Halo Suamiku!

Pembantaian (1)



Pembantaian (1)

2Atau ada sesuatu yang misterius di bar ini.     

Leng Xiaomo pun segera menyelinap masuk dan menghilang ke dalam. Ia bersembunyi sembari menunggu musuh tertangkap.     

Tampaknya memang ada begitu banyak orang yang sedang bersenang-senang di sini. Bahkan terlihat juga sekelompok orang di salah satu meja kartu dengan anggur berjejer penuh yang duduk berkeliling. Hanya saja, tak ada satu pun dari mereka yang menyadari hilangnya sebotol anggur, pisau, dan garpu di piring pemotong buah, serta sesosok tubuh mungil yang sempat menyelinap di antara mereka.     

Kemudian Leng Xiaomo terus mengamati semuanya dalam kegelapan. Pertama, terlihat seorang pria masuk. Tampak pria itu melihat sekeliling begitu menginjakkan kaki ke dalam, seperti sedang mencari seseorang. Jelas, pria itu pasti sedang mencarinya.     

Tak butuh waktu lama bagi pelayan untuk menanyakan apa yang ia butuhkan hingga membuat pria itu tidak tahu harus berkata apa. Alhasil, setelah pelayan pergi, pria itu melanjutkan langkahnya untuk masuk sembari terus melihat sekeliling dengan teliti.     

Ya, area bar ini bisa dibilang tidak kecil, tapi juga tidak terlalu besar.     

Namun yang pasti, cahaya yang berpendar hanya remang-remang kuning redup disertai dengan cahaya warna-warni yang mengabur, membuat udara di sana serasa dipenuhi kabut tebal. Sedang tirai di samping jendela yang ada di satu sisi tampak bergetar pelan, membuat angin menerobos masuk tanpa permisi.     

Sampai akhirnya pria itu memutuskan untuk berjalan pelan, memunggungi jendela, dengan matanya tetap mengamati seluruh area bar dengan hati-hati.     

Kemudian tepat setelah ia berdiri di sana, entah kenapa tiba-tiba ia merasakan angin dingin bertiup dari jendela, yang tanpa sadar membuatnya ingin segera pergi. Namun, sebelum ia berhasil melangkahkan kaki menjauh, tiga titik benda tajam tiba-tiba ditusukkan ke bagian belakang kepalanya!     

Sontak mata pria itu melebar dengan mulut ternganga.     

Rupanya ada sebuah tangan yang keluar dari balik tirai. Lengan itu tampak kurus dengan jari-jari ramping yang seketika menutupi mulutnya, menekan mundur diam-diam, dan garpu tajam di belakang tirai menancap lebih dalam di belakang kepalanya.     

Sekujur tubuh pria itu seperti telah dieksekusi. Dengan tubuh yang telah mengejang, matanya masih terbuka lebar, seolah tidak mengerti bagaimana ia bisa mati secara tiba-tiba seperti ini.     

Lalu Leng Xiaomo segera melompat turun dari ambang jendela seraya menarik pria di balik tirai gantung sebelum ia jatuh.     

Setelahnya, ia melangkah ke satu sisi dan duduk di kursi tinggi di depan meja bartender.     

Ia pun tanpa ragu meletakkan botol anggur di tangannya dan beralih mengambil koktail campuran yang telah disediakan. Tampak tangannya sedikit mengangkat gelas itu dengan anggun untuk melihat dari pantulan gelas yang menampilkan beberapa pria yang memerhatikannya, kemudian mendatanginya seperti orang bodoh.     

Wajahnya tetap tidak berubah, meski matanya terus tertuju pada satu titik.     

Ya, pria yang sedari tadi menguntitnya.     

Sebelum pria itu bisa menemukannya, maka ia harus mengambil sikap terlebih dahulu.     

Leng Xiaomo, gadis yang begitu muda dan cantik itu sudah pasti langsung menarik perhatian banyak pria. Bahkan tak lama kemudian, seseorang datang untuk mengobrol. Tentu Leng Xiaomo tidak menolak, apalagi senyum yang tampak tidak berbahaya selalu tersungging di bibirnya.     

Ia terus menunggu.     

Hingga akhirnya, seorang pria mencoba lebih mendekat padanya, dengan tangannya yang mulai bertingkah nakal.     

Terang saja Leng Xiaomo menolak, tetapi sikapnya kali ini justru membuat orang itu semakin enggan untuk berhenti. Sampai, tepat di tengah-tengah kekacauan berlangsung, ketika pria itu berniat mengambil sebotol anggur untuk diberikan padanya, Leng Xiaomo tiba-tiba memegang tangan pria itu, lalu memukulkan botolnya di kepala seseorang dengan bantuan tangan pria sebelumnya!     

"Prang!"     

Pecahan botol kaca itu meledak seketika, yang segera membuat beberapa pria di sekitarnya berteriak dan bubar.     

Sementara Leng Xiaomo sudah melepaskan tangannya, kemudian tubuh mungilnya berdiri di belakang pria yang memegang botol anggur itu.     

Lalu ia tersenyum dingin dan berbahaya di belakang punggungnya sembari menatap ke arah pria yang mengikutinya. Ya, itulah pria yang kepalanya kini mengucurkan darah segar.     

Sedang pria yang memegang botol pecah itu tampak benar-benar linglung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.