaomo yang mengatakan bahwa bukti itu palsu.
Dari mana ia tahu apakah bukti itu palsu atau tidak?
Dan ketika Leng Yunchen memikirkan kembali apa yang adiknya katakan di telepon beserta alamatnya, alisnya menjadi semakin menegang.
Jika itu benar, maka alamat yang ia berikan…
Tepat di saat itu—
"Kapten Leng!" Seorang prajurit berlari mendekat sembari memberi hormat dengan napas terengah-engah. "Kapten, Anda harus pergi. Semua kendaraan yang bertugas sudah menunggu."
Leng Yunchen yang masih memegang ponselnya hanya menyorotkan kilat serius.
"Kapten Leng—-"
Sesaat setelah prajurit itu membuka mulutnya lagi, Leng Yunchen tiba-tiba mengangkat tangan untuk menghentikan apa yang ingin ia ucapkan, "Katakan pada mereka untuk menunda tugas selama 20 menit."
"Hah? Apa? Kapten Leng, apa yang ingin Kapten lakukan!"
"Omong kosong!"
Leng Yunchen pun langsung berbalik meninggalkannya tanpa menoleh ke belakang setelah mengucapkan kata-kata itu dengan dingin. Ya, ia sengaja tidak memberitahu siapa pun akan apa yang sebenarnya ingin ia lakukan.
Ponsel Leng Yunchen di saku celananya juga bergetar beberapa kali.
Dan itu terus berlanjut tanpa henti.
Tapi ia tidak ingin pergerakannya terlihat mencolok.
Sekecil apa pun itu.
Terlebih lagi, jika ia pergi menggunakan mobil yang nantinya akan menarik terlalu banyak perhatian. Jadi setelah keluar, ia memilih menyambar motornya dan langsung menginjak pedal gas. Segera, ban motor bergulir dan bergerak maju dalam lalu lintas yang berliku seperti kilat.
...