Halo Suamiku!

Kekasihnya Muncul (1)



Kekasihnya Muncul (1)

1Setelah bertahun-tahun rasa itu berbentuk sebagai kasih sayang keluarga, tiba-tiba menjelma menjadi cinta. Mungkin sudah bertahun-tahun ia terbiasa dengan perasaan itu, namun apa yang orang lain rasakan tentu berbeda.     

Mereka pasti akan sulit menerima.     

Dan mungkin butuh waktu untuk itu.     

Tapi berapa lama? Berapa hari, berapa bulan, atau... beberapa tahun?     

Cukup. Tidak ada artinya lagi untuk membahasnya. Kini semuanya sudah berakhir.     

Terlebih saat ibunya sudah mengutarakan petuah yang seperti sebuah pohon yang mencintai pohon lain di seberang jalan. Bahkan sebelum dimulai, semuanya sudah berakhir.     

Hal yang sama berlaku untuknya.     

Jadi sekarang, setelah Leng Xiaomo menghabiskan waktu sepuluh hari bersama orang tuanya di Kota A, waktu menjadi semakin berharga ketika ia diharuskan untuk kembali terbang ke Amerika. Bahkan waktu rasanya berjalan lebih cepat.     

Dan tepat dua hari sebelum kepergiannya, Leng Xiaomo tiba-tiba menerima panggilan telepon.     

Telepon dari Kota G, Sang Xia.     

Konser Sang Xia akan diadakan sehari sebelum ia pergi. Itulah kenapa Sang Xia bertanya di mana ia sekarang karena ia ingin mengiriminya tiket kursi VIP.     

Konser yang diadakan di Kota G itu akan menjadi konser terbesar di Asia, yang akan menampung 80.000 orang dan tiketnya telah terjual habis. Jadi bisa dibilang jika tempat itu nantinya akan dipenuhi oleh lautan manusia.     

Dan ketika Sang Xia bertanya di mana ia harus mengirimkan tiket itu, Leng Xiaomo tidak bisa berbicara untuk waktu yang lama. Sampai akhirnya, setelah Sang Xia memanggilnya beberapa kali, barulah Leng Xiaomo berbisik perlahan, "Sang Xia, aku tidak lagi di Kota G."     

Seketika Sang Xia tertegun sejenak dan kemudian buru-buru bertanya, "Kalau begitu, di mana kamu? Apakah sesuatu terjadi padamu?"     

Leng Xiaomo hanya diam, "..."     

Kini, ia menatap langit malam sembari menimbang. Akankah ia pergi ke Kota G lagi untuk melihat konser yang penuh sesak itu sebelum pergi?     

Tapi satu hal yang pasti, entah ia pergi ke konser itu atau tidak, ia tidak akan menemui kakaknya lagi.     

Bahkan berada di kota yang sama dengannya.     

  ...     

"Aku tidak perlu tiket VIP. Jika boleh, aku ingin tiket di tribun."     

Jika bisa, ia hanya ingin tenggelam di lautan manusia.     

Dan meski awalnya Sang Xia ragu-ragu, tapi akhirnya ia setuju.     

Leng Xiaomo pun tidak menyembunyikan ini dari ibunya. Ketika Gu Liang bertanya mengapa ia pergi satu hari lebih cepat, ia mengatakan jika dirinya ingin pergi ke Kota G untuk melihat konser Sang Xia.     

Ibunya pun turut merasa senang, meski terbersit penyesalan dalam dirinya. Jika bukan karena tubuhnya yang "tidak mengizinkan", sebenarnya ia juga ingin ikut bersenang-senang.     

"Kalau begitu, apakah kamu perlu menghubungi kakakmu untuk menjemput?" tanya Gu Liang sembari mengeluarkan ponsel.     

Tapi Leng Xiaomo buru-buru menekan tangannya sambil menggelengkan kepala, "Bu, tidak, aku sudah sangat dewasa. Aku tidak perlu mengganggunya hanya untuk ini. Selain itu, Ibu harus tahu, dia sangat sibuk, jadi aku khawatir justru akan mengganggu urusannya yang harus dutangani."     

"Benarkah tidak perlu?" Entah kenapa, hati Gu Liang masih sedikit gelisah.     

Kepergian putrinya kali ini membuat sesuatu yang tidak bisa dijelaskan melintas di hatinya.     

Alhasil, Leng Xiaomo mengambil ponselnya sendiri, sedikit menurunkan pandangannya, lalu berkata dengan lembut, "Sungguh, benar-benar tidak perlu. Aku pergi ke sana hanya untuk melihat konser dan akan langsung terbang ke Amerika begitu selesai. Aku juga sudah membeli semua tiket, jadi Ibu bisa yakin bahwa aku baik-baik saja."     

"Tenang saja, aku akan merekam konsernya untuk Ibu," entah apa yang Leng Xiaomo pikirkan, tiba-tiba saja ia mengatakan hal itu seraya senyum tipis muncul di bibirnya,     

Dan begitu melihatnya seperti ini, semuanya seolah sudah diputuskan. Jadi Gu Liang yang dingin mau tak mau hanya mampu menepuk tangannya, berharap ia benar-benar baik-baik saja karena keselamatan adalah yang utama dan putrinya bisa bersenang-senang.     

Jadi malam itu, Leng Xiaomo tidur dengan ibunya di ranjang rumah sakit. Anehnya, saat sepanjang malam berada di pelukan ibunya, tidak ada satu pun mimpi yang mengusiknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.