Halo Suamiku!

Memergoki Perselingkuhan (3)



Memergoki Perselingkuhan (3)

3Leng Xiaomo memang merasa familiar, tapi entah kenapa ia merasa aneh saat melihat bayangan itu.     

Kota G sangatlah besar dan bisa bertemu dengannya di sini benar-benar sebuah kebetulan yang luar biasa…     

Hanya saja, rupanya ia menginap bersama seorang gadis lain.     

Kini pun, Leng Xiaomo hanya bersedekap dada sembari melihat pemandangan di sana. Jika boleh jujur, sebenarnya ia tidak terlalu merasakan apa-apa, hanya otaknya yang terus bertanya-tanya bagaimana ini bisa sangat kebetulan.     

Apalagi, ia bukan orang yang suka melabeli seseorang, ia sendiri juga telah menyukai orang lain, dan tipikal orang yang tidak akan menghentikan siapa pun.     

Jadi apa pun yang orang lain inginkan, silakan saja.     

Tapi mungkin, karena tatapan Leng Xiaomo sama sekali tidak ditutup-tutupi, alhasil, gadis imut itu menyadarinya.     

Dan sepertinya ia merasa tidak puas dengan cara wanita lain memandang kekasihnya. Jadi gadis itu segera menggigit bibir bawahnya seraya menarik Lu Anzhe. Hingga sesaat sebelum memasuki pintu, dengan sengaja gadis itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh lengan pria di sisinya.     

Kemudian tampak ia meringkuk di bahunya dengan sorot mata penuh provokasi.     

Seketika Leng Xiaomo mengangkat alisnya, menarik sudut bibirnya, dan mulai tersenyum.     

Padahal Lu Anzhe sendiri yang bertanya di mana Leng Xiaomo pagi ini. Ia mengatakan ingin mengajaknya datang ke Kota G untuk menonton konser, tetapi Leng Xioamo menolak dan mengatakan jika ia sedang tidak berada di Kota G.     

Dan kini, Lu Anzhe baru menyadari kehadiran sosok ramping dengan kulit putih yang berdiri di kejauhan. Fitur wajahnya sangat cantik dan sosok itu berdiri tidak jauh di seberang jalan sembari melihat ke arahnya. Dress putihnya yang anggun berkibar tertiup angin, sedangkan rambutnya yang setengah panjang sedikit menyilaukan matanya.     

Sontak Lu Anzhe terpaku di saat ia sedang ditarik oleh gadis di sisinya. Ya, ia benar-benar tercengang melihat tatapan dingin itu, hingga matanya tiba-tiba melebar.     

Ia tidak tahu keterkejutannya saat ini disebabkan oleh penampilan gadis itu yang belum pernah ia lihat sebelumnya atau karena kemunculannya yang tiba-tiba di sini.     

Saat itu juga, ia dan Leng Xiaomo saling berpandangan. Hanya saja, yang berbeda dari Leng Xiaomo kali ini, selain penampilannya, adalah sorot matanya yang sangat tenang, bahkan tersungging senyum simpul di bibirnya.     

Cara ia memandag Lu Anzhe begitu tak terduga. Kemudian, tampak Lu Anzhe bergegas mengibaskan tangan gadis di sisinya seperti baru tersengat listrik. Lalu tanpa berkata apa-apa, ia segera berlari menyeberang jalan untuk menemui Leng Xiaomo.     

Gadis imut itu hanya menatapnya dengan sorot yang tak dapat dijelaskan dan ingin mengejar, tetapi Lu Anzhe sama sekali tidak berbalik. Terlebih saat ia kembali menatap ke arah gadis yang ada di seberang jalan itu, tampangnya benar-benar konyol.     

Sementara Leng Xiaomo yang melihat Lu Anzhe bergegas ke arahnya tidak bergeming sama sekali.     

"Xiaomo, Xiaomo, kenapa kamu di sini? Bukankah kamu bilang sedang bersama orang tuamu?"     

Setelah berhasil menghindari padatnya lalu lintas, Lu Anzhe dengan cepat meraih pergelangan tangan Leng Xiaomo sambil bertanya dengan napas yang tidak teratur.     

Namun, Leng Xiaomo hanya melihat tangannya yang terkepal, juga ekspresi tidak wajar di wajah kekasihnya. Sekilas, ia bisa melihat perasaan bersalah yang bersarang di wajahnya dan kebingungan yang tak dapat disembunyikan.     

Leng Xiaomo berkedip samar dan langsung menarik tangannya tanpa jejak. Kemudian ia menatap gadis yang bergegas mengikuti di belakang Lu Anzhe. "Mungkin aku ingin mengejutkanmu? Tapi sekarang justru kamu yang memberiku kejutan," ucapnya seraya tersenyum.     

Padahal ia memang sudah berencana untuk mengucapkan selamat tinggal, tetapi belum ada satu alasan pun yang bisa ia pikirkan. Lagi pula, selama ini Lu Anzhe selalu bersikukuh. Jadi sekarang, dengan ia menemukan pemandangan seperti itu, sepertinya Tuhan benar-benar telah membantunya.     

Dan begitu Lu Anzhe mendengar ini, rasa panik seketika menyelimuti wajahnya. Buru-buru ia menjelaskan, "Dengarkan aku, Xiaomo. Xiaomo, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Dia hanya kerabat jauhku. Kali ini, dia kebetulan menjemputku di hotel. Jangan salah paham."     

Gadis manis dengan perawakan cantik yang mendengar kata-kata seperti itu segera menampilkan ekspresi yang sangat rumit. Kemudian, Lu Anzhe melihat kembali ke kedua matanya, seolah memperingatkannya akan apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.